Hari Wayang Nasional yang pertama – 7 November 2019 - setelah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo tahun silam, diperingati dengan berbagai pertunjukan wayang.
Oleh
Ninok Leksono
·3 menit baca
Hari Wayang Nasional yang pertama – 7 November 2019 - setelah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo tahun silam, diperingati dengan berbagai pertunjukan wayang. Di Jakarta, Laskar Indonesia Pusaka menggelar pertunjukan wayang orang dengan mengambil lakon “Sang Sukrasana”, di Teater Besar Taman ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (17/11/2019).
Didukung oleh bintang film dan selebritas serta pemain profesional, bahkan juga oleh unsur TNI dan Polri, “Sang Sukrasana” menjadi wujud pemenuhan amanat UNESCO tatkala menetapkan Wayang sebagai Warisan Budaya Dunia tahun 2003, yaitu bahwa wayang harus dilestarikan, dipopulerkan, dan dikembangkan.
Produksi yang diketuai oleh Letjen TN Dodik Wijanarko dengan Aylawati Sarwono dan Yessy Sutiyoso selalu Produser dan produser Eksekutif, lakon populer ini digelar dengan meriah, disaksikan sekitar1.000 penonton yang memenuhi Teater Besar.
Sukrasana adalah adik Bambang Sumantri putra Begawan Suwandagni dari pertapaan Argo Sekar. Berbeda dengan kakaknya yang tampan, Sukrasana berwajah buruk. Namun Sukrasana yang mendapat gemblengan di Kahyangan jauh lebih sakti dibanding kakaknya. Selain itu ia juga sangat mencintai kakaknya. Ia kehilangan saat kakaknya pergi untuk mengabdi di kerajaan Mahespati yang diperintah oleh Raja Harjuna Sasrabahu.
Niat Sumantri tak begitu saja diterima oleh Raja Harjunasasra, kecuali ia bisa memboyong putri Magada – Citrawati (diperankan Asmara Abigail)- yang juga sedang diperebutkan oleh banyak raja. Sumantri berhasil dalam misi ini, namun ia berulah, yaitu tak begitu saja menyerahkan Citrawati ke Prabu Harjuna Sasrabahu kecuali sang raja bisa mengalahkannya. Sumantri dengan mudah dikalahkan oleh Harjuna Sasra. Namun Sang Raja masih memberi kesempatan pada Sumantri untuk mengabdi, asal ia bisa memenuhi permintaan Citrawati yang menginginkan Taman Sriwedari di Kahyangan ada di Mahespati.
Di sini Sumantri (diperankan oleh bintang wayang orang Ali Marsudi) yang merasa perintah itu mustahil, mendapat bantuan dari Sukrasana (oleh Lukman Sardi). Sang adik menagih janji kakaknya untuk bisa berkumpul, namun Sang Kakak yang sudah mendapat kedudukan tak mau adiknya yang buruk rupa menyertainya. Puncak cerita terjadi tatkala Sukrasana masuk ke Taman Sriwedari untuk melihat putri-putri Kerajaan bermain. Sumantri marah besar dan menyuruh adiknya pergi. Namun Sukrasana bergeming, ia ingin selalu dekat kakaknya. Sumantri menakut-nakuti adiknya dengan panah. Namun tragedi terjadi, panah lepas dari busurnya dan menewaskan Sukrasana.
Pertunjukan berakhir dengan sedih. Beban kedudukan sering tak bisa dipikul oleh penerimanya. Ia bahkan melupakan Sukrasana, yang oleh Jaya Suprana, sang pencetus lakon, melambangkan itu sebagai sikap yang sering diperlihatkan oleh pollitisi yang di saat pemilihan memburu dukungan rakyat (pemilih), namun setelah berkuasa melupakannya.
Penonton puas oleh akting Lukman Sardi, Ali Marsudi, dan pendukung lain seperti Maudy Kusnaedy yang memerankan istri pertama Prabu Harjuna Sasrabahu dalam pergelaran yang disutradari oleh Nanang Ruswandi dan musickoleh Lukas Danasmoro, dan multimedia oleh Shari Semesta dan Rury Avianti selaku penata artistik.