Menara Pemancar RRI Belum Dievakuasi, Sebagian Warga Mengungsi
Dampak robohnya menara RRI, ada beberapa rumah yang tidak bisa ditinggali. Para pemilik rumah dan keluarganya terpaksa mengungsi mencari tempat berteduh yang aman.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menara pemancar Radio Republik Indonesia (RRI) yang roboh di Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kemarin, belum dievakuasi, Senin (23/12/2019). Ada tiga keluarga di permukiman tersebut yang tidak bisa masuk ke dalam rumah karena rumahnya rusak dan masih tertimpa reruntuhan menara.
Berdasarkan pantauan, Senin (23/12/2019), besi penyangga menara setinggi 120 meter yang roboh itu masih belum dipindahkan. Lokasi menara berada di tengah-tengah permukiman warga. Bagian besi yang menimpa masjid, bajaj, dan tujuh rumah di kompleks perumahan itu belum dipindahkan. Hanya sejumlah kabel yang menjuntai sudah dipotong untuk memberikan akses jalan kepada warga yang rumahnya terisolasi. Di reruntuhan itu juga terlihat patahan di bagian besi penyangga.
Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) juga sudah tiba di lokasi untuk kepentingan penyelidikan. ”Kami kemari untuk mengambil dokumentasi, barang bukti, dan lain sebagainya untuk diteliti,” ujar salah seorang penyidik.
Menara pemancar untuk tiga program radio tersebut roboh pada Minggu (22/12/2019). Belum diketahui penyebab pasti kejadian tersebut. Namun, sejumlah warga mengaku mendengar petir yang kencang pada Minggu sore.
Pada saat bersamaan, hujan dan angin kencang juga melanda wilayah tersebut.
Ketua RT 008 RW 002 Gandaria Utara Hafid Kesumawardhana (38) mengatakan, total ada tujuh rumah yang terdampak robohnya menara RRI. Empat rumah rusak parah, sementara tiga rumah lainnya rusak sedang atau ringan.
Ada beberapa rumah yang tidak bisa ditinggali. Makanya ada yang mengungsi ke hotel atau rumah saudaranya.
Selain itu, 1 masjid rusak parah dan 1 bajaj tertimpa reruntuhan. Pada saat kejadian, dua orang terjebak di dalam rumah. Bersama petugas pemadam kebakaran, warga mengevakuasi dua orang yang terjebak. Mereka kemudian diungsikan di rumah keluarganya di Ciputat, Tangerang Selatan.
”Ada beberapa rumah yang tidak bisa ditinggali. Makanya ada yang mengungsi ke hotel atau rumah saudaranya,” kata Hafid.
Menurut Hafid, berdasarkan rapat yang diadakan antara RRI dan warga, pihak RRI akan menunjuk vendor untuk mengevakuasi bangkai menara pemancar. Vendor pihak ketiga ditunjuk karena untuk memindahkan menara pemancar yang rusak itu butuh kehati-hatian. Jika salah perhitungan, reruntuhan justru bisa merusak rumah lain.
”Pihak RRI menjanjikan paling tidak dalam sepekan menara pemancar itu baru bisa dievakuasi,” kata Hafid.
Selain soal evakuasi bangkai menara, pihak RRI juga menjanjikan ganti rugi 100 persen kepada warga. Penggantian, baik biaya pengobatan maupun kerusakan rumah dan kendaraan, sudah ditandatangani dalam surat perjanjian di atas meterai.
Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali yang meninjau lokasi kejadian, Senin, mengatakan, karena menara pemancar tersebut milik RRI, penyelesaian evakuasi ataupun ganti rugi sepenuhnya diserahkan kepada internal RRI. Pihaknya berharap RRI melaksanakan kewajibannya karena kerusakan yang ditimbulkan oleh robohnya menara cukup parah.
Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali yang meninjau lokasi kejadian, Senin, mengatakan, karena menara pemancar tersebut milik RRI, penyelesaian evakuasi ataupun ganti rugi sepenuhnya diserahkan kepada internal RRI.
”Ada tim teknis dari RRI. Mudah-mudahan pertimbangan teknis nanti dipakai saat mengevakuasi ini semua,” ujar Marullah.
Terkait dengan pembangunan ulang menara ke depan, Marullah juga menyerahkan hasilnya kepada rekomendasi teknis tim dari RRI. Apalagi, Mabes Polri juga sudah turun tangan langsung menyelidiki menara yang roboh ini.
Hasilnya diharapkan memberikan titik terang terhadap pengungkapan penyebab kejadian, baik dari sisi kekuatan menara maupun faktor cuaca pada saat kejadian.
”Setelah kejadian ini, tidak hanya RRI, tetapi semua yang memiliki menara harus mengecek kekuatan atau kelayakan menara yang mereka punya,” kata Marullah.