Potensi cuaca ekstrem tidak hanya pada puncak musim hujan, tetapi sepanjang periode musim hujan ini, yakni Desember 2019 hingga Mei 2020.
Oleh
J Galuh Bimantara dan Helena F Nababan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Genangan setinggi 20-100 sentimeter yang muncul di beberapa lokasi di Jakarta pada Selasa (17/12/2019) menjadi alarm awal bahwa cuaca ekstrem bisa terjadi kapan pun sepanjang musim hujan 2019-2020 ini. Kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah mesti dibangun sejak sekarang.
”Potensi cuaca ekstrem tidak hanya pada puncak musim hujan, tetapi juga sepanjang periode musim hujan ini, yakni Desember 2019 hingga Mei 2020,” ucap Kepala Subbidang Analisis dan Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Adi Ripaldi, Rabu (18/12/2019).
BMKG memprediksi, puncak musim hujan untuk kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terjadi pada Februari-Maret 2020.
Munculnya genangan-genangan di Ibu Kota pada Selasa lalu menjadi bukti bahwa tidak perlu menunggu puncak musim hujan dengan jumlah curah hujan tinggi untuk mewaspadai cuaca ekstrem. Selasa itu, tidak ada area di Jabodetabek yang menerima curah hujan berkategori ekstrem atau di atas 150 mm per hari.
Secara umum, sebaran curah hujan di Jabodetabek masih kisaran sedang (20-50 mm per hari) hingga lebat (50-100 mm per hari). ”Namun, dampaknya mulai banyak genangan atau banjir,” ujar Ripaldi.
Publik diimbau mengantisipasi curah hujan harian yang bisa jadi berupa hujan singkat dalam hitungan satu-dua jam, tetapi berintensitas lebat atau disertai petir, angin kencang, hingga puting beliung.
Untuk menghindari sambaran petir, BMKG mengimbau warga segera masuk ke dalam ruangan atau mobil jika sedang berada di luar dan mendengar guntur. Publik diminta tidak berlindung di bawah pohon karena jika pohon tersambar petir, energinya bisa melompat ke tubuh. Tiang listrik, menara, atau sesuatu yang tinggi juga mesti dijauhi.
Bersihkan saluran
Juaini Yusuf, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, kemarin, menjelaskan, genangan di sejumlah titik pada Selasa lalu kemungkinan karena saluran tersumbat.
”Memang karena ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, ada bahan material di lokasi yang bisa mengakibatkan saluran tersumbat. Namun, sudah diinstruksikan segera ini harus dirapikan supaya tidak terulang,” ujar Juaini.
Sejumlah titik genangan pada Selasa merupakan titik genangan baru, di antaranya di depan Plaza Senayan, Jakarta Pusat.
Ia menambahkan, mulut saluran air yang mengecil di titik-titik proyek mesti dinormalkan supaya bisa mengalirkan air lebih banyak lagi. ”Namun, sebagian besar (genangan) kemarin rata-rata karena antrean air,” ucapnya.
Untuk antisipasi banjir, sejak Juni, pengerukan dilakukan, di antaranya, di Waduk Sunter, Pondok Rangon, dan Cimanggis. Pengerukan juga dilakukan di lima wilayah, khususnya pengerukan sungai, saluran air, saluran penghubung, dan saluran di jalan lingkungan.