Destinasi Superprioritas Bakal Didukung Pesona ”Borobudur Highland”
Untuk mendukung Candi Borobudur sebagai destinasi wisata superprioritas, pemerintah terus mengembangkan kawasan wisata ”Borobudur Highland” di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Oleh
Haris Firdaus
·4 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Untuk mendukung Candi Borobudur sebagai destinasi wisata superprioritas, pemerintah terus mengembangkan kawasan wisata ”Borobudur Highland” di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pada 2020, pemerintah berencana membangun infrastruktur dan mengembangkan atraksi wisata baru di kawasan yang dikelola Badan Otorita Borobudur itu.
”Tahun 2020, target kami membangun infrastruktur dasar dan atraksi baru di dalam kawasan itu,” kata Direktur Destinasi Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB) Agustin Perangin Angin, Selasa (17/12/2019), di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
”Borobudur Highland” atau Dataran Tinggi Borobudur merupakan kawasan wisata baru di Purworejo seluas 309 hektar. Kawasan itu sangat strategis karena berada di perbatasan tiga kabupaten, yakni Purworejo dan Magelang di Jawa Tengah serta Kulon Progo di DIY. Kawasan itu juga hanya berjarak 12 kilometer dari Candi Borobudur di Magelang.
Kawasan ini dikelola BOB yang merupakan satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Saat ini, di kawasan tersebut telah dikembangkan fasilitas glamorous camping atau kamping mewah yang diberi nama DeLoano Glamping. Lokasinya di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Purworejo, dan beroperasi sejak Februari 2019.
Angin menjelaskan, Borobudur Highland masih membutuhkan banyak pengembangan. Infrastruktur dan fasilitas di kawasan tersebut masih relatif terbatas. Oleh karena itu, tahun depan, pemerintah bakal membangun infrastruktur dasar, misalnya jalan.
”Selama ini, untuk masuk ke dalam kawasan itu kita masih harus jalan kaki. Makanya pemerintah akan membangun jalan di dalam kawasan tersebut,” kata Angin.
Dia menambahkan, pemerintah juga akan membangun jaringan listrik, fasilitas air bersih, serta instalasi pengolahan limbah. Untuk mendukung pembangunan infrastruktur dasar itu, dia akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
”Untuk pembangunan jaringan air bersih, kami sudah mulai komunikasi dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di Purworejo,” ujarnya.
Selain membangun infrastruktur dasar, BOB juga bakal menghadirkan atraksi wisata baru di sana. Angin menuturkan, atraksi wisata baru yang bakal dikembangkan itu di antaranya berupa jalur olahraga sepeda downhill atau menuruni bukit.
Pengembangan jalur downhill itu dinilai pas dengan kondisi geografisnya yang berupa kawasan perbukitan sehingga memiliki kontur naik turun. ”Harapan kami, jalur downhill itu akan memiliki taraf internasional,” ujar Angin.
Selama ini, untuk masuk ke dalam kawasan itu kita masih harus jalan kaki. Makanya pemerintah akan membangun jalan di dalam kawasan Borobudur Highland. (Agustin Perangin Angin)
Selain jalur downhill, Angin menyebut, BOB juga bakal mengembangkan gardu pandang di kawasan Borobudur Highland. Di gardu pandang itu nantinya wisatawan bisa menikmati pemandangan Candi Borobudur dari ketinggian bukit. ”Untuk sementara, kami baru berencana mengembangkan satu gardu pandang pada tahun depan,” tuturnya.
Direktur Utama BOB Indah Juanita mengatakan, pihaknya tengah menyusun rencana induk pengembangan kawasan itu. Rencana induk tersebut ditargetkan selesai pada bulan ini sehingga bisa menjadi pedoman dalam pengembangan kawasan itu.
Desa penyangga
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probo Laras menyatakan, pihaknya siap mendukung pengembangan kawasan Borobudur Highland. Sebab, meski secara administratif berada di Purworejo, kawasan itu sangat dekat dengan Kulon Progo. Bahkan, selama ini akses jalan menuju DeLoano Glamping melalui wilayah Kulon Progo. ”DeLoano ini unik. Lokasinya di Purworejo, tapi lewatnya Kulon Progo,” ujar Niken.
Niken memaparkan, ada lima desa di Kulon Progo yang menjadi penyangga kawasan Borobudur Highland. Kelima desa itu adalah Pagerharjo, Gerbosari, Ngargosari, dan Sidoharjo yang berada di Kecamatan Samigaluh serta Desa Jatimulyo yang berada di Kecamatan Girimulyo.
Ada lima desa di Kulon Progo yang menjadi penyangga kawasan Borobudur Highland. Kelima desa itu adalah Pagerharjo, Gerbosari, Ngargosari, dan Sidoharjo yang berada di Kecamatan Samigaluh serta Desa Jatimulyo yang berada di Kecamatan Girimulyo. (Niken Probo Laras)
Setiap desa itu, kata Niken, memiliki potensi wisata yang bisa disinergikan. Di Pagerharjo, misalnya, terdapat Kebun Teh Nglinggo, Ngargosari punya Kebun Teh Tritis, dan di Gerbosari terdapat kebun bunga krisan. Sedangkan di Sidoharjo terdapat desa wisata kopi dan Jatimulyo punya beberapa air terjun dan telaga alam.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Purworejo Agung Wibowo menuturkan, untuk mendukung pengembangan kawasan Borobudur Highland, Pemerintah Kabupaten Purworejo sepakat menjalin sinergi dengan Pemkab Magelang dan Kulon Progo. Sinergi dalam bidang pariwisata itu dinamai Gelangprojo, yakni singkatan dari Magelang, Kulon Progo, dan Purworejo.
”Jadi, kami di tiga kabupaten ini tidak ada lagi istilah persaingan. Yang ada adalah sinergi,” ujar Agung. Dia menambahkan, sinergi Gelangprojo antara lain diwujudkan dengan memasukkan seluruh kegiatan wisata dan budaya ke dalam satu calendar of event (kalender kegiatan) sehingga bisa dipromosikan secara bersama-sama.
Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Magelang Nur Supindahwati menambahkan, sinergi Gelangprojo terbentuk sejak November 2018. Selain promosi secara bersama-sama, sinergi itu juga terwujud dengan pembuatan paket wisata lintas kabupaten.
”Salah satu contohnya, ada paket wisata petualangan naik jip yang melewati Kulon Progo dan Magelang,” katanya.