Gerakan menanam pohon sangat dibutuhkan di Pulau Solor, Flores Timur, sebagai upaya mencegah bencana longsor karena mayoritas wilayah terlihat gersang.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Pemerintah daerah dan warga di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, diajak untuk fokus menanam pohon di wilayahnya.
Pulau yang memiliki kontur berbukit tersebut ternyata gersang sehingga ancaman longsor sangat nyata. Selain itu, warga juga diminta untuk mengantisipasi ancaman gempa dan tsunami.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, gerakan menanam pohon sangat dibutuhkan di Pulau Solor sebagai upaya mencegah bencana longsor karena mayoritas wilayah terlihat gersang. Apalagi sudut kemiringan lereng di pulau itu rata-rata 30-40 derajat.
”Kalau tempat ini tak ada vegetasi, ketika hujan lebat, tiga hari saja dengan intensitas tinggi, bebatuan besar di bukit bisa lepas. Bisa membahayakan keselamatan. Kami harap, ajakan menanam pohon menjadi prioritas di Pulau Solor,” tutur Doni dalam kunjungan ke Dusun Lamakera, Solor Timur, Kamis (19/12/2019).
Hadir anggota Komisi VIII DPR, Ali Taher Parasong, dan Bupati Flores Timur Anton Gege Hadjon.
Dalam kesempatan tersebut, BNPB mengirimkan bantuan 10.000 bibit cendana. Pemilihan pohon tersebut dinilai sangat cocok dengan kondisi tanah dan cuaca di Solor.
Selain bibit cendana, Doni menyarankan kepada kepala daerah setempat agar juga menanam pohon sukun, beringin, dan nimba.
”Kalau sudah ditanam, masyarakat harus ikut menjaga. Kalau tidak, akan sia-sia,” ucap Doni.
Gege Hadjon pun sependapat bahwa penduduk Pulau Solor harus mulai sadar untuk menanam pohon. Jika itu tak terjadi, gempa sedikit saja bisa menghancurkan desa.
”Jika tak mulai menanam, dua batu saja yang turun dari bukit bisa menghancurkan desa ini. Saya akan ajak warga untuk harus menanam agar melindungi desa ini dari batu dan tanah yang tandus, yang menyebabkan longsor dan menimpa desa kami,” ucap Anton.
Anton menyadari, gerakan menanam pohon perlu ditumbuhkan kembali agar Pulau Solor bisa hijau kembali. Dia teringat, dahulu, Solor terkenal dengan pohon cendana.
”Sekarang, tak ada lagi cendana di Pulau Solor. Jika di atas (bukit) sudah ditanami pohon, saya kira desa ini bisa kami lindungi dari ancaman (longsor) ke depan,” kata Anton.
Ancaman tsunami
Selain masalah vegetasi, Doni juga meminta kepada pimpinan daerah dan warga di Pulau Solor untuk mengenali ancaman tsunami di wilayahnya.
Peristiwa tsunami sangat nyata di kemudian hari karena sisi selatan NTT berhadapan dengan zona duga megathrust Sumba dengan potensi gempa bumi berkekuatan hingga magnitudo (M) 8,9, dan megathrust Timor dengan potensi energi hingga M 8,7.
Oleh karena itu, Doni berharap, warga bisa segera menghindari laut ketika gempa besar terjadi di Pulau Solor dan sekitarnya.
”Jangan lengah, tetap waspada. Kalau ada gempa durasi lama, tak perlu menunggu pemberitahuan. Langsung lari ke bukit. Jangan berada di pinggir pantai,” ujar Doni.