Sebuah menara pemancar RRI setinggi 120 meter roboh di Jalan Antena VII, Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/12/2019). Satu orang terluka, sedangkan 6 rumah, 1 masjid, dan 1 bajaj rusak.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah menara pemancar Radio Republik Indonesia (RRI) setinggi 120 meter roboh di Jalan Antena VII, Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/12/2019). Satu orang terluka, sedangkan 6 rumah, 1 masjid, dan 1 bajaj rusak tertimpa menara tersebut.
Di lokasi, sebagian besi penyangga tiang yang roboh terlihat berkarat. Tiang itu menimpa bagian pelataran masjid Al Amin yang juga milik RRI. Setelah menimpa lantai dua masjid, menara jatuh ke rumah warga. Bajaj yang sedang diparkir di samping masjid juga ikut tertimpa di bagian atap. Akibat kejadian itu, Jalan Antena VII ditutup dan tidak bisa dilewati warga sekitar.
Ghofur (43), pemilik bajaj yang melihat kejadian ini, mengatakan, sebelum menara roboh terdengar suara petir kencang menyambar. Saat itu, hujan deras sedang turun di kawasan tersebut. Tak lama, terdengar menara mulai roboh dan ambruk. Menara menimpa bajajnya yang diparkir di samping Masjid Al Amin.
”Ada satu orang yang menjadi korban, yaitu pegawai RRI yang sedang shalat di masjid. Dia terkena di bagian kepala,” ujar Ghofur saat ditemui di lokasi, Minggu.
Direktur Utama RRI M Rohanudin, yang ditemui di lokasi, mengatakan, antena radio setinggi 120 meter itu digunakan untuk tiga program radio RRI. Sudah dua kali menara roboh di lokasi ini.
Terakhir, pada 2005, di kawasan yang sama tetapi di titik yang berbeda. Setelah kejadian itu, RRI berusaha memperbaiki peralatannya dengan konstruksi yang lebih bagus. Namun, menara roboh kembali terjadi tahun ini.
”Menara yang roboh ini sudah diperbaiki dua tahun yang lalu. Seluruh konstruksinya diperbaiki supaya lebih kokoh. Tetapi, kembali lagi ini karena faktor alam sampai menara roboh,” kata Rohanudin.
Menurut Rohanudin, sebelum permukiman berkembang di Jalan Radio Dalam, menara pemancar milik RRI sudah ada di lokasi tersebut. Tanah di sekitar lokasi juga sudah menjadi milik RRI sejak 1945. Adapun usia menara diperkirakan juga sudah sejak setelah masa kemerdekaan. Menara yang roboh terakhir diperbaiki sekitar dua tahun lalu.
”Memang sebenarnya sudah tidak ideal ada menara di dalam kompleks permukiman warga seperti ini. Seharusnya dipindah ke Cimanggis, Depok. Tetapi, lahan kami di sana diambil untuk pembangunan Kampus Universitas Islam Indonesia,” kata Rohanudin.
Selain sudah diperbaiki sekitar dua tahun lalu, menara pemancar RRI yang roboh juga sudah dilengkapi dengan penangkal petir. Menurut Rohanudin, menara pemancar sudah dibangun sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP). Akan tetapi, diduga karena faktor alam, yaitu angin kencang dan sambaran petir, menara ambruk hingga menimpa masjid dan rumah warga.
Saat ini, Rohanudin fokus mengevakuasi menara yang roboh. Besi-besi menara akan dipotong supaya akses jalan warga kembali terbuka. Selain itu, warga yang rumahnya tertimpa menara juga dapat kembali masuk ke rumah masing-masing.
”Kami akan rapat direksi dan dewan. Ini kami harus cepat mengudara karena tiga program tidak mengudara sejak menara roboh,” ujar Rohanudin.
Enam rumah
Sementara itu, Kepala Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Bastoni Purnama mengatakan, saksi mata kejadian ini sedang dimintai keterangan untuk mengetahui penyebab kejadian. Garis polisi juga sudah dipasang di lokasi untuk proses penyelidikan. Namun, kepolisian belum bisa menyimpulkan penyebab kejadian tersebut.
”Masih dipanggil dan diperiksa saksi-saksi di Polsek Kebayoran Baru,” kata Bastoni.