Komite Paralimpiade Nasional Indonesia menyiapkan sarana operasional mandiri selama ASEAN Para Games 2020 di Filipina. Langkah itu untuk antisipasi kekacauan penyelenggaraan, sehingga atlet tetap fokus meraih prestasi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Komite Paralimpiade Nasional atau NPC Indonesia melakukan terobosan dengan menyiapkan transportasi cadangan, tambahan kebutuhan akomodasi, serta logistik konsumsi selama ASEAN Para Games 2020 bergulir di Filipina, 18-25 Januari. Langkah ini untuk mengantisipasi kekacauan operasional panitia penyelenggara, sehingga psikologis atlet tidak terganggu.
Aspek psikologis berperan besar dalam pencapaian prestasi atlet-atlet disabilitas, selain persiapan teknik dan fisik. Apalagi, Indonesia menargetkan juara umum dengan raihan minimal 100 medali emas. Ajang ini akan diselenggarakan di Manila (1 cabang), Clark (9 cabang dan 1 cabang ekhsibisi), dan Subic (6 cabang).
Ketua NPC Indonesia Senny Marbun di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (16/12/2019), mengatakan, untuk mengejar target juara umum itu, pihaknya lebih fokus melakukan persiapan non teknis. Sebab, persiapan teknis sudah cukup matang dengan pelatnas sejak awal Mei 2019 dan akan berakhir pada awal Januari 2020.
”Kalau pelatnas, semuanya sudah cukup. Tidak ada masalah dengan pelatnas. Sekarang yang harus diantisipasi adalah urusan non-teknis selama di Filipina. Apalagi, banyak informasi kurang baik selama pelaksanaan SEA Games kemarin,” ujar Senny.
NPC sudah melakukan kontak dengan perwakilan di Filipina untuk menyewa mini bus untuk keperluan transportasi darurat setiap cabang olahraga. Untuk atletik dan akuatik akan mendapat dua mini bus karena jumlah atlet dan ofisial besar. Untuk cabang lain, masing-masing satu mini bus.
Kendaraan itu untuk mengantisipasi jika transportasi dari panitia terlambat datang atau kapasitasnya tidak mencukupi.
NPC pun akan membawa kebutuhan tambahan untuk akomodasi, salah satunya toilet portable. Hal itu untuk mengantisipasi jika penginapan tidak memiliki toilet khusus penyandang disabilitas.
NPC juga akan mengirim tim logistik guna membawa peralatan masak dan bahan makanan dari Indonesia, seperti beras dan rendang. Ini untuk mengantisipasi kalau makanan yang disediakan panitia tidak sesuai lidah para atlet.
”Kebutuhan lain-lain akan menyusul. Sebab, sampai sekarang, kami masih terus melakukan survei apa saja yang harus disiapkan sendiri dari Tanah Air sebelum ke sana agar tak jadi masalah ketika perlombaan,” tutur Senny.
Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdianto menuturkan, sumber anggaran untuk penyediaan kebutuhan non teknis itu akan berasal dari sponsor atau di luar anggaran dari pemerintah. Ini terutama untuk menyewa minimal 18 mini bus. ”Sejauh ini, kami masih melakukan proses penjajakan dengan sponsor dan kemungkinan akan mendapatkan dukungan itu,” ujarnya.
Target juara umum
Persiapan non teknis itu untuk mendukung target NPC Indonesia meraih juara umum. Indonesia diperkuat oleh sekitar 300 atlet yang akan tampil di 16 cabang olahraga, serta 250 pelatih dan ofisial. Dengan kekuatan itu, Indonesia menargetkan meraih 100 emas dan mempertahankan gelar juara umum.
Sekitar 70 persen sumber emas berasal dari enam cabang andalan, yakni angkat berat, atletik, bulu tangkis, catur, renang, dan tenis meja. Dua tahun lalu di Kuala Lumpur, Malaysia, kontingen Indonesia juara umum dengan perolehan 126 emas, 75 perak, 50 perunggu.
”100 emas itu mencakup sekitar 25 persen total emas yang ada. Kalau sudah bisa mengamankan itu, Indonesia kemungkinan besar menjadi juara umum. Dengan begitu, pesaing terdekat kita, Thailand hanya akan meraih sekitar 85 emas, dan sisanya tersebar ke negara-negara lain,” ujar Senny.
Indonesia akan mengikuti semua cabang olahraga, yakni total berjumlah 16 cabang. Adapun jumlah nomor pertandingan dan perlombaan baru akan ditentukan pada pertemuan teknik di Filipina pada 16 atau 17 Januari. Namun, dari sekitar 600 nomor pertandingan dan perlombaan yang dibuka, diprediksi sekitar 400-450 nomor pertandingan dan perlombaan yang akan digelar.
Dukungan pemerintah
Ketua Kontingen (CdM) Indonesia untuk ASEAN Para Games 2020 Andi Herman mengutarakan, kontingen Indonesia akan mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah melalui Kemenpora dan Kemenkeu. Untuk keberangkatan, mereka akan terbang langsung dari tempat pelatnas di Solo, Jawa Tengah ke Filipina.
Sebanyak 350 orang dari total kontingen akan difasilitasi sewa pesawat Garuda Indonesia dari Solo langsung ke Clark. Lalu, 150 orang naik pesawat sewa Citilink dari Solo langsung ke Clark. Sisanya naik pesawat komersial dari Solo, ke Jakarta, dan ke Manila.
"Untuk perjalanan dari Clark ke Subic, kami akan naik bus," kata Andi.
Secara keseluruhan, pemerintah melalui Kemenpora menyediakan anggaran sekitar Rp 154 miliar untuk kontingen Indonesia ke ASEAN Para Games 2020. Anggaran itu berasal dari tahun anggaran 2019 dan 2020. Rinciannya, Rp 119 miliar untuk pelatnas Mei-Desember 2019 dan 1-13 Januari 2020. Lalu, Rp 35 miliar untuk keberangkatan, antara lain untuk kebutuhan beli seragam, koper, dan peralatan tambahan.
"Pencairan anggaran ini tidak mudah. Sebab, kegiatan dilakukan di awal tahun. Biasanya, pada awal tahun, kementerian/lembaga masih berkutat pada perencanaan. Namun, dengan koordinasi Kemenpora dan Kemenkeu, kami mendapatkan perlakuan khusus sehingga anggaran bisa langsung cair sekitar 5 Januari ini," tutur Andi.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyampaikan, di luar itu, pihaknya pun akan menyediakan apresiasi atau bonus yang sama antara peraih medali SEA Games dan ASEAN Para Games. "Itu adalah bentuk perlakuan yang setara antara atlet disabilitas dan non disabilitas. Kami harap ini bisa menumbuhkan motivasi tinggi sehingga tim bisa mencapai target menjadi juara umum," pungkasnya.