Ruang Berkarya Semakin Terbuka bagi Mereka yang Dianggap Berbeda
Mereka yang dianggap berbeda nyatanya tidak bisa dianggap remeh. Penyandang disabilitas juga mampu mengemban tanggung jawab pada posisi strategis dan berkarya seperti layaknya pekerja lain.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peluang bagi para penyandang disabilitas untuk berkarya kini semakin terbuka, baik dalam perusahaan swasta maupun instansi pemerintahan. Peluang untuk menduduki jabatan strategis juga bukan hal mustahil.
Optimisme para penyandang disabilitas merebak setelah Presiden Joko Widodo menunjuk Angkie Yudistia sebagai salah satu staf khususnya. Angkie dikenal sebagai penyandang disabilitas tunarungu yang sukses mengembangkan Thisable Enterprise untuk pemberdayaan kelompok disabilitas.
PT Zola Permata Indonesia melakukan hal serupa. Sejak 2017, mereka mengumpulkan para penyandang disabilitas untuk untuk membuat kerajinan membatik. Saat ini ada enam penyandang disabilitas yang diberikan fasilitas sebuah rumah di Bantul untuk tempat berkarya.
”Tadinya, kami hanya memberikan lokakarya selama tiga bulan. Tetapi, ternyata sayang kalau hanya selesai di situ. Maka, kami coba memasarkan produk mereka juga,” kata Komisioner PT Zola Permata Indonesia Irene Juliana di Yogyakarta, Sabtu (7/12/2019).
Selain enam penyandang disabilitas yang menetap di Bantul, ada 22 penyandang disabilitas lain yang juga bekerja di PT Zola Permata Indonesia. Hanya saja, mereka berkarya di rumah masing-masing, baik di wilayah DI Yogyakarta maupun Boyolali, Jawa Tengah. Pihak perusahaan hanya mengantarkan bahan baku dan mengambil produk jadi mereka.
Para penyandang disabilitas tersebut umumnya membuat produk tas, taplak meja, kain 2 meter, hingga lukisan. Mereka juga rajin terlibat dalam pameran guna memamerkan kemampuan mereka. Teranyar, para penyandang disabilitas menggelar stan di acara Jambore Nasional Mercedes-Benz Club Indonesia di Prambanan, Sabtu.
Di sana, mereka memamerkan produk-produk dengan motif yang berkaitan dengan tema, mulai dari lambang Mercedes-Benz hingga mobil-mobil keluaran Mercedes-Benz. Muhammad Sabar (28), salah seorang pembatik yang menyandang disabilitas parapeglia, mengatakan, ajang tersebut merupakan ajang unjuk gigi baginya. ”Pameran-pameran seperti ini kayak ngasih tahu ke orang-orang bahwa kami masih bisa berkarya. Tidak hanya mengandalkan orangtua,” katanya.
Menurut Irene, salah seorang penyandang disabilitas tunarungu, Ila, bahkan sengaja mencari keberadaan PT Zola Permata Indonesia karena menonton acara di televisi tentang Gebyar Batik Nasional. Kebetulan, selama di sekolah, Ila juga mendapatkan pelajaran tentang membatik. ”Dengan adanya ajang-ajang kreasi bagi (kaum) disabilitas, para penyandang disabilitas lain akan termotivasi juga,” katanya.
Pemerintah kini juga membuka pintu lebar kepada para penyandang disabilitas untuk berkarier di instansi pemerintahan. Agus (30), penyandang disabilitas tunadaksa, adalah salah satunya. Ia diterima menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di sebuah kantor kementerian pada seleksi CPNS 2018.
Menurut dia, semua tahapan tes dilalui tanpa ada diskriminasi. Bahkan, para penyandang disabilitas mendapatkan kemudahan dalam hal penentuan nilai ambang batas. ”Saat proses wawancara, pewawancara juga terlihat antusias melihat saya bergabung,” ujarnya.
Secara teknis, Agus saat ini bekerja sebagai verifikator dokumen. Pekerjaan tersebut mengharuskan ia mengoperasikan komputer setiap hari. Kendati kondisi tangan kanannya tidak sempurna, ia masih andal memainkan kibor.
Dalam sebuah perbincangan dengan atasannya, Agus sempat menanyakan peluang penyandang disabilitas dalam menduduki jabatan-jabatan strategis. Atasannya menyampaikan bahwa orang yang mengisi jabatan-jabatan penting dilihat dari kompetensinya, bukan kondisi fisiknya.