Banjir lumpur susulan mengancam sebagian wilayah di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, terutama saat hujan turun dengan intensitas tinggi di lereng gunung yang rentan longsor.
ANTARA/MOHAMAD HAMZAH
Warga mencoba berjalan di dekat rumahnya yang rusak dan terendam lumpur akibat diterjang banjir bandang di Desa Poi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (8/12/2019). Tidak ada korban jiwa di desa itu meski sejumlah rumah warga rusak dan terendam lumpur. Warga pun untuk sementara mengungsi ke tempat yang lebih aman.
SIGI, KOMPAS Banjir lumpur menerjang 13 rumah di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (8/12/2019). Banjir lumpur susulan yang lebih besar patut diwaspadai saat hujan deras melanda lereng Pegunungan Gawalise di sisi Desa Poi, yang rentan longsor akibat gempa 14 bulan lalu.
Banjir lumpur terjadi perlahan mulai pukul 05.30 Wita, menyusul hujan sejak pukul 02.00 Wita. Dari 13 rumah yang tergenang lumpur, enam rumah rusak parah dengan lumpur setinggi 1 meter. Sebagian bangunan roboh. Tak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Sebanyak 39 jiwa dari 13 keluarga yang terdampak parah mengungsi.
”Mereka mengungsi ke tenda yang kami dirikan beserta dapur umumnya. Kebutuhan warga sudah disiapkan, terutama beras sebanyak 1 ton,” kata Camat Dolo Selatan Abdul Jalil di Sigi, Minggu, saat dihubungi dari Palu, Sulteng.
Menurut Abdul Jalil, banjir lumpur berasal dari luapan sungai kecil di sisi selatan desa. Material lumpur diduga dari longsoran yang ”menggantung” di lereng pegunungan di sebelah barat Desa Poi. Lereng pegunungan itu runtuh karena gempa, 28 September 2018. Material yang ”menggantung” di lereng tersebut diperkirakan seluas 40 hektar persegi.
Untuk mengantisipasi banjir lumpur susulan, warga diimbau waspada. Barang-barang penting diminta diungsikan ke tempat yang diprediksi tak terdampak luapan lumpur. ”Karena masuk musim hujan, semua harus diantisipasi,” ujar Abdul.
Akibat luapan lumpur, jalan poros yang menghubungkan Desa Poi dan desa-desa sekitarnya dengan Palu putus selama tujuh jam. Hingga Minggu petang, jalan sudah dibersihkan dengan alat berat sehingga mobilitas warga normal lagi.
Runtuhan gunung di sebelah Desa Poi terlihat jelas dari desa-desa di Kecamatan Gumbasa dan Tanambulawa, Sigi bagian timur. Tak cuma mengancam Desa Poi, aliran lumpur juga berpotensi mengancam desa-desa tetangga, antara lain Desa Rogo, Sambo, dan Wisolo.
Banjir lumpur pernah ”melenyapkan” Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, sekitar 10 kilometer dari Desa Poi, April 2019. Material lumpur mengalir dari runtuhan di gunung melalui Sungai Bangga. Hampir 200 rumah tertimbun lumpur hingga 3 meter. Desa itu kini tanpa penghuni.
Material runtuhan di Desa Poi ditangani Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam skema rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana Sulteng. Beberapa waktu lalu, Ketua Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto menyatakan, pekerjaan fisik, berupa pembuatan dam di sungai untuk menahan dan menampung sementara material mulai dikerjakan awal 2020.
Kepala Desa Poi Sarfin berharap Kementerian PUPR mempercepat rencana mengatasi banjir lumpur di Desa Poi. Warga selalu dihantui ketidaknyamanan sejak terjadi runtuhan di gunung 14 bulan lalu.
Banjir di Bandung Selatan
Banjir bandang yang terjadi di Bandung Selatan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/12/2019), menyisakan lumpur di permukiman warga. Warga khawatir terjadi banjir susulan akibat meluapnya Sungai Cisangkuy.
Menurut Kepala Kantor Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Tony Agus Wijaya, musim hujan di kawasan Bandung Raya diperkirakan berlangsung hingga Mei 2020. ”Dalam tiga hari ke depan diperkirakan terjadi hujan intensitas sedang. Namun, kami mengimbau warga untuk waspada saat hujan deras,” katanya. (VDL/RTG)