Bagi Susilo Bambang Yudhoyono, cinta bukan sekadar perasaan yang bisa datang dan pergi begitu saja, melainkan keputusan yang mendorong untuk terus-menerus mewujudkan cinta kepada pasangannya sekalipun ia telah tiada.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·5 menit baca
”Love is a decision, it is a judgment, it is a promise. If love were only a feeling, there would be no basis for the promise to love each other forever. A feeling comes and it may go. How can I judge it will stay forever, when my act does not involve judgement and decision.” – Erich Fromm, The Art of Loving (1956).
Susilo Bambang Yudhoyono tentu tahu betul apa yang dimaksud Erich Fromm, sosiolog dan psikoanalis asal Jerman, dalam bukunya, The Art of Loving, yang terbit pada 1956.
Bagi Presiden Ke-6 RI yang akrab disapa SBY itu, cinta bukan sekadar perasaan yang bisa datang dan pergi begitu saja, melainkan keputusan yang mendorong kedisiplinan untuk terus-menerus mewujudkan cinta kepada pasangannya sekalipun ia telah tiada.
Enam bulan setelah meninggalnya Kristiani Herrawati, yang akrab disapa Ani Yudhoyono, SBY kembali aktif di media sosial. Melalui akun Twitter-nya, ia mengumumkan bahwa sebagai bentuk kasih sayang dan penghormatan terhadap almarhumah istri, ia dan keluarga akan mengaktifkan kembali akun Instagram Ani, dengan tajuk ”Ani Yudhoyono in Memoriam”.
Selama beberapa tahun terakhir hidupnya, mendiang Ibu Negara itu merupakan sosok yang aktif di Instagram. Ani yang mencintai fotografi rutin mengunggah hasil jepretannya yang beragam. Mulai dari aktivitas keluarga, kegiatan sosial, hingga keindahan alam.
Pada awal 2019, ketika didiagnosis mengidap kanker darah dan dirawat di National University Hospital, Singapura, Ani pun masih rajin membagikan dokumentasi pengobatan, upaya keras untuk bertahan, dan kunjungan dari orang-orang terdekat. Melalui gambar, ia membagikan kehangatan dan energi positif untuk seluruh pengikut.
Meski semua itu terhenti ketika Tuhan memanggilnya pada Juni 2019, SBY tak membiarkan Ani hilang. Ia menghidupkannya kembali dalam kenangan yang manis.
Unggahan pertama SBY untuk Ani adalah klip video berdurasi 3 menit 19 detik. Video berlatar foto pemandangan alam karya Ani itu juga menampilkan SBY yang tengah menyanyikan lagu berjudul ”Seruling di Lembah Sunyi”.
Terkenang ku akan seorang kasihku, yang telah pergi menghadap ilahi. Oh angin, sampaikanlah salamku, cintaku abadi selamanya.
”Seiring bersama alunan bunyi seruling di lembah sunyi. Di sana ku duduk seorang diri, mengenang di malam hari. Terkenang ku akan seorang kasihku, yang telah pergi menghadap ilahi. Oh angin, sampaikanlah salamku, cintaku abadi selamanya,” ujar SBY dalam lagunya.
Museum SBY Ani
Lebih dari lagu, SBY juga membuat proyek yang lebih besar, yaitu Museum SBY Ani. Ossy Dermawan, Direktur Utama Museum Kepresidenan SBY dan Galeri Seni Ani Yudhoyono, menuturkan, museum itu didirikan di atas lahan 1,3 hektar di Jalan JLS, Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan, Jawa Timur.
Menurut rencana, museum yang dikelola Yayasan Yudhoyono itu akan berbentuk gedung dua lantai seluas 6.000 meter persegi, yang terbagi menjadi dua segmen, yaitu Museum Kepresidenan SBY dan Galeri Seni Ani Yudhoyono. ”Museum dan galeri seni ini terbuka untuk publik dan mengusung semangat education and entertainment, menambah wawasan sekaligus menghibur,” ujar Ossy.
