Sumsel Targetkan Produksi 6 Juta Ton Beras pada 2020
Sumatera Selatan menargetkan tambahan produksi beras hingga 800.000 ton pada 2020. Dengan penambahan ini, produksi beras di Sumsel diharapkan naik dari 5,1 juta ton pada 2019 menjadi 5,9 juta-6 juta ton tahun 2020.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sumatera Selatan menargetkan tambahan produksi beras hingga 800.000 ton pada 2020. Dengan penambahan ini, produksi beras di Sumsel diharapkan naik dari 5,1 juta ton pada 2019 menjadi 5,9 juta-6 juta ton tahun 2020.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Sumatera Selatan Antoni Alam, Rabu (17/12/2019), di Palembang. Dia menuturkan, target tersebut dicapai dengan melakukan intensifikasi lahan pada total luas lahan pertanian padi yang ada di Sumsel seluas 1,01 juta hektar.
Proses intensifikasi dilakukan dengan mengelola tata air di sebuah lahan pertanian sehingga produktivitas lahan bisa meningkat. Selama ini, ungkap Antoni, lahan pertanian di Sumsel terkendala tata kelola air sehingga produktivitas menurun.
”Banyak lahan pertanian yang tidak optimal karena banjir, kekeringan, atau gagal karena air bercampur dengan air asin sehingga banyak menghasilkan bulir hampa,” katanya.
Untuk itu, sejak tahun 2019 pemerintah menerapkan program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi), di mana pemerintah pusat memberikan bantuan sarana dan prasarana untuk membenahi tata kelola air di dalam lahan pertanian. Produktivitas lahan pertanian diharapkan meningkat.
Indikator peningkatan produktivitas lahan pertanian dapat dilihat dari jumlah waktu tanam yang biasanya satu kali per tahun menjadi dua atau bahkan tiga kali per tahun. Selain itu, pengembangan benih juga terus dilakukan sehingga setiap hektar lahan pertanian memiliki produktivitas yang tinggi.
Dari 200.000 hektar lahan pertanian yang mendapatkan bantuan Serasi, baru sekitar 165.000 hektar yang terealisasi. ”Kami tidak bisa memenuhi target pada tahun ini karena keterbatasan waktu,” ucap Antoni. Namun, setelah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, program ini dilanjutkan kembali tahun depan.
Saat ini, rata-rata hasil produksi pertanian masih kurang dari 3 ton per hektar. Dengan adanya program Serasi produktivitas lahan pertanian di Sumsel diharapkan meningkat, bahkan hingga dua kali lipat. ”Karena itu, saya optimistis produksi beras di Sumsel dapat bertambah hingga 800.000 ton pada 2020,” kata Antoni.
Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Dinas Pertanian dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono menambahkan, peningkatan produktivitas lahan di Sumsel juga didorong dengan mempermudah pendistribusian dan pengembangan benih dengan sistem daring melalui situs http://sibenih.com.
Situs itu mempermudah para petani penangkar mendapatkan pendampingan dan pendistribusian benih dengan lebih cepat dan hemat. Mereka tidak perlu datang ke Palembang untuk mendaftarkan rencana penangkaran benih. Hanya melalui sistem ini, semua proses dapat diselesaikan dalam waktu 95 hari.
Bambang menerangkan, sistem ini juga akan memberikan petunjuk kepada para petani mengenai benih yang sudah dikembangkan dan cocok ditanam di lahan pertanian mereka. ”Dengan cara ini, diharapkan tidak ada lagi petani yang menjadi korban pengoplosan benih,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, dengan tambahan sarana dan prasarana, seperti waduk, irigasi, dan sumber daya manusia, yang mumpuni, tidak ada alasan Sumatera Selatan tidak meningkatkan produksi berasnya. ”Tahun lalu, posisi Sumsel berada di peringkat kedelapan daerah penghasil beras terbesar di Indonesia, sekarang sudah di posisi keempat,” katanya.
Dengan penambahan ini, Sumsel diharapkan menjadi daerah penghasil beras terbesar di Indonesia. Herman memiliki visi agar Indonesia tidak mengimpor beras, tetapi menyerap beras dari Sumatera selatan.