Musim kompetisi ini Golden State Warriors mencatat rekor laga yang buruk. Keterpurukan tim ini membayangi masa depannya di tengah persaingan tim NBA yang kian ketat.
Oleh
korano nicolash lms
·4 menit baca
Media Amerika Serikat (AS) US Today mencatat bahwa Golden State Warriors merupakan salah satu tim di NBA yang keterpurukannya paling buruk. Hal itu didasarkan pada 12 laga di awal musim NBA 2019-2020. Catatan ini juga didasarkan pada perbandingan sembilan tim lain yang sebelumnya maju ke final NBA.
Keterpurukan Warriors terlihat lebih tajam jika dibandingkan dengan Cleveland Cavaliers pada musim pertama mereka 2010-2011. Begitu juga jika dibandingkan dengan laga di musim pertama 1998-1999, setelah Michael Jordan memastikan pensiun untuk kedua kalinya dari Chicago Bulls.
Penurunan persentase kemenangan Golden State Warriors setelah ke final NBA tercatat 52,8 persen. Adapun penurunan kemenangan Cleveland Cavaliers pada musim 2010-20100 sebesar 51,2 persen. Sementara Chicago Bulls pada musim 1998-1999 sebesar 49,6 persen dan San Antonio Spurs pada 1996-1997 sebesar 47,6 persen.
Mengutip sumber yang sama, penurunan kemenangan Houston Rockets pada musim 1982-1983 sebesar 39 persen, San Francisco Warriors pada 1964-1965 sebesar 38,7 persen, dan Cleveland Cavaliers pada 2018-2019 sebesar 37,8 persen. Sementara penurunan Miami Heat 2007-2008 sebesar 35,4 persen, Providence Steamrollers pada musim 1947-1948 sebesar 34,2 persen, dan Memphis Grizzlies pada 2006-2007 sebesar 33,0 persen.
Meskipun begitu, masih ada harapan pada tim Warriors. Tim ini mendapatkan pemain NBA All Star, D’Angelo Russell, dalam pertukaran penjualan pemain NBA All Star lain, Kevin Durant, ke Brooklyn Nets, yang mampu mencatat rekor menang-kalahnya mencapai 2-10.
Sementara Spurs yang baru ditangani Gregg Popovich mendapatkan Dominique Wilkins dengan rekor menang-kalah yang mencapai 2-13. Saat itu, David Robinson, pemain bintangnya, mengalami cedera setelah enam pertandingan. Sedikit lebih banyak dari yang dialami Stephen Curry yang baru bermain di empat pertandingan.
Warriors juga memperoleh undian yang sama. Steve Kerr dan staf juga bisa memperoleh pemain pendatang baru di Chase Center, San Francisco, California. Sejauh ini, Warriors menyelesaikan 22 pertarungan, ternyata tim asuhan Kerr ini hanya bisa mengoleksi empat kemenangan saja. Catatan ini menjadikannya tim terbawah di NBA dengan rekor terburuk.
Tidak mudah bagi Steve Kerr menyatukan pemainnya, termasuk pendatang baru, setelah kepergian pemain-pemain senior, seperti Andre Iguodala dan Shaun Livingston. Apalagi, dalam separuh dekade terakhir, Kerr tidak mengalami kesulitan sedikit pun. Kerr lebih banyak menangani pemain yang sudah jadi sehingga tinggal menggali potensi masing-masing pemain untuk dipersiapkan sebagai senjata yang diinginkannya.
Hasilnya pencinta basket dunia sudah mengetahuinya, Warriors menjadi juara tiga kali dari antara lima babak final yang dimainkannya. Berbeda dengan kondisi saat ini, setelah kehilangan Thompson yang cedera panjang, membuat Kerr harus menangani pemain yang benar-benar baru.
Itu sebabnya ada anggapan bahwa laga menghadapi Golden State Warriors bagaikan laga antara tim NBA dan tim dari level kompetisi di bawahnya. Sejauh ini Kerr belum memperlihatkan perubahan bagi penampilan timnya, selain marah-marah ketika melihat ada kesempatan untuk Warriors menang, tetapi hal itu masih belum bisa diwujudkan.
Itu sebabnya, ketika menyerah 104-79 dari Atlanta Hawks pada Senin (2/12/2019) malam waktu AS di Atlanta, Georgia, pertandingan itu menjadi hasil terburuk bagi Kerr. Perolehan angka Kerr merupakan perolehan terendah Warriors sepanjang ditangani Kerr. Pola permaian tim tidak terlihat menyatu, setiap pemain terlihat bermain sendiri-sendiri.
”Saya pikir pemain saya bermain untuk diri mereka masing-masing di lapangan daripada bermain untuk satu sama lain,” tutur Kerr. Sebelumnya, Warriors dikenal sebagai salah satu tim di NBA dengan asis paling tinggi.
Tentu itu artinya bola selalu bergulir ke mana pun untuk mencari pemain Warriors yang paling muda dan paling indah mencetak poin. Hal itu kini sudah tidak ada lagi.
”Semua pemain mencoba membuat permainannya sendiri. Tetapi kemudian diambil alih oleh lawan, sementara kami hanya frustrasi. Kami tidak memiliki ritme permainan atau aliran apa pun untuk permainan yang mereka lakukan,” tutur Kerr yang justru memperlihatkan kelemahannya dalam menangani tim barunya ini.
Apakah musim ini merupakan pengujung kejayaan Dinasti Warriors yang dibangun sejak menangani Curry-Thompson-Green 2014? Kemungkinan itu bisa saja terjadi.
Sulit bagi Warriors memenangi sisa laga yang ada. Kalaupun bisa, belum tentu kemenangan itu menjadi jaminan Warriors bakal lolos ke babak penentuan 2020. Sementara persaingan antartim di Wilayah Barat NBA semakin ketat.