Kenangan Mantan Atlet Bulu Tangkis pada Sosok Ciputra
Pemakaman pengusaha properti Ciputra meninggalkan kesan mendalam bagi sebagian atlet bulu tangkis. Pendiri klub Jaya Raya pada 1975 itu berjasa mencetak pemain-pemain hebat, salah satunya Susy Susanti.
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS - Pemakaman Pemimpin dan Pendiri Ciputra Group, Ciputra dihadiri orang-orang dekatnya dan sejumlah olahragawan. Ciputra tidak hanya dikenang sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai orangtua atlet bulu tangkis. Warisannya masih membekas pada mereka yang pernah merasakan jasa Ciputra.
Mantan bintang bulu tangkis nasional, Susy Susanti merasa sedih. Dia sempat menangis sesaat dan merasa kehilangan seorang sosok ayah yang memiliki perhatian dalam mendukung prestasi atlet bulu tangkis. "Om Ci (sapaan akrab Ciputra) orang yang luar biasa sekali. Beliau punya dedikasi tinggi, tidak hanya sebagai pengusaha, tetapi juga sebagai orang tua kepada anaknya. Kepada anak didiknya pun, sama seperti anaknya sendiri. Perhatian dan dukungannya terhadap kami sangat luar biasa," kata Susy yang hadir di tempat pemakaman keluarga Ciputra di Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/12/2019).
Susy merupakan salah satu mantan atlet binaan Perkumpulan Bulu Tangkis Jaya Raya mulai 1985. Klub bulu tangkis itu didirikan oleh Ciputra pada 1975 dengan tujuan membina atlet bulu tangkis Indonesia mencapai prestasi internasional. Meskipun hampir dibubarkan karena krisis moneter pada 1998, Susy merupakan satu-satunya atlet yang tetap bertahan di klub itu.
"Saat krisis moneter, klub itu hampir ditutup dan banyak atlet pindah ke klub lain. Om Ci bilang, kalau Susi keluar, PB Jaya Raya akan dibubarkan. Kalau Susi bertahan, meskipun dengan sarana seadanya, kita akan terus mengangkat klub Jaya Raya untuk bisa mengantar prestasi atlet tidak hanya pada tingkat nasional, tetapi juga dunia," cerita Susy.
Terhadap pertanyaan Pak Ci itu , Susy menjawab dirinya akan bertahan dan berada di samping Ciputra. "Saat itu, saya bilang, saya dibesarkan oleh Jaya Raya dan akan tetap berada di samping Om Ci, baik dalam suka maupun duka," tambahnya.
Susy memiliki banyak kenangan berharga bersama Ciputra yang senantiasa mendukung perjuangannya. Salah satu memori yang paling dikenang adalah ketika Ciputra menonton pertandingan Susy secara langsung saat pertandingan final bulu tangkis kategori beregu putri Sea Games 1987. Dalam pertandingan itu, Susy dikalahkan oleh atlet Indonesia Elizabeth Latief.
"Meskipun kalah, Om Ci tetap memberikan support. Beliau mengatakan, \'kamu pasti bisa. Kamu harus berjuang mencapai impian. Jangan pernah takut. Jangan merasa putus asa saat kalah, tetapi terus berusaha menjadi lebih baik\'," ujar Susy.
Setelah itu, perempuan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971 itu, menjuarai ajang Sea Games bekali-kali pada 1989, 1991, 1993, dan 1995. Ia juga menjuarai PON 1993, World Cup enam kali, All England empat kali, dan masih banyak lagi. Bersama Alan Budikusuma, Susy menjadi atlet Indonesia pertama peraih medali emas Olimpiade.
Berhutang budi
Perhatian Ciputra terhadap atlet bulu tangkis juga dikenang oleh Retno Kustiyah, pemain bulu tangkis Indonesia pada era 1960-an hingga 1970-an. Bersama Minarni Sudaryanto, ia pernah menjuarai sejumlah ajang internasional, termasuk All England, Asian Games, Malaysia Terbuka, AS Terbuka, dan Kanada Terbuka.
Setelah sukses meraih prestasi sebagai atlet, Retno bergabung dengan PB Jaya Raya sebagai pelatih, dan kemudian pengurus hingga saat ini. "Saya lama di klub ini karena perhatian Pak Ci yang luar biasa terhadap pelatihan dan anak didiknya. Mereka tahu dan sayang kepada Pak Ci. Karena diperhatikan, jadi kaya merasa berhutang budi," ujar Retno.
Ia mengenang sejumlah pesan yang pernah disampaikan Ciputra kepadanya adalah untuk menjaga kerukunan, keakraban, dan saling menghargai. Sikap saling mendukung itu lah yang membangkitkan PB Jaya Raya dari dampak krisis moneter. "Jangan hanya menonjol untuk menjadi lebih baik dari yang lain. Tetapi, sama-sama berkerja dan berjuang untuk Jaya Raya," tambah Retno.
Keluarga terharu
Acara pemakaman Ciputra pada Kamis hari ini dihadiri oleh ratusan pelayat yang terdiri dari keluarga, kerabat, sahabat, dan tamu undangan lainnya. Almarhum meninggalkan seorang istri, empat anak, sepuluh cucu, dan tujuh cicit.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ciputra, pengusaha properti yang lahir pada 24 Agustus 1931 di Parigi, Sulawesi Tengah, meninggal dunia pada usia 88 tahun setelah dirawat beberapa minggu di Rumah Sakit Gleneagles, Singapura, Rabu (27/11/2019). Jenazahnya sempat disemayamkan di Artpreneur Ciputra, Jakarta Selatan, selama seminggu, sebelum dikebumikan.
"Saya terharu dengan begitu banyak masyatakat yang datang kemari untuk melihat ayah saya yang terakhir kali. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada direktur senior dan direktur lainnya, beserta GM (general manager) yang selama delapan hari ini berkerja sangat keras mempersiapkan proses pemakaman ayah kami," kata Rina Ciputra Sastrawinata, anak pertama Cipitra.