Tiga Dekade Kampung Boneka Cikampek
Boneka Cikampek hasil tangan-tangan telaten warga tetap diminati konsumen. Warna-warni boneka bisa lebih semarak apabila para perajin mendapat perhatian yang lebih baik dari pihak terkait di pemerintahan.
Tinggal dikepung industri garmen justru membuat warga Desa Cikampek Utara, Kecamatan Kotabaru, Karawang, Jawa Barat, kreatif. Mereka memanfaatkan sisa limbah untuk dijadikan boneka. Kini, saat limbah itu mulai sulit dicari, kreativitas tak mati. Boneka hasil tangan-tangan telaten warga tetap diminati konsumen di berbagai daerah.
Sorot mata Wasno (52), pemilik usaha boneka di Kampung Baru Timur, Desa Cikampek Utara, lekat mengawasi para pegawainya di rumah produksi boneka. Selasa (26/11/2019) siang, mereka menyiapkan bahan-bahan bakal boneka berupa kain, busa, hingga poliester fiber sintetis.
”Sekitar awal tahun 1990, kami masih menggunakan sisa limbah garmen dari pabrik boneka dan tekstil di Karawang dan Purwakarta. Dulu harganya (sisa garmen) masih murah. Kalau sekarang, kesulitan mencari bahan dan mahal,” ujarnya.
Itu sesepuh para boneka. Umurnya hampir 30 tahun, lho.
Wasno ingat betul awal mula sentra boneka itu dirintis. Hanya ada lima orang yang mau mencoba usaha kerajinan boneka. Mereka memulai dengan dana mandiri dan teknik pembuatan otodidak.
Wasno pun bernostalgia. Bentuk boneka pertamanya berbentuk beruang dan harimau. Idenya muncul saat menemukan boneka tanpa kepala yang dibuang pabrik garmen. Karena bercorak loreng-loreng, ia melengkapi bagian kepala boneka itu dengan bentuk harimau. Hingga kini, ia masih menyimpan boneka itu.
”Itu sesepuh para boneka. Umurnya hampir 30 tahun, lho,” guraunya sambil menunjuk boneka yang dimaksud.
Seiring waktu, banyak warga mulai tertarik menjalankan usaha kerajinan boneka. Mereka tersebar di beberapa kampung di Kecamatan Kotabaru, seperti Mekarjaya, Baru Timur, dan Mekarsari. Namun, tak ada data pasti mengenai jumlah perajin. Diperkirakan ada 200 orang yang terlibat di sekitar 50 rumah produksi boneka dengan omzet bervariasi.
Wasno, misalnya, punya 20 pekerja di rumah produksi boneka. Dengan kapasitas produksi 1.200-1.800 boneka per bulan, omzetnya kini mencapai Rp 20 juta-Rp 30 juta per hari.
Omzet cukup besar juga diraih rumah produksi boneka Rehan Jaya milik A Muin (50). Setelah menikah dengan warga Cikampek tahun 1997, Muin mulai belajar membuat boneka dari warga setempat dan menjualnya ke pedagang.
”Sebelumnya, saya menitipkan kerajinan ini di toko-toko dan pedagang. Baru pada tahun 2003, saya membuka toko sendiri. Dalam sebulan, omzetnya Rp 100 juta-Rp 300 juta,” katanya.
Hasil produksi dari ”Kampung Boneka” banyak dipasarkan di Kotabaru yang berjarak sekitar 23 kilometer dari Kota Karawang. Lokasinya cukup strategis, berjarak sekitar 1 kilometer dari Stasiun Cikampek. Dari pintu keluar Tol Cikopo-Palimanan, jaraknya sekitar 6 kilometer.
Deretan toko boneka di sepanjang jalan menjadi etalase boneka yang diproduksi Kampung Boneka. Bentuk, warna, ukuran, dan harganya bervariasi. Namun, dijamin harganya miring dibandingkan dengan boneka di pusat perbelanjaan.
Boneka beruang berwarna biru dan merah muda berukuran jumbo dengan tinggi 1,5 meter yang tergantung di langit-langit salah satu toko dijual Rp 300.000. Ada juga boneka Doraemon setinggi 30 sentimeter yang dijual Rp 25.000.
Selain dipajang di ”etalase”, kreasi boneka juga dipasarkan pedagang asongan. Saat jelang Lebaran, misalnya, mereka menjajakan dagangan boneka di sepanjang jalan pantura bagian barat. Kini, beberapa produsen juga telah memiliki sejumlah pelanggan tetap di berbagai kota di Indonesia.
Kendala
Seiring makin banyaknya jumlah toko dan perajin boneka, persaingan usaha di antara mereka kian ketat. Sengitnya persaingan mengumpulkan pundi rezeki mengharuskan mereka memutar otak untuk terus berinovasi.
Fanny (48), pemilik usaha boneka lainnya, misalnya, pernah mencoba memasarkan bonekanya ke Malaysia dan Singapura. Namun, boneka buatannya tidak berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) dan kualitasnya kalah dibandingkan dengan buatan China.
”Ada keinginan untuk ekspor, tetapi apa daya (boneka) tidak masuk standar. Sejauh ini, kami belum pernah mendapatkan pelatihan dari dinas terkait SNI,” ujarnya.
Semakin bagus kualitasnya, semakin besar modal yang dikeluarkan.
Rata-rata boneka produksi Cikampek bahan isiannya berupa busa dan silikon serta dibuat manual oleh manusia. Adapun bagian mata boneka masih ditempel menggunakan lem. Untuk memenuhi standar yang ditetapkan, boneka harus berisikan poliester fiber sintetis seluruhnya dan pemasangan mata menggunakan ring pengikat.
