Setelah tiga bulan, hasil resmi sementara pemilu presiden Afghanistan diumumkan. Namun, calon presiden Abdullah Abdullah belum juga mau menerima hasil tersebut.
Oleh
·2 menit baca
Pemilu presiden Afghanistan digelar 28 September 2019. Sehari kemudian, kedua kandidat, Presiden Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah, sama-sama mengklaim kemenangan. Calon penantang, Abdullah, mempersoalkan sekitar 300.000 pemilih dan menganggap telah terjadi penipuan suara.
Pengumuman resmi sementara oleh Komisi Pemilu Independen Afghanistan (AIEC) menempatkan Ghani meraih 50,64 persen (923.868 suara), Abdullah meraih 39,52 persen (720.990 suara). Mantan perdana menteri Gulbuddin Hekmatiyar berada di tempat ke-3 dengan 3,85 persen. ”Kami ingin menjelaskan sekali lagi, tim kami tidak akan menerima hasil pemilu yang penuh tipu daya ini, kecuali tuntutan sah kami dipenuhi,” demikian pernyataan Tim Abdullah.
Kandidat diberi waktu tiga hari oleh AIEC untuk melayangkan protes atau komplain sebelum hasil resmi diumumkan. Namun, banyak pengamat menyatakan, hasil resmi mungkin akan diumumkan beberapa pekan ke depan.
Kami menghormati setiap suara yang masuk karena kami ingin demokrasi bertahan dan tumbuh.
”Kami, dengan jujur, setia, penuh tanggung jawab, berusaha menyelesaikan tugas kami. Kami menghormati setiap suara yang masuk karena kami ingin demokrasi bertahan dan tumbuh,” kata Ketua AIEC Hawa Alam Nuristani.
Ghani hampir dipastikan memimpin Afghanistan untuk kedua kalinya jika hasil sementara ini tidak berubah. Dalam periode kedua, Ghani punya kesempatan untuk melanjutkan dialog damai dengan Taliban, kelompok yang sering melakukan tindakan anarkistis di Afghanistan.
Pemerintah Persatuan Afghanistan, dibentuk oleh Amerika Serikat, membuat Ghani dan Abdullah berbagi kekuasaan selama lima tahun terakhir. Hal itu terjadi seiring munculnya tudingan penipuan dalam jajak pendapat tahun 2014 yang kontroversial. Hasil resmi tidak dapat segera diumumkan karena tuduhan penipuan yang terus meluas mengakibatkan dua kandidat tersebut setuju berbagi kekuasaan.
Tim Ghani tidak segera merespons hasil sementara pemilu 2019, tetapi dia dijadwalkan akan menyampaikan pidato hari ini. Awalnya, hasil pemilu dijadwalkan diumumkan 19 Oktober 2019, tetapi berulang kali tertunda di tengah masalah teknis dan tuduhan penipuan terutama dari Abdullah.
Taliban, kelompok militan yang menguasai wilayah cukup besar, tetap menyatakan, pemilu presiden ini tidak sah. Pemilu pada 28 September itu hampir ditunda untuk memberikan waktu lebih banyak kepada Ghani berdialog dengan Taliban. Namun, setelah Presiden Donald Trump membatalkan pembicaraan damai dengan Taliban, pemilu dilangsungkan.
Akankah hasil pemilu kembali diputuskan oleh AS yang membagi kekuasaan kepada Ghani dan Abdullah? Mengingat kerasnya persaingan ini, bisa saja kejadian 2014 akan berulang, atau AS dapat memaksakan semua pihak menghormati hasil pemilu jika memang dianggap jujur dan adil.