BPBD Malang Dirikan 4 Pos Lapangan Antisipasi Bencana
Hampir semua daerah yang terdapat pegunungan di Malang rawan bencana tanah longsor saat musim hujan tiba.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang kembali mendirikan empat Pos Lapangan untuk mempercepat penanganan apabila terjadi bencana alam selama musim hujan. Hampir semua daerah yang terdapat pegunungan di Malang rawan bencana tanah longsor saat musim hujan tiba.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bambang Istiawan mengatakan, keempat Pos Lapangan itu berada di Ngantang, Tumpang, Donomulyo, dan Gedangan. Keempatnya berada di daerah pegunungan di sisi timur, barat, dan selatan Kabupaten Malang.
”Ini untuk mendekatkan pelayanan bila terjadi sesuatu terkait bencana. Harapannya, saat bencana terjadi, petugas cepat menjangkau lokasi guna mengambil tindakan dibandingkan jika petugas harus lari dari Kantor BPBD di Kepanjen, ibu kota Kabupaten Malang,” ujarnya.
Hampir semua daerah yang terdapat pegunungan di Malang rawan bencana tanah longsor saat musim hujan tiba.
Ada tiga jenis bencana yang biasa terjadi di Malang, yakni puting beliung, banjir, dan longsor. Untuk puting beliung BPBD tidak bisa memprediksi daerah mana saja yang rawan dengan alasan perubahan cuaca cepat bisa terjadi di mana saja. Sementara terkait longsor berpotensi terjadi di semua daerah yang memiliki topografi miring (pegunungan).
”Kalau daerah rawan banjir ada di Malang selatan, seperti Sitiarjo di Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Pujiharjo di Kecamatan Tirtoyudo,” kata Bambang yang mengaku tahun ini kembali mengalokasikan dana Rp 1 miliar dari anggaran pendapatan belanja daerah untuk penanganan bencana.
Sepanjang memasuki musim hujan tahun ini setidaknya sudah lima kali wilayah Kabupaten Malang diterjang angin puting beliung. Beberapa daerah yang kerap dilanda adalah Singosari, Jabung, Sumberpucung. Akibat peristiwa itu satu korban meninggal tertimpa pohon dan puluhan rumah rusak ringan-berat.
Warga Desa Pujiharjo yang daerahnya termasuk dalam daerah rawan bencana telah mendapatkan pelatihan simulasi menghadapi bencana dari BPBD Kabupaten Malang dan Dinas Sosial setempat. Pelatihan dilakukan beberapa pekan lalu. Selain rawan banjir, Pujiharjo juga rawan tsunami karena lokasinya berada di dekat Samudra Indonesia.
Selain pelatihan mengenai apa yang harus dilakukan, Pujiharjo juga sudah dilengkapi jalur evakuasi yang dipasang pada 2018 dan penentuan titik kumpul di Balai Desa. ”Selama musim hujan, akan dilakukan pengontrolan debit sungai secara periodik oleh petugas linmas. Di sini hampir setiap tahun banjir karena sungainya memang dangkal,” ujar Sekretaris Desa Pujiharjo, Sri Kuncoro.
Pujiharjo cukup sering dilanda banjir. Menurut aparatur desa setempat, banjir bandang cukup besar terjadi 2001, 2003, dan 2016. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi sejumlah rumah warga rusak.
Aparatur desa tidak menampik jika salah satu penyebab banjir karena kondisi lingkungan. Hutan lindung di daerah Pujiharjo pernah gundul oleh aktivitas pembalakan pada akhir masa Orde Baru. Namun, kawasan itu kini sudah menghijau oleh tanaman perkebunan yang ditanam oleh warga.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis siang, tanaman perkebunan yang banyak tumbuh mulai dari pisang, kelapa, sengon, cengkeh, hingga kopi. Tanaman seperti ini tidak memiliki perakaran yang kuat dalam menyimpan air layaknya vegetasi asli.