Keberadaan Tol Layang Jakarta-Cikampek belum sepenuhnya mampu memperlancar arus mudik Natal 2019. Pengaturan lalu lintas sangat menentukan kelancaran arus kendaraan.
Oleh
Kristi Dwi Utami/ I Gusti Agung Bagus Angga Putra/ Abdullah Fikri Ashri/Stefanus Ato
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS—Sejumlah rekayasa lalu lintas belum mampu mengatasi kemacetan arus mudik Tol Jakarta-Cikampek pada Sabtu (21/12/2019). Kemacetan terjadi karena jumlah lajur di titik pertemuan ujung tol layang dan Tol Japek tak cukup menampung tingginya arus kendaraan.
General Manager Traffic PT Jasa Marga Jalan Layang Cikampek Aprimon menjelaskan, tiga lajur tol layang bertemu dengan tiga lajur Tol Jakarta-Cikampek (Japek) di Km 48, atau total ada enam lajur. Namun, setelah itu, lajur yang tersedia di Tol Japek hanya tiga.
”Di titik pertemuan di Kilometer (Km) 48 ujung tol layang, jika ditotal, ada enam lajur kendaraan datang. Tiga lajur kendaraan dari tol layang dan tiga lajur lagi dari Tol Japek bawah,” kata Aprimon.
Kemacetan itu berimbas panjang. Laju kendaraan di tol layang tersendat. Kondisi itu membuat pengendara sampai menggunakan bahu jalan untuk melintas. Akibat bahu jalan digunakan pengendara, tol layang yang semula terdiri dari dua lajur bertambah menjadi tiga. Sebagian pengendara juga buang air kecil di bahu jalan karena tak ada area istirahat di tol layang.
Merespons kondisi tersebut, PT Jasa Marga (Persero) Tbk berencana memperlebar lajur di Km 48 di ujung Tol Layang Jakarta-Cikampek II. Direktur Operasi Jasa Marga Subakti Syukur menyampaikan, Jasa Marga akan memperlebar lajur di ujung tol layang. Lajur direncanakan ditambah dua sehingga menjadi lima lajur.
Subakti memandang keberadaan lajur saat ini harus ditambah untuk mengantisipasi arus mudik Lebaran 2020. Penambahan direncanakan dimulai pada awal 2020 dan ditargetkan tuntas sebelum arus mudik Lebaran. ”Tak mungkin kondisi ini dibiarkan saat mudik Lebaran tahun depan,” ucapnya.
Pengaturan lalu lintas
Hingga Sabtu pukul 14.00, jumlah kendaraan yang melintas di Tol Japek sekitar 70.000 unit. Pada hari-hari biasa, kendaraan yang melintas dalam satu hari sebanyak 60.000 kendaraan. Kemacetan panjang pun tak terelakkan.
”Jumlah kendaraan diperkirakan terus meningkat hingga malam hari. Besok pagi (hari ini), jumlah kendaraan tetap meningkat, tetapi tak sebanyak sekarang,” ujar Subakti.
Menurut Kepala Bagian Operasional Korps Lalu Lintas Polri Komisaris Besar Benyamin, kepolisian bekerja sama dengan Jasa Marga memecah kepadatan kendaraan dari arah Jakarta ke Cikampek. Caranya dengan memberlakukan sistem lawan arus di Km 47 hingga Km 61, menerapkan buka-tutup di jalur masuk tol layang, dan menutup area istirahat.
Jumlah kendaraan diperkirakan terus meningkat hingga malam hari.
Cara itu untuk sementara cukup efektif mengurai kemacetan. Namun, langkah itu hanya memindahkan kemacetan dari tol layang ke Tol Japek. Sebab, ketika tol layang macet, kendaraan dari Jakarta diarahkan tidak menggunakan tol layang, tetapi melintas di Tol Japek bawah. Pantauan Kompas, pada Sabtu sore terjadi penumpukan kendaraan di Tol Japek bawah, sementara di tol layang, yang sedari siang macet, terpantau telah lancar.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai, kemacetan di Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek terjadi karena euforia masyarakat untuk mencobanya. ”Ada kejutan karena banyak orang mencoba Tol Layang Jakarta-Cikampek, hari ini. Mungkin ada pergeseran. Tadinya naik kereta api, mereka kini mencoba (jalan tol),” kata Budi di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu sore.
Satu arah
Rencana pemberlakuan sistem satu arah dari Km 70 Cikampek Utama hingga Km 414 Kalikangkung, Semarang, pada Sabtu (21/12) berakhir lebih awal. Polisi menilai arus kendaraan cukup ditampung menggunakan satu jalur.
Awalnya, polisi berencana memberlakukan sistem satu arah pada Sabtu pukul 06.00-18.00. Berdasarkan hasil evaluasi, sistem satu arah diakhiri pada pukul 14.00.
”Kami memutuskan untuk mengakhiri pemberlakuan one way lebih awal karena arus lalu lintas tidak terlalu padat. Arus kendaraan cukup ditampung menggunakan satu jalur, yakni jalur A (Jakarta-Semarang),” ungkap Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Istiono, di Brebes, Sabtu petang.
Menurut Istiono, kemungkinan besar sistem satu arah tidak akan diberlakukan lagi hingga arus mudik Tahun Baru ataupun pada saat arus balik.
Berdasarkan pantauan Kompas,Sabtu siang, arus lalu lintas di tol Trans-Jawa ruas Pejagan-Pemalang cukup lengang. Mayoritas kendaraan pemudik memilih jalur A (Jakarta-Semarang) dan hanya beberapa kendaraan yang terpantau melintas di jalur B (Semarang-Jakarta).
Budi menambahkan, sejak awal, rekayasa lalu lintas sistem satu arah diterapkan di Tol Cipali. Sistem satu arah ini direncanakan berakhir seiring berakhirnya arus puncak mudik Natal dan Tahun Baru.
”Dalam skenario besok (hari ini), sebenarnya sudah tidak one way. Namun, kami lihat, kalau malam Tol Japek padat, dan yang di Tol Cipali satu arah. Tetapi, semua di bawah komando Korps Lalu Lintas Polri,” ujarnya.
Kalau tidak dialihkan, semua kendaraan nanti menumpuk di jalur Kalijaga sampai Cideng sepanjang 6 kilometer.
Sementara di Cirebon, Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Cirebon Kota, Jawa Barat, mengalihkan arus kendaraan dari Jawa Tengah menuju Jakarta melalui jalur alternatif Indramayu. Pengalihan ini bertujuan memecah kepadatan di pantura Cirebon akibat penerapan sistem satu arah di jalan tol.
Pengalihan arus diberlakukan di pertigaan Kalijaga, Kota Cirebon, Sabtu (21/12), sekitar pukul 08.00. Selain bersiaga, polisi memasang marka jalan dan mobil dengan pengeras suara untuk mengumumkan pengalihan arus kepada pengemudi. Kendaraan yang dialihkan umumnya bus dan mobil pribadi.
”Kalau tidak dialihkan, semua kendaraan nanti menumpuk di jalur Kalijaga sampai Cideng sepanjang 6 kilometer,” kata Kepala Bagian Operasi Satlantas Polres Cirebon Kota Inspektur Dua Joni.