Untuk museum kepresidenan, koleksi yang dipamerkan terbagi menjadi 20-25 tema yang berbeda satu sama lain. Mulai dari kisah masa kecil SBY di Pacitan, menempuh pendidikan di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, menjalani ragam pendidikan dan penugasan militer, hingga menjadi menteri. Selain itu, ada pula tentang aktivitasnya ketika berkompetisi dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2004 dan selama 10 tahun memerintah Indonesia.
Tema khusus untuk Ani sebagai Ibu Negara yang keenam tentu akan ditampilkan, bersama dengan ribuan koleksi buku dari perpustakaan pribadi keduanya. ”Adapun Galeri Seni Ani Yudhoyono akan berisi koleksi seni yang dimiliki SBY dan Ibu Ani (alm), seperti lukisan, patung, kain batik, kain tenun, dan benda seni lainnya,” kata Ossy.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Jansen Sitindaon menyebutkan, salah satu koleksi yang tengah disiapkan adalah mobil dinas yang digunakan SBY ketika menjadi Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara (Brigif Linud) 17 Kujang dan mobil dinas saat ia bertugas di Timor Timur.
Ossy mengungkapkan, rencana pembangunan museum ini sudah ada sejak Ani masih hidup. Awalnya, SBY dan Ani ingin agar museum dibangun di wilayah Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Namun, kendala finansial menghentikan rencana itu.
Keputusan final diambil saat Ani dirawat di Singapura. Keduanya berdialog, kemudian memutuskan untuk memindahkan lokasi ke Pacitan.
”Almarhumah sangat ingin museum ini segera diwujudkan. Oleh karena itu, almarhumah menyarankan untuk membangun museum ini dengan luas yang tidak terlalu besar di kampung halaman SBY di Pacitan,” ucap Ossy.
Kini, pembangunan museum dan persiapan segala koleksinya tengah berjalan. SBY pun mengawal sendiri seluruh proses tersebut.
Hal itu merupakan perwujudan cinta, sekaligus janji SBY saat menyambut kedatangan jenazah Ani dari Singapura ke rumah mereka, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 2 Juni 2019. Dalam pidato penyambutannya kala itu, SBY mengatakan, mendiang istrinya masih memiliki banyak cita-cita, di antaranya melanjutkan hobi fotografi.
Selain itu, Ani juga ingin bertemu lebih banyak warga di seluruh penjuru Indonesia. Ani ingin berinteraksi dengan lebih banyak orang, dalam suasana kekeluargaan, tanpa intensi politik praktis.
”Insya Allah, apa yang diinginkan Ibu Ani akan kami wujudkan,” kata SBY.
Ia pun berniat untuk mengabadikan kisah hidup perempuan yang pertama kali ditemuinya pada 1973 itu secara tertulis. ”Saya ingin menuliskannya nanti, insya Allah, untuk menjadi pengetahuan bagi saudara-saudara tentang seorang manusia biasa yang lahir dengan nama Kristiani Herrawati, kemudian menjadi Ani Yudhoyono. Yang berpikir mulia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, berbuat baik, berbaik sangka kepada yang lain,” tutur SBY.
Meski tak lagi muda dan pernah menjalani kehidupan pernikahan selama 43 tahun, semangat SBY untuk mencintai Ani tak pernah berkurang. Sekalipun pernah menjadi orang terpenting di negeri ini selama 10 tahun, SBY tetap bersedia bekerja keras untuk terus memelihara cintanya. Ia tahu betul, cinta memang bukan sekadar perasaan, melainkan praktik.
Sejalan dengan apa yang dikatakan Fromm. ”Love isn’t something natural. Rather it requires discipline, concentration, patience, faith, and the overcoming of narcissism. It isn’t a feeling, it is a practice,” tulis Fromm.