Truk Muatan Berat Diimbau Lewat Jalur Alternatif di Limapuluh Kota
Pengemudi truk bermuatan lebih dari 10 ton diimbau tidak melewati Jalan Lintas Sumatera Barat-Riau di Jorong Simpang Tigo. Imbauan itu untuk mengurangi beban agar perbaikan lebih mudah dan kerusakan tidak semakin parah.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
LIMAPULUH KOTA, KOMPAS -- Pengemudi truk bermuatan lebih dari 10 ton diimbau tidak melewati Jalan Lintas Sumatera Barat-Riau yang rusak di Jorong Simpang Tigo, Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Limapuluh Kota, Sumbar. Imbauan untuk mengurangi beban jalan agar perbaikan lebih mudah dan kerusakan tidak semakin parah.
"Kami mengantisipasi agar perbaikan bisa cepat dilakukan," kata Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Limapuluh Kota Ajun Komisaris Polisi Mazwanda melalui Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli Inspektur Dua Apriman Sural, Minggu (22/12/2019).
Menurut Sural, untuk sementara, truk bermuatan lebih dari 10 ton bisa melalui Jalan Lintas Kiliran Jao-Taluk Kuantan di Kabupaten Sijunjung, Sumbar. Namun, jarak jalur ini lebih jauh dibandingkan Jalan Lintas Sumbar-Riau.
Berdasarkan Google Maps, jarak Padang-Pekanbaru melalui Jalan Lintas Sumbar-Riau hanya sekitar 310 kilometer. Sementara itu, jarak Padang-Pekanbaru melalui Jalan Lintas Kiliran Jao-Taluk Kuantan bisa mencapai sekitar 374 kilometer.
Adapun jarak Limapuluh Kota-Pekanbaru melalui Jalan Sumbar-Riau hanya sekitar 184 kilometer. Jika melalui Jalan Lintas Kiliran Jao-Taluk Kuantan, jarak Limapuluh Kota-Pekanbaru bisa mencapai sekitar 417 kilometer.
"Kami mengimbau pengemudi truk mengurangi tonasenya atau mengurangi jumlah keberangkatan dalam beberapa hari ke depan. Atau pengemudi bisa menempuh Jalan Lintas Kiliran Jao-Taluk Kuantan, tetapi memang agak memutar," kata Sural.
Tersendat
Sural menjelaskan, meskipun tengah ada pekerjaan penimbunan jalan, secara umum lalu lintas di Jalan Lintas Sumbar-Riau di Koto Alam bisa diakses. Namun, lalu lintas memang tersendat karena sistem buka tutup jalan dengan satu arah dan meningkatnya jumlah kendaraan akibat hari libur.
"Saat ramai, panjang antrean di kedua arah bisa mencapai 1 kilometer. Kalau hari biasa, paling banyak antrean hanya 10 kendaraan," kata Sural.
Saat ramai, panjang antrean di kedua arah bisa mencapai 1 kilometer. Kalau hari biasa, paling banyak antrean hanya 10 kendaraan
Sural pun mengimbau agar pengemudi bisa berkendara dengan tertib agar tidak terjadi kemacetan. Terkadang ada pengemudi yang tidak sabar sehingga memaksakan menyerobot jalan yang hanya dapat dilalui arah lain.
Penimbunan
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional III Padang Aidil Fiqri mengatakan, sebagai antisipasi sementara, balai melalui perusahaan rekanan menimbun jalan yang retak di Koto Alam dengan material pasir dan batu. Meskipun penimbunan selesai, petugas tetap disiagakan di lokasi jika terjadi kerusakan lebih lanjut.
Selain itu, balai juga menyiagakan jembatan bailey sebagai antisipasi darurat. "Jembatan bailey sudah kami siagakan di atas truk. Siap berangkat dari Padang kalau terjadi apa-apa. Timnya juga sudah kami siapkan," kata Aidil.
Untuk solusi jangka panjang, balai perlu mengkaji lebih lanjut terkait penyebab kerusakan jalan dan desain konstruksi yang tepat. Tim pengkaji juga akan didatangkan dari Jakarta. Setelah pengkajian selesai, akan dirancang desain untuk perbaikan jalan.
Sejak Jumat (20/12) pagi, badan Jalan Lintas Sumbar-Riau di Jorong Simpang Tigo mulai rekah dan semakin parah akibat hujan deras. Sabtu (21/12), ada empat rekahan yang tersebar di ruas jalan sepanjang 50 meter. Salah satu rekannya sepanjang 30 meter, lebar 0,5 meter, dan dalam 1,5 meter. Rekahan terhubung dengan amblesan tanah yang merusak rumah Selasa (10/12).
Wali Nagari Koto Alam Abdul Malik mengatakan, gerakan tanah di sekitar lokasi sebenarnya terus terjadi. Namun, karena sudah ditimbun, pergerakannya tidak terlalu tampak. Ia berharap agar antisipasi lebih lanjut, seperti penguatan tebing, bisa dilakukan.
"Jika lambat diperbaiki, bisa jadi tanah semakin turun, termasuk (empat) rumah di pinggir yang ambles," kata Abdul. Ditambahkan Abdul, cuaca di Koto Alam, Minggu sore, relatif cerah. Namun, beberapa kali hujan gerimis sempat turun.
Relokasi
Selain di Jorong Simpang Tigo, ancaman tanah bergerak juga terdapat di Jorong Polong Duo, Nagari Koto Alam. Di salah satu bukit di jorong ini, terdapat retakan tanah sepanjang 300 meter dengan lebar 0,5-1 meter.
Retakan berjarak sekitar 100 meter dengan ketinggian 50 meter dari Jalan Lintas Sumbar-Riau. Pontensi bencana tanah longsor mengancam keselamatan pengemudi kendaraan yang melintas dan puluhan keluarga yang bermukim di seberang jalan.
Abdul mengusulkan, agar warga yang bermukim di dua lokasi rawan dekat Jalan Lintas Sumbar-Riau itu direlokasi. Ia khawatir, cepat atau lambat bencana tanah longsor terjadi di lokasi itu. Nagari siap mencarikan lokasi yang aman bagi warga.
"Nanti warga bisa pindah ke wilayah Kampung Lama. Cuma infrastruktur dan penerangan di sana masih kurang. Nagari melalui dana desa sudah mulai membuka jalan sekitar 1,5 kilometer," kata Abdul.