Warga NTT Diminta Gali Potensi Daerah lewat Cendana dan Aren
Warga NTT diminta menggali potensi daerah lewat pohon cendana dan pohon aren. Selain berfungsi sebagai pencegah potensi longsor dan kekeringan, pohon itu juga mampu menjadi solusi bagi peningkatan kesejahteraan.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Warga Nusa Tenggara Timur diminta menggali potensi daerah lewat pohon cendana dan pohon aren. Selain berfungsi sebagai pencegah potensi longsor dan kekeringan, dua jenis pohon tersebut juga mampu menjadi solusi bagi peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Jumat (20/12/2019), di Kupang, mengatakan, sejumlah kawasan di NTT cocok ditanami pohon cendana dan pohon aren, di antaranya di Kupang dan Pulau Solor. Dua wilayah yang masuk kategori tandus itu bisa menjadi hijau kembali dan memiliki kekayaan lokal jika warga mau menanam pohon-pohon tersebut.
”Ancaman longsor dan kekeringan bisa kita kurangi dengan menambah jumlah pohon dan jenis pohon yang cocok, cendana dan aren,” ujar Doni seusai menanam bibit cendana dan aren di halaman Kantor Wali Kota Kupang, Jumat.
”Tak hanya itu, dua pohon ini juga sangat bisa menumbuhkan ekonomi rakyat meski harus menunggu beberapa tahun ke depan. Tetapi, lebih baik dimulai dari sekarang daripada tidak sama sekali,” kata Doni lagi.
BNPB mengirimkan bantuan 10.000 bibit cendana dan 1.000 bibit aren kepada Pemkot Kupang. Selain itu, 10.000 bibit cendana juga diberikan kepada Pemkab Flores Timur untuk ditanam di Pulau Solor.
Doni selalu mengingatkan, gerakan menanam pohon ini harus terus digalakkan di masyarakat agar tak ada lagi wilayah yang tandus. Selain itu, tanaman-tanaman tersebut juga sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya longsor, seperti di Pulau Solor, Flores Timur.
Nilai jual
Di samping itu, menurut Doni, manfaat dari pohon cendana dan pohon aren juga sangat tinggi. Pohon cendana, misalnya, memiliki nilai jual yang sangat tinggi jika sudah berumur 20-30 tahun. Harga satu pohon bisa dijual hingga Rp 50 juta.
”Pohon cendana mengandung minyak atsiri yang sangat bernilai. Bayangkan kalau setiap orang di NTT menanam satu-satu pohon itu. Provinsi ini bisa sejahtera,” ujar Doni.
Kemudian, pohon aren juga tak kalah bermanfaat. Pohon tersebut, lanjut Doni, bisa dirawat di tanah yang tandus agar menjadi tanah humus. Hal itu bisa terjadi karena pohon aren memiliki kemampuan menyerap air saat hujan. Vegetasi di bawahnya pun menjadi subur.
Bahkan, setiap pohon aren yang berumur tujuh-delapan tahun sudah bisa menghasilkan 10 liter nira atau air manis. Itu bisa digunakan sebagai bahan baku gula aren.
”Jadi, masalah kekeringan bisa terselesaikan. Itu juga bisa sekaligus menggenjot perekonomian masyarakat,” tutur Doni.
Doni berharap, penyerahan bibit kepada sejumlah pemda bisa menjadi pemicu gerakan menanam pohon kembali. Kepala daerah harus bisa menggandeng seluruh jajaran di bawahnya serta masyarakat untuk gerakan tersebut. Dana desa pun bisa mulai disisihkan guna pembelian bibit tanaman.
”Jangan semua tergantung pada pusat, provinsi, atau kabupaten. Enggak. Desa pun bisa menggali potensinya sendiri. Kalau ini bisa menjadi gerakan di seluruh komponen, potensi daerah bisa tumbuh,” ucap Doni.
Sementara itu, Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore berjanji akan menjaga bibit-bibit yang telah diberikan. Masyarakat akan dilibatkan dalam merawat pohon.
”Kalau masyarakat NTT bisa bertanggung jawab dengan 10.000 pohon cendana dan 1.000 pohon aren, itu luar biasa. Keuntungan memang bukan untuk kita sekarang, tetapi anak-cucu ke depan,” kata Jefri Riwu Kore.