Filipina sempat menyiapkan tiga mobil kemudi mandiri untuk dioperasikan pada SEA Games 2019. Namun, rencana itu tak terwujud.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari New Clark City, Filippina
·5 menit baca
SEA Games 2019 Filipina digadang-gadang menjadi SEA Games terbesar. Beragam ide dan rencana disiapkan panitia penyelenggara. Salah satunya, mengoperasikan mobil kemudi mandiri (self driving car) untuk antar jemput atlet dan ofisial dari Wisma Atlet ke Stadion Atletik dan Pusat Akuatik di Kompleks Olahraga New Clark City.
Namun, rencana itu sulit direalisasi. Mobil canggih itu dianggap terlalu lambat di tengah keramaian. Dengan alasan keamanan dan efektivitas, mobil itu pun batal dioperasikan. Batalnya penggunakan mobil kemudi mandiri itu menjadi salah satu dari sejumlah ekspektasi terhadap gelaran SEA Games 2019 yang tidak terealisasi.
”Mobil ini sempat digunakan dua minggu lalu. Tetapi, lajunya sangat lambat. Lagi pula di sini terlalu banyak orang. Dengan alasan keamanan dan efektivitas, mobil ini batal dioperasikan. Sebagai gantinya, kami menyediakan banyak mobil mini bus untuk antar jemput atlet, ofisial, maupun pengunjung di kawasan New Clark City. Mobil kemudi mandiri ini dipamerkan untuk pengunjung yang ingin berfoto di sini,” ujar Mykha Agustin (20), penjaga stan mobil kemudi mandiri ketika ditemui, Selasa (10/12/2019).
Rencana pengoperasian mobil kemudi mandiri itu adalah kerja sama Pemerintah Filipina melalui Bases Conversion and Development Authority (BCDA) dan perusahaan teknologi Amerika Serikat, COAST Autonomous. Tiga unit mobil kemudi mandiri seri COAST P-1 direncanakan beroperasi di kawasan kompleks olahraga baru, New Clark City selama SEA Games 2019.
Mobil itu diklaim memiliki teknologi pemindai 3D tingkat tinggi. Teknologi itu memungkinkan mobil berjalan tanpa pengendara dengan aman di tengah kerumunan manusia, kendaraan, atau bangunan. Teknologi itu jauh lebih unggul daripada penggunaan sinyal GPS yang bisa hilang sewaktu kendaraan melaju di bawah gedung atau kawasan beratap.
”Kami memiliki sistem kecerdasan buatan dalam bentuk sensor, mekanisme robotika, dan mesin kendaraan ini. Hal itu memungkinkan kendaraan ini mengetahui di mana letaknya dan apa yang harus dioperasikan. Kendaraan ini bisa beroperasi dengan aman dan menghindari kecelakaan,” kata Chairman and CEO of COAST Autonomous David Hickey, seperti dikutip laman ABS-CBN, pada 21 November 2019.
COAST P-1 berbentuk minibus dengan tempat duduk di sepanjang sisi. Satu pintu terletak di salah satu sisi kendaraan. COAST P-1 berkapasitas 15-20 orang dengan kecepatan 10-60 kilometer per jam. Mobil ini diklaim bebas polusi karena murni bersistem elektrik. Sumber tenaganya adalah bateral yang mampu bertahan selama 18 jam perjalanan dan bisa diisi ulang hingga penuh dalam waktu enam jam
Semula, tiga mobil disiapkan untuk mengantar atlet dan ofisial dari Wisma Atlet ke sejumlah arena di New Clark City dan sebaliknya. Kendaraan masa depan itu sudah tiba dan dicoba di New Clark City pada 21 November. Uji coba berjalan lancar sehingga Panitia Penyelenggara SEA Games Filipina maupun pihak pengembang optimistis kendaraan itu akan sangat membantu suksesnya gelaran SEA Games ke-30 tersebut.
”Dengan perencanaan yang ada, kami yakin bisa menggelar SEA Games terbaik yang pernah ada,” tutur Direktur Eksekutif Kantor Koordinasi dan Perencanaan SEA Games 2019 Ramon ”Tats” Suzara dikutip laman Rappler yang diperbarui pada 16 September 2019.
Lompatan Filipina
Kehadiran mobil kemudi mandiri itu turut membuktikan niat Filipina untuk bangkit dan kembali menjadi negara kuat Asia. Negara itu pernah menjadi salah satu yang termaju di Asia pada awal abad ke-20. Mereka pernah memiliki moda transportasi trem listrik dengan daya tampung penumpang hingga 35 juta orang per tahun. Namun, di 1980-an, perekonomian mereka terpuruk sejak era Presiden Ferdinand Marcos dan krisis politik dan keamanan yang menyertai kejatuhannya.
”Mobil kemudi mandiri ini akan meneruskan sejarah besar Filipina dalam penggunaan moda transportasi modern. Setidaknya, ini menjadi penerus trem listrik yang pernah sangat kuat di Filipina dan membuat iri negara lain di Asia,” tutur Hickey dikutip laman Globe News Wire, 9 Juli 2019.
Filipina berencana menggunakan mobil itu secara permanen di kawasan New Clark City untuk mendukung rencana pengembangan kota modern dan cerdas di kawasan bekas pangkalan udara Amerika Serikat tersebut.
New Clark City mulai dibangun dua tahun terakhir. Di sana, terdapat kompleks olahraga modern pertama di Filipina setelah Kompleks Olahraga Rizal dibangun di Manila pada 1934. Sebagai langkah awal, dibangun Stadion Atletik berkapasitas 20.000 tempat duduk, Arena Akuatik dengan 2.000 tempat duduk, dan perkampungan atlet.
Kota itu direncanakan menjadi pusat perekonomian baru dan didorong menjadi metropolitan kedua di negara yang merdeka atas Spanyol pada 12 Juni 1989 itu. Sejak awal pembangunan, New Clark City dirancang sebagai kota hijau dengan disematkan jalur pejalan kaki yang lebar-lebar dan pepohonan.
Namun, rencana itu akhirnya tidak terealisasi. Dari tiga mobil yang akan dihadirkan, hanya satu mobil saja yang terlihat di New Clark City, dan tidak dioperasikan. Mobil itu dipamerkan di depan Stadion Atletik untuk tempat pengunjung berfoto dengan latar belakang stadion.
Batalnya penggunaan mobil kemudi mandiri menambah daftar hal yang perlu diperbaiki dari penyelenggaraan SEA Games, di luar sukses atlet tuan rumah dan kerja keras para sukarelawan. Di New Clark City, Wisma Atlet, Stadion Atletik dan Pusat Akuatik belum benar-benar rampung 100 persen. Tembok bangunan belum sempat dicat, dan di sejumlah tempat plafon belum terpasang.
”Jadwal perlombaan juga kacau. Saya tidak tahu lokasi lomba hingga pagi hari tepat sebelum lomba, panitia membawa kami ke kawasan di Clark, sekitar 20 menit dari New Clark City,” ujar atlet jalan cepat Indonesia Hendro Yap.
Hal ini diperparah dengan lokasi penyelenggaraan yang terpencar di empat klaster yang minim akses transportasi seperti Subic dan New Clark City, serta tingkat kemacetan tinggi di Manila yang memperlambat mobilitas dari satu arena ke arena lain. Inilah pelajaran berharga bagi penyelenggara pesta olahraga Asia Tenggara ini, termasuk Hanoi, Vietnam, yang akan menjadi tuan rumah SEA Games 2021.