Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa dan Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayor Jenderal Marga Taufiq turun langsung menyelesaikan konflik antara Brimob dan TNI Angkatan Darat di Saumlaki, Maluku.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa dan Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayor Jenderal Marga Taufiq turun langsung menyelesaikan konflik antara Brimob dan TNI Angkatan Darat di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Semua pihak diminta tenang dan tidak mudah termakan emosi.
Sabtu (21/12/2019) siang, Royke dan Marga, sama-sama lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1987, terbang dari Ambon ke Saumlaki menggunakan pesawat komersial. Saumlaki yang berada di bagian tenggara Maluku ditempuh selama 1 jam 40 menit. Tiba di Saumlaki, mereka menggelar pertemuan dengan perwakilan dari kedua belah pihak.
Marga, dalam jumpa pers sebelum terbang ke Saumlaki, mengatakan, sinergi Polri dan TNI harus terus ditingkatkan. Dengan begitu, bentrokan yang berawal dari kesalahpahaman itu tidak terulang. Dinamika di lapangan hendaknya dapat ditanggapi dengan bijaksana. ”Jangan terlalu cepat emosi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Royke kepada Kompas melalui pesan singkat. Menurut dia, sebagai sesama aparat keamanan, polisi dan TNI harus memberikan contoh baik kepada masyarakat. Hal itu sering kali disampaikan Royke dalam banyak kesempatan. Untuk memperkuat sinergi, hendaknya digelar kegiatan bersama berupa olahraga ataupun bakti sosial.
Sebelumnya, anggota Brigade Mobil Kompi 3 Batalyon C Pelopor Polda Maluku bentrok dengan anggota TNI AD dari Batalyon 734 Satria Nusa Samudera. Bentrokan terjadi di pusat perbelanjaan Saumlaki pada Jumat (20/12/2019) malam. Kejadian ini membuat warga setempat sangat ketakutan.
Bentrokan itu berawal dari teguran seorang anggota Brimob kepada seorang anggota TNI yang mengendarai sepeda motor melawan arus lalu lintas dan tanpa helm. Setelah ditegur, anggota TNI yang tidak berseragam itu justru melawan sehingga terjadi adu mulut alot. Anggota Brimob itu lalu menampar wajah anggota TNI.
Tak terima kawannya ditampar, beberapa rekan anggota TNI itu datang sehingga mereka saling dorong. Seorang anggota Brimob bahkan sampai mengeluarkan tembakan peringatan sehingga kondisi semakin kacau. Anggota Brimob yang ikut menjaga keamanan di pusat perbelanjaan itu ditarik kembali dan pengamanan diatur anggota polres lain. Situasi saat itu masih tenang.
Akan tetapi, tak lama kemudian, lebih kurang 40 anggota TNI Batalyon 734 Satria Nusa Samudera datang mencari polisi di jalanan dan pusat perbelanjaan tersebut. Ada di antara gerombolan itu yang menganiaya satu anggota polisi.
Tidak ada korban jiwa dalam bentrokan tersebut. Tentara yang ditampar mengalami luka memar, sedangkan polisi yang dikeroyok terluka lecet. Asrama polisi mengalami pecah kaca dan beberapa kendaraan polisi pun dirusak. Marga dan Royke sama-sama berjanji akan memproses hukum pihak-pihak yang melanggar.
Tokoh masyarakat Kepulauan Tanimbar, Nicko Ngeljaratan, lewat sambungan telepon menyesalkan kejadian tersebut. Bentrokan semacam itu baru pernah terjadi di Saumlaki. Masyarakat sangat ketakutan.
”Dengar bunyi senjata bikin trauma. Trauma seperti konflik dulu. Tolong jangan terulang lagi,” katanya.
Insiden itu juga dianggap mengganggu persiapan umat menyambut Natal. Saat ini, masyarakat datang ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan Natal. Mereka juga berdoa di gereja. ”Jaga suasana ini tetap sejuk,” ujarnya.
Ketua Komnas HAM Provinsi Maluku Benediktus Sarkol berpendapat, pembinaan mental bagi kalangan prajurit belum selesai. Peristiwa tersebut mengingatkan pada bentrok oknum anggota TNI AD dengan polisi di Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, pada 2008. Saat itu, ratusan anggota TNI AD Batalyon Infanteri 731 Kabaresi menyerang Markas Polres Maluku Tengah menggunakan peralatan tempur.