Kejadian tanah bergerak di Jorong Simpang Tigo, Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, menjalar ke jalan lintas Sumatera Barat-Riau.
Oleh
yola sastra
·4 menit baca
LIMAPULUH KOTA, KOMPAS — Kejadian tanah bergerak di Jorong Simpang Tigo, Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, menjalar ke jalan lintas Sumatera Barat-Riau. Akses lalu lintas di jalan nasional yang menghubungkan kedua provinsi itu terancam putus.
Edwar (61), warga Jorong Simpang Tigo, mengatakan, amblesan mulai menjalar ke badan jalan sejak Jumat (20/12/2019) pagi. Namun, retakan yang awalnya hanya selebar 0,5 sentimeter itu kian parah. Retakan dipicu hujan deras yang turun dalam empat hari terakhir.
”Retakan paling besar terjadi tadi pagi. Tanahnya lunak akibat hujan dan beban berat kendaraan membuat kondisinya semakin parah,” ujar Edwar.
Dari pantauan Kompas di lokasi, Sabtu, setidaknya terdapat empat retakan yang tersebar di jalan sepanjang 50 meter. Salah satu retakannya sepanjang 30 meter, lebar 0,5 meter, dan sedalam 1,5 meter. Retakan ini terhubung dengan amblesan tanah yang merusak rumah pada Selasa, 10 Desember.
Kondisi tersebut membuat lalu lintas berlangsung satu arah dengan sistem buka tutup. Saat ramai, jalur yang dilewati truk muatan berat, bus penumpang, mobil pribadi, dan sepeda motor itu tersendat.
Sementara itu, empat rumah dan satu fondasi di Jorong Simpang Tigo yang ambles pada kejadian sebelumnya kondisinya semakin parah. Amblesan mencapai sekitar 6 meter dibandingkan dengan tiga hari lalu yang hanya sekitar 3 meter. Pohon-pohon di jurang belakang rumah pun mulai rebah ke arah jalan.
Wali Nagari Koto Alam Abdul Malik mengatakan, retakan jalan itu harus segera diantisipasi. Jika dibiarkan, seluruh badan jalan bisa ambles dan lalu lintas terputus total. Sabtu siang, antisipasi baru berupa penimbunan retakan jalan dengan batu kerikil.
”Jalan nasional ini merupakan akses satu-satunya warga Koto Alam. Jika terputus, warga bisa terisolir. Begitu pula akses lalu lintas Sumbar-Riau bisa terputus total,” ujar Abdul.
Jalan nasional ini merupakan akses satu-satunya warga Koto Alam. Jika terputus, warga bisa terisolir. Begitu pula akses lalu lintas Sumbar-Riau bisa terputus total.
Jalan lintas Sumbar-Riau adalah satu-satunya akses jalan dari Limapuluh Kota ke Riau atau sebaliknya. Selain mobil pribadi, bus angkutan, dan truk muatan berat, jalan itu juga merupakan jalur perdagangan bahan pokok, seperti telur dan beras, dari Limapuluh Kota ke kabupaten/kota di Riau.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota Rahmadinol mengatakan, jalan yang retak itu sudah dilaporkan ke Balai Pelaksanaan Jalan Nasional III Padang. ”Balai sudah menurunkan tim untuk mengkajinya secara teknis,” ujarnya.
Retakan tanah sepanjang 300 meter di bukit Jorong Polong Duo, Nagari Koto Alam, sejauh ini belum berdampak. Namun, retakan yang berjarak sekitar 100 meter dengan ketinggian 50 meter dari jalan lintas Sumbar-Riau itu juga berpotensi memicu longsor sehingga mengancam kendaraan yang melintas dan permukiman di seberang jalan.
Masih mengungsi
Rahmadinol mengatakan, secara umum, banjir di sejumlah lokasi di Limapuluh Kota mulai surut dan sebagian material longsor sudah dibersihkan. Namun, sebagian warga yang rumahnya terendam banjir masih mengungsi di tenda pengungsian ataupun rumah ibadah.
Warga yang mengungsi tersebar di dua kecamatan, yaitu Lareh Sago Halaban dan Harau. Di Lareh Sago Halaban, 21 rumah tangga mengungsi ke Jorong Kubang Rasau, Nagari Balai Panjang, dan 22 rumah tangga mengungsi ke Jorong Padang Balimbiang, Nagari Bukik Sikumpa. Sementara di Harau, 21 rumah tangga mengungsi ke Jorong Subarang, Nagari Taram.
Kamis-Jumat, 19-20 Desember, bencana hidrometeorologi, seperti banjir ataupun tanah longsor, terjadi di delapan kecamatan di Limapuluh Kota. Kecamatan tersebut adalah Pangkalan Koto Baru, Kapur IX, Situjuah Limo Nagari, Akabiluru, Guguak, Payakumbuh, Lareh Sago Halaban, dan Harau.
Di Jorong Koto Lamo dan Koto Tangah, Nagari Koto Tuo, Kapur IX, longsor dan banjir sempat memutus lalu lintas. Jalan kabupaten yang menghubungkan Lubuk Alai dan Koto Lamo tertutup material longsor di 13 tempat. Kondisi itu membuat 800 rumah tangga terisolasi.
”Sekarang akses sudah terbuka kembali. Ada dua ekskavator dikerahkan untuk mengangkat material longsor,” ujar Rahmadinol.
Camat Kapur IX Feri Aryantoni mengatakan, jalur Lubuk Alai-Koto Lamo sudah terbuka pada Sabtu (21/12/2019) sekitar pukul 11.00. Namun, aliran listrik dan sinyal telepon seluler masih padam akibat tanah longsor dan banjir.