Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mampu memberdayakan para santri di pesantren. Perlu pendampingan agar produk-produk pesantren bisa dipasarkan lebih maksimal.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM mampu memberdayakan santri di pesantren. Perlu pendampingan agar produk-produk pesantren bisa dipasarkan lebih maksimal.
Keinginan pesantren untuk mandiri melalui produk UMKM terlihat dari antusiasme mereka dalam mengikuti Program One Pesantren One Product (OPOP) yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Beberapa produk terbaik dipamerkan dalam gelar produk yang tergabung dalam OPOP di Gedung Sate, Bandung, Sabtu (14/12/2019).
Pondok Pesantren Raudhatul Irfan dari Ciamis adalah salah satu pesantren yang mendapatkan penghargaan berkat produk pengolahan jamur merang yang memiliki progres positif dengan potensi pemasaran yang besar. Meski terbilang muda, pesantren yang didirikan tahun 2014 ini mampu berdikari berkat usaha jamur merang yang menopang sebagian biaya operasionalnya.
Pendiri Pesantren Raudhatul Irfan, Irfan Soleh, menuturkan, pesantren ini mampu menghasilkan 70 kilogram jamur merang setiap hari. Jamur-jamur tersebut diolah oleh para santri dan sebagian lainnya dijual ke pasar-pasar tradisional.
Sejak awal pendirian, pesantren ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama kepada lebih kurang 100 santrinya. Irfan menjelaskan, santri diberikan bekal terkait ilmu kewirausahaan, bahkan kemampuan untuk mengolah bahan baku jamur merang menjadi makanan yang berdaya jual tinggi. ”Kami menyediakan bahannya, santri yang mengolahnya, sesuai dengan kreativitas masing-masing,” ujarnya.
Kami menyediakan bahannya, santri yang mengolahnya, sesuai dengan kreativitas masing-masing.
Kemampuan tersebut diganjar dengan penghargaan dari OPOP dan mendapatkan uang pembinaan Rp 400 juta. Irfan menuturkan, biaya tersebut menurut rencana digunakan untuk memaksimalkan bahan baku sehingga produksi meningkat.
”Kami bersyukur, dengan bantuan tersebut, kami bisa mengolah lahan dan menargetkan produksi hingga 200 kilogram sehari karena kebutuhan pasar sangat besar. Kami juga dibukakan pasar ritel sehingga potensi olahan para santri bisa dinikmati di pasar-pasar modern,” ujarnya.
Program OPOP ini menjaring ribuan pesantren se-Jabar untuk memunculkan produk unggulan masing-masing. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar Kusmana Hartadji menyebutkan, pesantren yang masuk saringan dalam OPOP mencapai lebih kurang 1.500 pesantren.
Sebanyak 1.074 pesantren terpilih diberikan modal usaha Rp 20 juta-Rp 30 juta. Selain itu, pesantren-pesantren tersebut juga mendapatkan pelatihan berwirausaha dan belajar dari beberapa pesantren yang memiliki produk unggulan.
Kustama menyatakan, program tersebut menurut rencana masih akan berlangsung tahun depan untuk menjaring lebih banyak lagi pesantren dengan produk unggulan.
Pemberdayaan UMKM
Pesantren yang tersebar di hampir seluruh wilayah Jabar menjadi potensi jika dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Kustama menyebutkan, dengan memberikan pendampingan, pesantren akan termotivasi memunculkan produk yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh santri dan lingkungan sekitar.
Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM Rully Indrawan yang turut hadir dalam gelaran produk OPOP menuturkan, program ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan perekonomian dari masyarakat dengan pemberdayaan UMKM. Dia berujar, UMKM memberikan kontribusi produk domestik bruto (PDB) Indonesia hingga lebih dari 60 persen.
”UMKM ini seperti raksasa tidur. Jika diberdayakan, perekonomian Indonesia akan meningkat pesat. Pesantren dengan produk halalnya memiliki potensi itu. Program ini bisa saja menjadi percontohan untuk kami terapkan di tingkat nasional,” ujarnya.