Ancaman banjir lumpur di tiga desa di Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, masih besar. Warga pun selalu dibayangi ketakutan, terutama saat hujan.
Oleh
Videlis Jemali
·4 menit baca
KOMPAS/VIDELIS JEMALI
Material yang terangkut air Sungai Tinombu berasal dari longsoran di gunung di sisi barat Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, seperti terlihat pada Senin (9/12/2019).
SIGI, KOMPAS — Ancaman banjir lumpur di tiga desa di Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, masih besar. Warga selalu dibayangi ketakutan, terutama saat hujan, karena material longsoran di pegunungan akan terbawa melalui sungai yang mengarah ke permukiman warga.
Ketiga desa itu adalah Desa Poi, Desa Pulu, dan Desa Balongga. Banjir lumpur menerjang 13 rumah Dusun 2, Desa Poi, Minggu (8/12/2019). Enam rumah di antaranya tak bisa dihuni lagi karena ketebalan lumpur mencapai 1 meter. Lumpur meluap dari Sungai Tinombu. Tak hanya lumpur, banjir juga menggelontorkan batu-batu yang cukup besar. Pada kejadian kemarin, batu hanya terseret di sungai.
Sumber lumpur yang bercampur pasir merupakan rekahan atau longsoran gunung berjarak sekitar 2 kilometer dari permukiman warga Poi. Berdasarkan survei Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), luas longsoran mencapai 60 hektar. Longsor tersebut akibat guncangan gempa pada 28 September 2018.
Dari tumpukan material longsor itu, ada dua sungai yang menuju perkampungan warga, yakni Sungai Tinombu yang mengarah ke Poi dan longsorannya bisa juga sampai ke Desa Pulu serta Sungai Balongga ke Desa Balongga.
KOMPAS/VIDELIS JEMALI
Longsoran di gunung di sisi barat Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, seperti terlihat dari Desa Sibalaya Utara, Kecamatan Tanambulava, Sigi, Senin (9/12/2019).
Dari penelusuran Kompas, Senin (9/12/2019), menyusuri Sungai Tinombu hingga ke hulunya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Selain mengalir ke Sungai Tinombu, lumpur juga meluap hingga di belakang Dusun 1. Jaraknya hanya 50 meter dari rumah warga. Lumpur tersebut keluar dari alur sungai persis di belokan menuju Dusun 2.
Di sungai, lumpur berpasir masih tercecer di pinggiran. Ada juga batu-batu besar. Aliran air dan lumpur juga mengikis dinding sungai, terutama di sisi selatan. Lebar sungai tersebut tak lebih dari 3 meter, tetapi ceceran lumpur bercampur pasir hingga 5 meter dari alur sungai. Air yang mengalir berwarna keruh dan debitnya kecil.
Pokoknya, kalau hujan, kami siap-siap semua barang penting yang perlu dibawa. Tidak bisa tidur tenang.
Hulu Sungai Tinombu persis berhadapan dengan sebagian besar material longsoran di pegunungan. Bekas longsoran baru masih terlihat jelas. Gundukan material tersebut setinggi 40 meter dari dasar sungai.
Sudi (51), warga Dusun 1, Desa Poi, menuturkan, warga selalu ketakutan saat hujan atau bahkan sekadar mendung di pegunungan. ”Pokoknya, kalau hujan, kami siap-siap semua barang penting yang perlu dibawa. Tidak bisa tidur tenang,” kata Sudi, yang rumahnya berjarak 50 meter dari luapan lumpur di Dusun 1, Senin.
KOMPAS/VIDELIS JEMALI
Rumah warga Dusun 2, Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulteng, terendam lumpur pada hari Minggu lalu, seperti terlihat Senin (9/12/2019).
Kewaspadaan itu pula yang dimiliki warga Dusun 2 yang diterjang lumpur pada hari Minggu. Mereka bisa menyelamatkan barang-barang penting dan surat-surat berharga sebelum banjir lumpur datang. Hal itu dilakukan Ernawati, penyintas banjir lumpur di Dusun 2. ”Kami selalu diingatkan oleh pemerintah desa untuk waspada saat hujan, jadi tahu ke mana harus lari,” ujarnya, yang saat ini mengungsi di gedung sekolah yang tak terpakai lagi.
Kekhawatiran dan kewaspadaan yang sama juga menghantui warga Desa Balongga, sebelah selatan Desa Poi. Pada akhir April lalu, banjir disertai lumpur menerjang 10 rumah di dekat Jembatan Sungai Balongga. ”Begitu hujan turun, kami di sini sudah tidak tidur lagi. Kemasi barang-barang yang harus dibawa,” ujarnya.
Sekretaris Desa Poi Erwin Amir menyatakan, warga sudah diimbau dan dilatih untuk evakuasi saat menghadapi banjir lumpur. Warga Dusun 1 dievakuasi ke arah selatan, ke perbatasan dengan Desa Pulu. Adapun warga Dusun 2 ke arah utara di perbatasan dengan Desa Balongga. Sementara warag Dusun 3 dievakuasi ke arah timur.
Terkait relokasi warga Desa Poi yang berjumlah 1.650 jiwa, Erwin mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sigi pernah menyampaikan hal itu. Lahan yang disiapkan 5-7 hektar di timur desa. Saat gempa lalu, banyak warga mengungsi di lokasi tersebut. ”Namun, belum ada tanda-tanda pembangunan sehingga warga bertahan di rumahnya masing-masing meskipun ancaman banjir sangat nyata,” katanya.
Saat dihubungi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sigi Asrul Repadjori memastikan warga Desa Poi akan direlokasi. Daerah itu sudah tak layak lagi untuk dihuni. ”Soal kapan realisasinya, itu sangat bergantung pada anggaran. Kami tetap mendorong agar itu terealisasi tahun depan (2020),” katanya.
Sudi dan Ernawati pun menyatakan bersedia untuk direlokasi. ”Kalau memang relokasi jalan terbaik, kami siap ikuti. Yang terpenting ada kejelasan,” ujar Ernawati, yang mengungsi bersama lima anggota keluarganya.