Penebangan pohon pada era Reformasi, membuat kondisi Kendeng gundul dan rusak. Bencana akan mengintai apabila tidak cepat ditangani.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
Setidaknya 20 tahun lalu, daya dukung lingkungan pegunungan kapur Kendeng Utara di Jawa Tengah masih baik. Seiring masifnya penebangan pohon pada era Reformasi, membuat kondisi Kendeng gundul dan rusak. Bencana pun mengintai.
Selasa (26/11/2019) petang, Poso (51), warga Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, berdiri di depan rumahnya. Ia menengadah ke langit lalu ke arah Pegunungan Kendeng Utara di sisi selatan rumahnya. Mimik wajahnya cemas. ”Kalau kemaraunya panjang seperti ini, biasanya hujannya akan sangat deras. Di sini langganan banjir, terutama jalan desa yang terendam sekitar 30 cm. Beberapa rumah juga terendam,” kata Poso. Musim hujan telah tiba.
Desa Jimbaran berada di kaki Pegunungan Kendeng, bersama sejumlah desa lain di Kecamatan Kayen, Sukolilo, dan Tambakromo, Pati. Pegunungan Kendeng Utara yang gundul membuat sejumlah daerah itu selalu terancam banjir bandang saban musim hujan.
Pegunungan Kendeng Utara dulunya dipenuhi pohon jati. Era 1998 hingga awal 2000, terjadi pembalakan besar-besaran di sana. Lalu, diikuti alih fungsi lahan menjadi perladangan tanaman semusim, yakni jagung.
Subiyono (62), warga Sukolilo, merasakan dampak gundulnya Kendeng Utara. Banjir bandang seperti sebuah kepastian, terutama jika hujan turun berintensitas tinggi. Kawasan Pasar Sukolilo hampir pasti terendam setinggi 30 cm-40 cm. Banjir terakhir pada Sabtu (2/11/2019). ”Macet di sekitar pasar sampai dua jam. Kalau sudah masuk musim hujan, bisa sampai lima jam,” katanya.
Pegunungan Kendeng Utara merupakan bentangan bukit batuan kapur/karst. Kini, jadi lahan menanam jagung. Fungsi ekologis jauh berkurang. Alih fungsi lahan mendegradasi daya dukung lingkungan. Mengunjungi Kendeng Utara kini, jagung dominan ditanam di sekitar puncak, seperti di Desa Tompegunung dan Sumbersoko, Sukolilo.
Jagung sudah menjadi sumber penghidupan warga di sana. ”Saya meneruskan orangtua. Jagung lebih menghasilkan, setahun bisa dua kali panen. Kalau jati bisa puluhan tahun,” kata Agus (38), petani asal Tompegunung.
Luas Pegunungan Kendeng Utara di wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati mencapai 12.901 hektar. Data KPH Pati, pada 2012 dan 2018, hutan yang rusak meluas, terutama di Kecamatan Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo.
Jelang musim hujan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberi perhatian khusus pada kembalinya fungsi ekologis Kendeng Utara. Kepala BNPB Doni Monardo mengunjungi pegunungan kapur itu, Jumat (15/11).
Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi dan Konstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Mirza Nur Hidayat, selain reboisasi, pihaknya juga akan mencari win-win solution terkait alih fungsi lahan. Bagaimanapun, tanaman jagung sudah lama menjadi andalan warga.
Terkait reboisasi, kata Mirza, dalam waktu dekat akan ada proyek percontohan seluas 30 hektar di Kecamatan Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo. Selain BPBD, akan dilibatkan dinas lingkungan hidup, TNI, Polri, Perhutani, termasuk warga dan pelajar.
Kawasan lindung
Sebagian wilayah pegunungan Kendeng Utara merupakan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Sukolilo. Penetapan tersebut tertuang pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2641 Tahun 2014.
Luas KBAK Sukolilo terdiri dari 71,80 km persegi di Pati, 112,20 km persegi di Grobogan, dan 16,79 km persegi di Blora. Dalam Kepmen Menteri ESDM itu disebutkan, KBAK Sukolilo ialah kawasan lindung geologi, bagian dari kawasan lindung nasional.
Kepala Seksi Geologi, Mineral, dan Batubara BP3ESDM Jateng Wilayah Kendeng Muria, Rival Gautama, menuturkan, saat ini ada tiga perusahaan tambang berizin dan dua perusahaan yang sedang dalam proses perizinan. Namun, ada 3-5 pelaku penambangan tak mengantongi izin.
Penambangan berizin, ia memastikan lokasinya di luar KBAK Sukolilo. ”Sementara yang tidak berizin sudah di luar kewenangan kami. Yang tidak berizin sebenarnya tak setiap hari beroperasi karena menyangkut pasar. Saat tidak ada permintaan, tidak ada penambangan,” katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pati Purwadi menuturkan, pihaknya telah melakukan berbagai kajian mitigasi bencana, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan terkait rencana pendirian satu pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara di wilayah Pati.
Upaya yang akan dilakukan saat pabrik beroperasi, kata Purwadi, adalah pembangunan embung berkapasitas 2,1 juta meter kubik. Itu dimaksudkan mengurangi risiko. Bagi warga, mereka berharap hutan gundul direboisasi. ”Supaya tidak ada lagi ancaman banjir,” kata Subiyono.