Sambut 100 Tahun Merdeka, Indonesia Siapkan Peradaban Baru
Dibutuhkan generasi muda yang peka terhadap isu-isu strategis bangsa. Misalnya, soal intoleransi, kesenjangan ekonomi, atau masalah kerusakan lingkungan.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dinilai perlu menyiapkan peradaban baru saat memperingati 100 tahun kemerdekaan pada 2045. Peradaban tersebut mesti dibangun sejak saat ini. Dalam hal ini, peran kepala daerah menjadi salah satu yang krusial.
Anggota peneliti Tim Papua dan Tim Politik Luar Negeri Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth, membayangkan Indonesia yang pada 2045 genap berusia satu abad akan menjadi lebih baik. Pada periode tersebut, Indonesia akan memiliki peradaban baru.
”Kalau kita bicara tentang teknologi saat ini, itu adalah hasil dari peradaban baru. Jika kita menerka 2045 pasti akan ada perubahan-perubahan baru lainnya,” katanya dalam Seminar ”Mimpi Tokoh Muda untuk Indonesia 2045” yang diadakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat di Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Peradaban baru yang dimaksud Adriana erat kaitannya dengan karakter sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. SDM pada masa tersebut akan diisi dan dipimpin oleh pemuda-pemuda yang saat ini duduk di bangku sekolah. Mereka perlu memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menyejahterakan masyarakat.
Untuk itu, dibutuhkan generasi muda yang peka terhadap isu-isu strategis bangsa. Misalnya, soal intoleransi, kesenjangan ekonomi, atau masalah kerusakan lingkungan.
Di sisi lain, nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa harus terpelihara dengan baik meski peradaban baru terbentuk. ”Selain penguasaan iptek, identitas keindonesiaan kita juga harus semakin kuat, bukan justru melebur dengan budaya lain. Harmonisasi nasionalisme juga perlu dijaga,” ujar Adriana.
Pendidikan budi pekerti
Dalam hal ini, Adriana menyebutkan pentingnya pembekalan spritualitas pada generasi muda. Spiritualitas bisa didapatkan melalui pendidikan budi pekerti dari keluarga atau lembaga keagamaan. Hal ini dibutuhkan mengingat kondisi Indonesia sangat beragam. Dalam 25 tahun ke depan, seluruh perbedaan itu harus tetap diterima apa adanya.
Kendati demikian, Adriana optimistis dengan potensi generasi muda saat ini. Misalnya, karakter mereka pada umumnya lebih dinamis, energik, kreatif, dan inovatif. Pemuda biasanya mempunyai ide yang aneh, tetapi tetap menyenangkan.
”Di samping itu, mereka punya ciri lain, yakni ambigu karena mereka biasanya multitalenta. Ini harus jadi perhatian,” tambahnya.
Berdasarkan studinya, Adriana menjabarkan sejumlah tantangan yang akan dihadapi menuju peradaban baru Indonesia 2045. Khususnya tentang kualitas SDM yang masih timpang. Hal ini tidak mengherankan mengingat masih banyak daerah yang belum mendapatkan akses pendidikan secara merata.
Hal ini mesti dipenuhi dengan segera. Sebab, pada masa revolusi industri saat ini, semua pihak berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat. Terlebih, dunia juga sedang menghadapi tantangan dalam bentuk ketidakpastian dan ketidakaturan.
”SDM kita harus siap berkompetisi secara ketat dengan menciptakan keunikan. Sebab, semua berkompetisi pada hal yang sama saat ini,” katanya.
Menentukan arah
Perubahan-perubahan menuju Indonesia 2045 juga tidak terlepas dari peran pemerintah daerah. Sebab, kebijakan atau program yang dilakukan oleh kepala daerah juga menentukan arah peradaban Indonesia ke depan.
Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim berharap agar pada 2045 Indonesia sudah terbebas dari masalah pendidikan dan kesehatan. Chusnusia pun menganggap pendidikan saat ini belum merambah ke perdesaan. Selain itu, sebagian besar perguruan tinggi juga terpusat di kawasan perkotaan.
Khusus untuk bidang kesehatan, Chusnunia berharap generasi pada masa itu adalah generasi yang kuat dan berkualitas. Hal ini bisa terjamin asalkan tidak ada lagi tengkes dan kematian ibu dan anak saat melahirkan. Untuk memenuhi hal ini, fasilitas dasar kesehatan menjadi penentunya.
”Hak-hak perempuan juga harus dilindungi karena mereka yang memastikan tumbuh kembang anak. Pendidikan ibu mereka juga harus tinggi agar bisa mencerdaskan anak,” katanya.
Peradaan Indonesia ke depan juga bisa dibentuk dengan cara mengapitalisasi potensi lokal yang ada di setiap daerah. Salah satunya yang dilakukan oleh Kota Batu, Jawa Timur. Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menjanjikan beasiswa untuk masyarakat yang melanjutkan kuliah di Jurusan Pertanian.
”Setelah lulus, mereka harus kembali ke Batu untuk mengembangkan potensi Batu. Bahkan, ada yang berkuliah di luar negeri,” katanya. Sektor pertanian merupakan komoditas utama Kota Batu selain pariwisata.
Saat ini, beberapa anak muda Kota Batu sudah bergelut dengan dunia pertanian. Mereka menciptakan inovasi, bukan hanya lewat teknologi pertanian, melainkan juga tahapan pemasaran. Misalnya, mereka tidak lagi menjual kentang begitu saja, tapi mengolahnya dulu menjadi produk kreatif.
”Ada yang menjual produk-produk pertanian dengan mendirikan kafe. Ada juga barista yang mengolah hasil pertanian sendiri,” ungkapnya.