Sebanyak 20 Pesantren di Jabar Sepakati Kerja Sama Senilai Rp 2,3 Miliar
Sejumlah 1.074 pesantren peserta program One Pesantren One Product 2019 didorong untuk mengembangkan bisnis produk unggulannya. Minggu (15/12/2019), 20 pesantren menyepakati kerja sama senilai Rp 2,3 miliar.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 1.074 pesantren di Jawa Barat peserta program One Pesantren One Product (OPOP) 2019 didorong untuk mengembangkan bisnis produk unggulannya. Melalui kemitraan usaha dengan masyarakat, pesantren diharapkan menggerakkan perekonomian warga di sekitarnya. Minggu (15/12/2019), 20 pesantren menyepakati kerja sama senilai Rp 2,3 miliar.
Lewat program OPOP yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, ribuan pesantren telah menjalani pelatihan, magang, pendampingan usaha, temu bisnis, penguatan modal, dan pameran produk. Program itu diharapkan mewujudkan kemandirian pesantren.
”Minimal pesantren dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Namun, itu belum cukup. Pesantren juga didorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar Kusmana Hartadji dalam Temu Bisnis OPOP di Kota Bandung, Minggu.
Kusmana mendorong pesantren memaksimalkan potensi yang ada di wilayahnya. Bisnis komoditas pertanian, misalnya, dapat memberdayakan petani di sekitarnya.
”Koperasi pesantren menyerap hasil panen petani untuk disalurkan kepada pembeli. Lebih baik lagi jika dibuat menjadi makanan olahan sehingga mempunyai nilai tambah,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Jabar memberikan bantuan penguatan usaha kepada peserta OPOP sebesar Rp 20 juta-Rp 30 juta per pesantren. Sementara 10 pesantren yang memenangi Audisi OPOP 2019 mendapatkan tambahan modal Rp 400 juta.
Melalui kemitraan usaha dengan masyarakat, pesantren diharapkan menggerakkan perekonomian warga di sekitarnya
Tambahan modal itu bertujuan memacu pesantren meningkatkan kapasitas dan kualitas produksinya. Kesepuluh pesantren yang memenangi audisi juga diharapkan bekerja sama untuk membantu pesantren lainnya.
Menurut Kusmana, program OPOP berpeluang menjadikan pesantren sebagai motor penggerak ekonomi rakyat, terutama di desa. Oleh sebab itu, program tersebut akan kembali digelar di tahun berikutnya.
Kemitraan usaha dengan masyarakat sudah dijalankan sejumlah pesantren di Jabar, salah satunya Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah, Tasikmalaya. Pesantren tersebut memiliki 40-an unit usaha, di antaranya tambak udang, koperasi simpan pinjam syariah, minimarket, perkebunan, dan rumah makan.
Ketua Koperasi Pondok Pesantren Al-Idrisiyyah Ahmad Tazakka Bonanza mengatakan, pihaknya bermitra dengan ribuan warga untuk menjalankan puluhan unit usaha. Dalam memproduksi makanan olahan, misalnya, pesantren membeli bahan dasarnya dari warga setempat.
”Sekitar 70 persen dari 17.000 anggota koperasi merupakan warga di luar pesantren. Jadi, koperasi pesantren juga bermanfaat untuk masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.
Sekitar 70 persen dari 17.000 anggota koperasi merupakan warga di luar pesantren. Jadi, koperasi pesantren juga bermanfaat untuk masyarakat di sekitarnya. (Ahmad Tazakka Bonanza )
Jaringan bisnis
Peserta OPOP juga dibantu untuk mengembangkan jaringan bisnis. Dalam temu bisnis tersebut, lebih dari 20 pesantren menyepakati kerja sama senilai Rp 2,3 miliar dengan sejumlah perusahaan.
Pondok Pesantren Al Munawaroh, Tasikmalaya, misalnya, menyepakati kerja sama dengan perusahaan pemasok buah dan sayuran senilai Rp 456 juta. Pesantren tersebut akan menyediakan jeruk lemon selama satu tahun.
”Temu bisnis ini sangat membantu untuk memperluas jaringan bisnis. Sebelumnya, kami hanya menjual kepada pembeli di sekitar Tasikmalaya,” ujar pemimpin Badan Usaha Milik Pesantren Al Munawaroh, Usep Wahyudin.
Usep mengatakan, Pesantren Al Munawaroh juga bermitra dengan tujuh petani lemon di sekitarnya. Selain dalam bentuk buah, pihaknya juga memproduksi minuman kemasan sari lemon.