Sebelum melakukan serangan, di media sosial miliknya, Alshamrani mengunggah kutipan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, dalang serangan di AS pada 11 September 2001.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
PENSACOLA, SABTU -- Perwira muda Angkatan Udara Kerajaan Arab Saudi, Letnan Dua Mohammed Saeed Alshamrani (21), menembak mati tiga orang di Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pensacola, Florida, AS, Jumat (6/12/2019). Alshamrani, yang berada di pangkalan itu untuk mengikuti program pelatihan Angkatan Laut AS, diduga telah teradikalisasi sebelum berangkat ke AS.
Sebelum melakukan serangan, di media sosial miliknya, Alshamrani mengunggah kutipan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, dalang serangan di AS pada 11 September 2001. SITE, kelompok yang intens memantau radikalisme secara daring, melaporkan, beberapa jam sebelum insiden penembakan, Alshamrani sudah menulis pembenaran atas rencana serangannya dalam bahasa Inggris di Twitter.
Menurut analisis SITE, Alshamrani merujuk perang AS di negara-negara Muslim. Alshamrani juga menulis, dia membenci orang-orang Amerika karena mereka dinilai melakukan kejahatan tak hanya terhadap umat Islam, tetapi juga kemanusiaan. Dia juga mengkritik dukungan AS kepada Israel.
Penyelidik Biro Investigasi Federal AS (FBI) belum mengungkapkan motif Alshamrani di balik serangan itu. Jumat lalu, Alshamrani mulai menembakkan pistolnya di dalam ruang kelas di pangkalan udara Angkatan Laut di Pensacola.
Tiga orang tewas dalam insiden itu, yakni Joshua Kaleb Watson (23), yang baru lulus dari Akademi Angkatan Laut AS di Annapolis, Maryland; Mohammed Sameh Haitham (19), dan Cameron Scott Walters (21). Haitham dan Walters adalah awak kapal yang sedang belajar di pangkalan itu. Adapun tiga dari 12 orang yang terluka adalah petugas penegak hukum yang ditembak saat mereka membalas serangan Alshamrani, termasuk seorang perwira polisi AL dan dua wakil sherif.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper, Sabtu (7/12), tidak menyebut bahwa apa yang dilakukan Alshamrani sebagai tindakan terorisme. Penyidik di Florida kini memeriksa enam warga negara Arab Saudi lainnya. Koran The New York Times dalam laporannya—mengutip sumber dalam penyelidikan kasus ini—menuliskan bahwa tiga di antara enam warga Arab Saudi tersebut terlihat merekam insiden penembakan itu.
Sementara itu, dari Gedung Putih, Sabtu, dilaporkan bahwa Presiden Donald Trump telah menerima telepon Raja Arab Saudi Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Raja Salman mengecam penembakan itu sebagai ”kejahatan keji” dan menyebut pria bersenjata tersebut ”tidak mewakili rakyat Saudi”.