”Semakin bagus kualitasnya, semakin besar modal yang dikeluarkan,” kata Fanny.
Minimnya akses permodalan menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi sebagian pelaku usaha. Hingga kini, Fanny belum pernah mendapatkan bantuan modal pemerintah. Semua modal ia upayakan sendiri lewat peminjaman ke bank. Semula, tidak semua bank mau memberi modal. Berkat kegigihannya, ia bisa mendapatkan pinjaman sampai sekarang.
Pinjaman tersebut tak hanya digunakan untuk usahanya. Fanny juga membagi pinjaman itu dengan para perajin kecil. Sebab, menurut dia, banyak perajin kecil yang juga kesulitan mendapatkan kredit dari perbankan.
”Usaha ini berkembang karena upaya dan kerja keras kami. Pinjaman itu untuk menjaga keberlanjutan perajin lainnya agar tetap produksi,” kata Fanny.
Wasno juga berharap pemerintah lebih memperhatikan akses modal, pemasaran, dan pelatihan bagi para pelaku usaha di kampung tersebut. ”Pemerintah pernah mengadakan pelatihan tentang SNI, tetapi tidak ada keberlanjutannya sampai sekarang,” ujar Wasno.
Penetapan standar harga boneka yang berbeda di setiap toko masih menjadi masalah. Sebab, mereka berlomba-lomba menjual harga boneka semurah mungkin. Tentu saja hal itu berdampak terhadap para perajin kecil yang biasa menitipkan bonekanya.
Dulu sempat ada koperasi bagi para perajin boneka, tetapi tidak berjalan sehingga dibubarkan. Padahal, keberadaan asosiasi atau paguyuban para perajin boneka dinilai penting.
”Adanya mereka (koperasi) akan membantu kontrol dalam menentukan standar harga sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Kalau sekarang, siapa yang kuat, dia yang akan menang,” ucap Muin.
Menata wisata
Kepala Seksi Bidang Industri Kecil Menengah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karawang Ahmad Rifai menilai, salah satu kendala para perajin mencapai SNI adalah biaya bahan baku yang tinggi. Pihaknya mengajukan bantuan terkait hal ini kepada pemerintah pusat.
Pembinaan kepada sejumlah perajin juga sudah dilakukan setiap tahun sejak 2014 melalui sosialisasi SNI. Namun, belum semua perajin mendapatkan pembinaan tersebut.
Terkait permodalan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karawang memang tak memiliki program pemberian bantuan modal. Namun, dinas bisa menghubungkan perajin dengan pihak perbankan yang menyediakan pinjaman modal.
Bagi Pemerintah Kabupaten Karawang, keberadaan Kampung Boneka Cikampek merupakan aset berharga. Untuk itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Karawang merencanakan pengembangan sentra boneka Cikampek untuk menjadi wisata kampung boneka pada tahun 2020.
Paguyuban perajin boneka akan dibentuk. Selain itu, akan ada penataan lokasi perajin, toko, dan kantong parkir sehingga dapat menjadi tempat rekreasi yang nyaman. Upaya ini diyakini akan berpengaruh terhadap pemasaran sehingga Kampung Boneka Cikampek makin dikenal.
Perajin sangat berharap rencana itu terwujud. Apalagi mereka sudah punya modal besar untuk menjadi lebih kuat, yakni berupa penghargaan pariwisata populer dari PT Ayo Jalan-Jalan serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Jumat (22/11).
Kampung Boneka Cikampek terpilih sebagai pemenang ketiga destinasi belanja terpopuler dalam Anugerah Pesona Indonesia 2019. Penilaiannya melalui voting daring yang melibatkan masyarakat luas. Untuk kategori destinasi wisata populer, juara diraih Pasar Induk Kebun Sayur di Kota Balikpapan, diikuti Pasar Hamadi di Kota Jayapura sebagai pemenang kedua.
Kampung Boneka Cikampek memang layak terpilih sebagai salah satu yang populer karena produknya terkenal memiliki harga relatif murah. Fitri (24), warga asal Purwasari, Karawang, misalnya, terbiasa membeli paket boneka Doraemon dengan berbagai ukuran seharga Rp 165.000 dari Kampung Boneka. Ia memiliki toko daring yang khusus menjual boneka sejak tahun 2015. Boneka tersebut akan dijual kembali dengan harga Rp 285.000.
Kualitas boneka di kampung ini selalu memuaskan.
Menurut dia, harga boneka dari kampung itu murah dan berkualitas. ”Saya biasa kulakan banyak boneka berbagai karakter sesuai dengan tren yang berkembang. Sejauh ini, kualitas boneka di kampung ini selalu memuaskan. Pelanggan saya tak pernah komplain,” ucapnya.
Selli (26), salah satu konsumen, hampir setiap minggu mengantar Fajri (6), anaknya, untuk belanja boneka. Warga Klari, Karawang, itu lebih senang membeli boneka langsung dari perajin di Kampung Boneka dibandingkan dengan di toko atau mal.
”Kualitas tidak jauh berbeda dan harga yang ditawarkan miring. Coba bayangkan, harga boneka ulat ini Rp 35.000 dari perajin. Kalau di mal, bisa sampai dua kali lipat. Lumayan irit uang belanja,” ujar Selli semringah.
Kampung Boneka Cikampek adalah contoh kemandirian warga yang terlalu sayang dibiarkan berjalan sendirian. Warna-warni boneka bisa jauh lebih semarak apabila para perajin mendapat perhatian yang lebih baik dari pihak terkait di pemerintahan.