Nawandri (25), warga Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, tewas setelah diserang seekor beruang madu (Helarctos malayanus).
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
ANTARA FOTO/KHALIS ABDYA
Beruang madu (Helarctos malayanus) terkena jerat babi di perkebunan sawit Desa Lubuk, Kecamatan Jeumpa, Aceh Barat Daya, Aceh, Selasa (11/6/2019). Dua beruang madu jantan dan betina yang terkena jerat babi milik warga kini berada dalam perawatan dan pengawasan petugas terkait.
BATURAJA, KOMPAS — Nawandri (25), warga Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, tewas setelah diserang seekor beruang madu (Helarctos malayanus). Serangan ini diduga terjadi di dalam kawasan hutan yang menjadi habitat beruang madu itu.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Genman Suhefti Hasibuan, Selasa (3/12/2019), mengatakan, penyerangan diduga terjadi pada Senin sore di lahan perkebunan Nawandri. Namun, warga baru mengevakuasi korban pada Senin malam karena jarak permukiman dan perkebunan yang cukup jauh.
Saat ditemukan, jenazah korban penuh dengan luka yang diduga akibat serangan beruang madu itu. Luka terlihat di tangan, punggung, dan kaki korban. Jenazah Nawandri sudah dikebumikan.
Genman menuturkan, saat ini timnya melakukan pemeriksaan di lapangan untuk mengetahui kronologi konflik antara beruang dan manusia itu. Upaya sosialisasi juga terus dilakukan agar peristiwa ini tidak terulang. ”Kami juga tetap melakukan penjagaan agar beruang tetap berada di habitatnya,” lanjutnya.
Kepala BKSDA Resor Tanah Datar Ansarul (kiri) bersama warga berfoto seusai memeriksa umpan dan perangkap beruang madu di Kecamatan Tanjung Emas, Tanah Datar, Sumatera Barat, Rabu (14/8/2019). Sebulan terakhir, intensitas beruang masuk permukiman dan menyerang ternak terus meningkat.
Konflik warga dengan beruang madu bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya konflik antara warga dan beruang madu dilaporkan terjadi di Ogan Komering Ulu, Musi Rawas, dan Empat Lawang.
Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Baturaja Aziz Abdul Latif menerangkan, lokasi penyerangan diduga berada di dalam kawasan hutan yang menjadi habitat beruang madu itu. Berdasarkan laporan, perkebunan milik korban terletak 30 kilometer dari permukiman warga. Tidak tertutup kemungkinan lokasi perkebunan ada di dalam hutan lindung.
Kami juga tetap melakukan penjagaan agar beruang tetap berada di habitatnya.
Untuk itu, ucap Aziz, Rabu, pihaknya akan berangkat ke lokasi untuk memantau lokasi persis konflik tersebut. Memang di dekat permukiman terdapat hutan lindung yang menghampar dari Kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, hingga Ogan Komering Ulu Selatan. Hamparan tersebut merupakan habitat dari sejumlah satwa, salah satunya beruang madu.
Aziz menuturkan, melihat sifat beruang, sebenarnya satwa ini akan selalu menghindar jika bertemu manusia, kecuali jika berhadapan. ”Kemungkinan petani itu tidak sengaja berhadapan dengan beruang yang sedang mencari makan,” katanya.
Beruang madu berusia satu tahun milik warga diserahkan Polda Sumsel kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam Sumsel, Kamis (14/4/2016).
Aziz berharap masyarakat lebih waspada terhadap keberadaan beruang dan segera melaporkan kepada pihak berwenang jika menemukan beruang masuk ke area permukiman. Papan peringatan juga akan dipasang untuk mencegah warga masuk ke kawasan rawan. ”Selain itu, kami juga akan memasang camera trap untuk memantau keberadaan beruang,” ujarnya.
Konflik antara satwa dilindungi dan manusia juga terjadi di Kota Pagar Alam dan Kabupaten Lahat. Di kedua daerah itu, konflik terjadi antara harimau sumatera dan manusia. Akibat konflik tersebut, satu orang tewas dan dua orang mengalami luka.