Tim catur Indonesia menjawab keraguan dari Kementrian Pemuda dan Olah Raga dengan melampaui target perolehan medali pada SEA Games Filipina 2019.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
SUBIC, MINGGU – Tim catur Indonesia yang sempat hampir tidak diberangkatkan ke SEA Games Filipina 2019 berhasil menjawab keraguan dari Kementerian Pemuda dan Olah Raga dengan melampaui target perolehan medali. Dua medali emas dari catur kilat pada Minggu (8/12/2019) di Subic, Filipina, membuat Indonesia menjadi juara umum pada cabang catur, yang mempertandingkan lima nomor.
Dengan 2 emas, 3 perak, dan 1 perunggu, Indonesia mengungguli Thailand, Singapura, dan Malaysia yang masing-masing hanya mengumpulkan 1 emas. Vietnam yang diunggulkan hanya mengumpulkan 2 perak dan 3 perunggu.
Dua medali emas di nomor catur kilat dipersembahkan oleh GM Susanto Megaranto di bagian putra dan WGM Medina Warda Aulia pada nomor putri.
“Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) tidak pernah umbar janji jika tidak bisa menepatinya. Kami dibebani target dua emas, dua perak, dan satu perunggu pada SEA Games kali ini dan kami merebut dua emas, tiga perak, dan satu perunggu. Persiapan yang intensif dan mandiri sejak awal tahun ini memungkinkan para pecatur menajamkan permainan mereka sehingga dapat menyuguhkan permainan terbaik,” kata Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Percasi, di Subic, saat dihubungi dari Jakarta.
Susanto yang menjadi andalan Indonesia langsung tampil optimal sejak babak pertama dan tidak terkalahkan. Dari tujuh babak, Susanto menang empat kali dan remis tiga kali sehingga mengumpulkan 5,5 poin.
Susanto berhak merebut medali emas setelah pecatur Vietnam Le Quang Liem hanya mengumpulkan 5 poin dan harus puas dengan medali perak. Langkah Le Quang tersandung karena kalah dari pecatur tuan rumah Daniel Quizon.
“Saya menjalani persiapan yang intensif untuk menajamkan taktik dan menghilangkan banyak kelemahan dalam catur kilat, termasuk dengan latih tanding di India. Terbatasnya waktu, hanya 5 menit, menjadi tantangan tersendiri. Namun, jika kita memiliki skema permainan yang jelas, kita bisa unggul atas lawan,” kata Susanto.
Pada nomor putri, Medina Warda Aulia dan Chelsie Monica Ignesias Sihite menunjukkan dominasi Indonesia dengan meraih medali emas dan perak. Dari sembilan babak, Medina tidak pernah kalah dan menang 6 kali serta remis 3 kali sehingga mengumpulkan 7,5 poin. Chelsie berada di posisi kedua dengan 7 poin.
“Saya gembira sekali karena ini medali emas pertama bagi saya pada SEA Games. Hasil latihan keras selama ini akhirnya berbuah manis,” kata Medina.
Tahun ini menjadi tahun yang produktif bagi pecatur Jawa Barat itu. Pada April lalu, Medina merebut tiket ke Olimpiade Catur 2020 setelah menjuarai turnamen Asia Timur di Mongolia. Medina juga menambah banyak poin dari banyak turnamen sehingga dia memenuhi syarat mendapatkan gelar International Master (IM) pada kategori terbuka yang biasanya didominasi pecatur pria. Sayangnya, gelar IM bagi Medina itu belum diumumkan oleh federasi catur dunia.
Dua perak bagi Indonesia lainnya dipersembahkan oleh Muhamad Ervan dan Ummi Fisabililah. Ervan secara mengejutkan tampil luar biasa pada nomor catur ASEAN. Catur ASEAN menggunakan buah catur yang berbeda dan aturan yang sedikit berbeda. Catur itu berkembang di kawasan Indochina dan pecatur Thailand Uaychai Kongsee yang meraih medali emas.
Ummi meraih medali perak pada nomor catur cepat. Pada nomor yang sama, Irine Kharisma Sukandar juga meraih medali perunggu. Indonesia sebenarnya juga mengincari medali emas pada catur cepat putri. Namun, kehadiran Gong Qianyun membuyarkan target itu. Gong merupakan pecatur China yang dinaturalisasi oleh Singapura.
“Dengan hasil ini, Percasi membuktikan diri mampu berprestasi meskipun dukungan dana dari pemerintah terbatas. Jika dukungan pemerintah lebih besar, seperti di China, Iran, atau India, perkembangan catur Indonesia bakal lebih bagus lagi,” kata Eka Putra Wirya, anggota Dewan Pembina Percasi.