Tim nasional sepak bola Indonesia tinggal selangkah mengakhiri penantian lamanya meraih medali emas di SEA Games seusai membekap Myanmar 4-2, kemarin. Tim “Garuda Muda” mewujudkan final ideal kontra Vietnam.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Pemain tim nasional sepak bola Indonesia Osvaldo Haay melakukan selebrasi usai skuad "Garuda Muda" mengalahkan Myanmar U-23 dengan skor 4-2 dalam pertandingan semifinal SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Sabtu (7/12/2019). Pada laga final, Selasa (10/12), Indonesia akan melawan Vietnam.
MANILA, SABTU – Tim nasional sepak bola putra U-23 Indonesia menghidupkan harapan untuk mengakhiri 28 tahun paceklik medali emas di SEA Games seusai membekap Myanmar 4-2 di semifinal, Sabtu (7/12/2019) di Manila, Filipina. Mental juara tim “Garuda Muda” diklaim kian bertumbuh di laga yang berlangsung hingga babak perpanjangan waktu itu.
Untuk kali pertama sejak edisi 2013 silam di Myanmar, Indonesia menggapai final di cabang sepak bola SEA Games. Tidak hanya berpeluang meraih emas SEA Games yang kali terakhir diraih 1991 silam di negara yang sama, Garuda Muda juga bisa menyegel statusnya, yaitu sebagai “raja” Asia Tenggara, jika menang di final pada Selasa (10/12) mendatang.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, Garuda Muda juga menjuarai Piala AFF U-22 2019 di Kamboja dengan mengalahkan rival-rival beratnya seperti Thailand dan Vietnam. “Mudah-mudahan, seperti telah saya katakan sebelumnya, performa puncak kami akan muncul seratus persen di final nanti. Dari awal, pilihan saya hanya satu, yaitu meraih emas. Tiada yang lain,” ujar Indra Sjafri, Pelatih Timnas U-23 Indonesia, seusai laga itu.
KOMPAS/DENTY PIAWAI NASTITIE
Pemain tim nasional sepak bola Indonesia U-23 Saddil Ramdani berusaha merebut bola dari pemain Myanmar U-23 AWN Soe dalam pertandingan semifinal sepak bola SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Sabtu (7/12/2019). Indonesia menang atas Myanmar 4-2 melalui babak perpanjangan waktu.
Indonesia tampil dominan dan menunjukkan kelasnya yang sedikit di atas Myanmar pada laga itu. Mereka tampil menekan, cepat dan sangat ofensif. Mereka juga memperagakan serangan dinamis dengan pola operan satu-dua atau kombinasi yang bak kilat dan enak dilihat mata. Dominasi Garuda Muda terlihat dari banyaknya peluang yang diciptakan, yaitu total 14 tembakkan ke gawang.
Nyaris tidak terlihat ekspresi kelelahan dari Evan Dimas dan kawan-kawan meskipun mereka hanya punya waktu istirahat 48 jam menjelang duel itu. Sebaliknya, Myanmar punya waktu jauh lebih lama, yaitu 116 jam, untuk mempersiapkan semifinal itu. Tidak heran, Indra berkata, laga kemarin merupakan penampilan terbaik timnya sejauh ini di SEA Games 2019.
Meskipun demikian, Garuda Muda masih jauh dari sempurna. Kesalahan-kesalahan individual masih terlihat terlepas tampil briliannya sejumlah pemain tim itu seperti Evan, Egi Maulana Vikri, dan striker Osvaldo Haay yang telah mengemas total sembilan gol. Dua buah kesalahan fatal, yang masing-masing dilakukan gelandang Zulfiandi dan kiper Nadeo Winata itu membuat Myanmar sempat menyamakan kedudukan 2-2 dalam waktu dua menit di babak kedua.
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Pemain tim nasional sepak bola Indonesia U-23 Evan Dimas (kedua kanan) melakukan sujud syukur usai mencetak gol ke gawang tim Myanmar U-23 dalam pertandingan semifinal SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Sabtu (7/12/2019). Indonesia melaju ke babak final setelah mengalahkan Myanmar dengan skor 4-2 melalui babak perpanjangan waktu.
Namun, di babak tambahan waktu, Indonesia mengoreksi kelalaiannya dan menang berkat gol dari Evan dan Osvaldo. Menurut Indra, kemampuan timnya mendapatkan dua gol dalam situasi tertekan itu menunjukkan mentalitas juara timnya. “Barangkali ini takdir Tuhan kami harus melewati perpanjangan waktu. Bagi saya, ini justru menguntungkan. Mentalitas juara kita jadi terlihat. Tanpa itu dan soliditas tim, kita tidak akan bisa bangkit tadi,” tuturnya.
Karakter serupa sangat dibutuhkan Garuda Muda saat menghadapi Vietnam di partai puncak perebutan medali emas yang akan digelar Selasa besok. Duel ini menjadi kesempatan Indonesia menebus kesalahan sekaligus melakukan balas dendam atas kekalahan dari mereka pada fase penyisihan grup B, Senin (1/12) lalu.
Ketika itu, Garuda Muda unggul lebih dulu lewat gol cepat Sani Rizki. Namun, Indra lantas menginstruksikan timnya tampil sangat defensif dengan mengandalkan serangan balik. Taktik “bermain aman” dengan garis pertahanan rendah itu tidak mampu berjalan baik karena tekanan hebat para pemain Vietnam dari berbagai lini. Vietnam pun berbalik menang 2-1.
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Para pemain dan ofisial tim nasional sepak bola Indonesia U-23 memberikan hormat usai mengalahkan Myanmar U-23 dalam pertandingan semifinal SEA Games 2019 di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Sabtu (7/12/2019). Indonesia melaju ke babak final setelah mengalahkan Myanmar dengan skor akhir 4-2 melalui babak perpanjangan waktu.
Statistik identik
Duel Indonesia kontra Vietnam menjadi final ideal di SEA Games 2019. Kedua tim memiliki karakter bermain serupa dan kualitas pemain yang nyaris setara. Menariknya pula, kedua tim memiliki statistik performa yang identik, yaitu sama-sama mencetak total 21 gol dan kebobolan empat gol di enam laga SEA Games Filipina sejauh ini. Kemarin malam, di laga semifinal lainnya, Vietnam melumat Kamboja 4-0.
Indonesia telah lama menanti medali emas sepak bola di SEA Games. Seusai meraih emas di Filipina pada 1991 silam, Indonesia tiga kali lolos ke final, yaitu pada 1997, 2011, dan 2013. Namun, seluruh final itu gagal berbuah emas. Mereka dikalahkan Thailand dan Malaysia. Rekor lebih buruk diderita Vietnam. Mereka tidak pernah meraih emas dan selalu gagal di lima final sejak 1995.