Juventus mengusung misi balas dendam saat bersua Lazio di final Piala Super Italia. Lazio merupakan rival tersulit Juve dalam sewindu terakhir.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
RIYADH, SABTU – Juventus bisa disebut tim paling serakah gelar domestik di Italia dalam sewindu terakhir. Satu per satu hidangan trofi di “negeri sphagetti” itu mereka lahap, nyaris tidak menyisakan “daging” bagi tim-tim lainnya.
Bayangkan, dari total 24 trofi domestik di Italia dalam delapan tahun terakhir, 16 di antaranya dikuasai Juve. Tiada tim lainnya di Italia maupun Eropa yang bisa menandingi monopoli klub berjuluk “Si Nyonya Besar” itu. Scudetto alias trofi juara Liga Italia bahkan mereka sapu bersih, yaitu delapan kali beruntun dalam sewindu terakhir.
Adapun delapan trofi lainnya berupa empat Piala Italia dan empat Piala Super Italia. Sejumlah rival tradisional Juve seperti Napoli, Inter Milan, AC Milan, dan AS Roma, sulit bersaing dengan mereka. Namun, ada satu rival yang acapkali menyulitkan, bahkan mencuri gelar dari mereka, yaitu Lazio.
Salah satu tim ibukota Italia bak duri dalam daging bagi Juve. Mereka menjadi klub pertama dan satu-satunya yang mengalahkan Si Nyonya Besar pada musim ini, yaitu di laga Liga Italia dua pekan lalu. Ketika itu, Juve takluk 1-3 di Stadion Olimpico, Roma. Kekalahan itu membuat Juve gagal menjauh dari Inter Milan di puncak klasemen Liga Italia musim ini.
“Lazio merupakan rival sejati Juve satu dekade terakhir. Jika ada tim yang mampu mengambil sesuatu dari Juve, Lazio adalah timnya. Mereka juga satu-satunya tim Italia yang bisa menang kandang maupun tandang atas Juve dalam dua tahun terakhir,” tulis koran asal Italia, Gazetta dello Sport.
Lazio setidaknya telah merebut dua gelar dari Juve sepanjang dekade ini, yaitu Piala Italia 2013 dan Piala Super Italia 2013. Mereka berambisi mengulang pencapaian itu ketika kembali bersua Si Nyonya Besar pada ajang Piala Super Italia 2019 di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (22/12) pukul 23.45 WIB. Di laga itu, Juve berstatus juara bertahan Liga Italia, adapun Lazio sebagai juara Piala Italia musim lalu.
Juve merupakan tim tersukses di Piala Super, yaitu dengan raihan delapan trofi sejauh ini. Meskipun demikian, persentase kemenangan mereka di laga yang berlangsung sekali itu setara dengan Lazio yang kini baru mengemas empat trofi. Persentase kedua tim identik yaitu 57 persen kemenangan dari total final yang mereka ikuti, yaitu masing-masing Juve 14 kali adapun Lazio tujuh kali.
Meskipun telah banyak mengoleksi gelar satu windu terakhir ini, kiper Juve Gianluigi Buffon mengaku belum kenyang gelar. Mereka bertekad menambah gelar ke-17 di dekade ini saat menghadapi Lazio. Menariknya, ungkap Buffon, rasa lapar gelar timnya kembali muncul berkat Lazio, yaitu setelah dibekap 1-3 dua pekan lalu.
“Kami sebetulnya tidak laik kalah, juga menang, di laga itu. Itu terjadi akibat insiden negatif (kartu merah pemain Juve, Juan Cuadrado). Namun, setidaknya, kami jadi terlecut dan menemukan kembali antusiasme yang sempat hilang seusai laga itu. Kami penuh gairah akhir-akhir ini,” ujar kiper veteran Juve itu.
Buffon pun menjanjikan penampilan berbeda timnya dibandingkan duel sebelumnya di Roma. Seusai kekalahan dari Lazio, Juve bangkit dan selalu menang di tiga laga terakhir di berbagai kompetisi. Kebangkitan itu selaras kembali tajamnya Cristiano Ronaldo, penyerang andalan mereka. Ia mengemas empat gol di ketiga laga itu, termasuk sundulan menakjubkan, yaitu setinggi total 2,56 meter, saat menghadapi Sampdoria, akhir pekan lalu.
Trisula “maut”
Pada tiga laga itu, pelatih Maurizio Sarri rutin melakukan hal yang sempat ditolaknya di awal musim ini, yaitu memainkan sekaligus trisula Ronaldo, Gonzalo Higuain, dan Paulo Dybala. Ketiganya berpeluang kembali tampil sejak menit pertama pada laga di Riyadh. “Jika ketiganya bermain (bersama), tim-tim lain harus khawatir,” ujar Sebastian Giovinco, mantan pemain Juve, dikutip Football-Italia.
Secara terpisah, Pelatih Lazio Simone Inzaghi mengakui potensi ancaman Juve, tim yang bertekad balas dendam. Namun, ia telah mewaspadainya. “Laga besok bakal berbeda (dari pertemuan sebelumnya). Untuk itu, penting untuk tidak melakukan kesalahan krusial di laga ini. Kami dalam grafik yang bagus berkat delapan kemenangan beruntun di Liga Italia,” ujar Inzaghi penuh percaya diri.