Festival Danau Toba Promosikan Taman Bumi Kaldera Toba
Festival Danau Toba akan digelar di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin hingga Kamis (9-12/12/2019), bertujuan mempromosikan pembangunan berbasis Taman Bumi Kaldera Toba kepada pemda sekitarnya.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Festival Danau Toba akan digelar di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin hingga Kamis (9-12/12/2019). Festival itu akan mempromosikan pembangunan berbasis Taman Bumi Kaldera Toba kepada pemerintah daerah di kawasan Danau Toba.
“Taman Bumi Kaldera Toba sudah diterima menjadi anggota Taman Bumi Global Unesco (UGG) dan anak mendapat sertifikat dari Unesco pada April 2020. Festival Danau Toba ini akan menjadi media mempromosikan pembangunan berkelanjutan berbasis taman bumi,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara Ria Nofida Telaumbanua di Kantor Gubernur Sumut, Medan, Kamis (5/12/2019).
Ria mengatakan, mereka akan mendorong pembangunan kawasan Danau Toba berbasis taman bumi di delapan kabupaten di kawasan Danau Toba. Pembangunan berbasis taman bumi ini punya tiga pilar utama, yakni konservasi, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pembangunan ini memadukan unsur geologi, keanekaragaman hayati, dan kebudayaan. Pembangunan ini dinilai tepat di tengah tekanan lingkungan hidup di Danau Toba.
Bukti-bukti letusan dahsyat itu tersimpan dalam bebatuan di bentang alam Kaldera Toba saat ini, kata Ria
Pariwisata Danau Toba akan dikembangkan menjadi pusat pariwisata dan ilmu pengetahuan geologi karena pernah mengubah dunia lewat letusan dahsyat pada 74.000 tahun lalu. “Bukti-bukti letusan dahsyat itu tersimpan dalam bebatuan di bentang alam Kaldera Toba saat ini,” kata Ria.
Ria mengatakan, salah satu acara dalam Festival Danau Toba adalah diskusi kelompok terarah tentang Taman Bumi Kaldera Toba. Diskusi itu akan menghadirkan ahli geologi, kebudayaan, dan ekonomi masyarakat. Diskusi diharapkan bisa mendorong semua pemangku kepentingan untuk menerapkan pembangunan kawasan Danau Toba yang mengedepankan prinsip taman bumi.
Ria menyebut, persiapan festival sudah hampir rampung. Acara itu juga menurut rencana akan dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, dan kepala daerah di kawasan Danau.
Atraksi kebudayaan
Ketua Panitia Festival Danau Toba Rismaria Hutabarat mengatakan, atraksi kebudayaan juga akan menjadi daya tarik festival itu dengan menampilkan kain, tarian, dan makanan tradisional dari berbagai etnik di kawasan Danau Toba. Acara itu diharapkan bisa mendatangkan 8.000 pengunjung.
“Festival ini akan mengangkat kembali seni budaya di kawasan Danau Toba agar ke depan bisa menjadi salah satu daya tarik pariwisata Danau Toba,” kata Rismaria .
Rismaria mengatakan, mereka antara lain akan menampilkan atraksi melipat kain Bulang Sulappei menjadi tutup kepala. Mereka pun akan mengajak 1.000 perempuan melipat Bulang Sulappei dan diharapkan bisa mencatat rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia.
“Bulang sulappei ini merupakan kain penutup kepala yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat untuk pergi ke ladang atau ke tempat lainnya. Namun, saat ini sudah sangat sedikit masyarakat yang menggunakannya,” kata Rismaria.
Selain itu, berbagai pertunjukan lainnya pun disiapkan seperti kuliner tradisional, pakaian tradisional, solu bolon (sampan tradisional di Danau Toba), dan tari tradisional dari berbagai etnik. Kegiatan tersebut pun dipusatkan di Parapat.
Bulang sulappei ini merupakan kain penutup kepala yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat untuk pergi ke ladang atau ke tempat lainnya. Namun, saat ini sudah sangat sedikit masyarakat yang menggunakannya, kata Rismaria.
Rismaria mengatakan, dari segi akomodasi, Parapat sudah siap karena merupakan daerah wisata. Di kawasan itu terdapat hotel dan restoran dengan jumlah yang memadai. Mereka pun mengantisipasi agar harga hotel jangan dinaikkan pada saat acara festival. Hal ini penting agar wisatawan nyaman selama mengikuti festival.