Presiden Senegal Macky Sall mengapresiasi dukungan Indonesia membangun infrastruktur di Senegal. Indonesia akan membangun gedung multifungsi Menara Goree (La Tour De Goree Tower) dan menyediakan pesawat CN-235.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
KEMLU RI
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi berkunjung ke Dakar, Senegal, Senin (2/12/2019). Kunjungan Retno diterima oleh Presiden Senegal Macky Sall.
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Senegal berkomitmen meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, terutama infrastruktur, industri strategis, dan pertambangan. Sebagai langkah awal di bidang infrastruktur, badan usaha milik Pemerintah Indonesia akan membangun Menara Goree di Senegal.
Presiden Senegal Macky Sall mengapresiasi dukungan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur di Senegal. Sall menyampaikan apresiasi tersebut kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi di Dakar, Senegal, Senin (2/12/2019).
Dalam pertemuan itu, Sall dan Retno membahas sejumlah isu peningkatan kerja sama bilateral di bidang ekonomi, terutama infrastruktur, industri strategis, dan pertambangan.
”Indonesia akan membangun gedung multifungsi Menara Goree (La Tour De Goree Tower) dan menyediakan pesawat CN-235 bagi kami. Kedua negara perlu terus meningkatkan kerja sama dalam berbagai proyek di masa depan,” kata Sall melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Indonesia akan membangun gedung multifungsi Menara Goree (La Tour De Goree Tower) dan menyediakan pesawat CN-235 bagi Senegal.
Dalam kunjungan tersebut, Retno menyaksikan penandatanganan kontrak tahap 1 proyek Menara Goree senilai 250 juta euro antara PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA dan Senegal. Perjanjian kerja sama ini telah disepakati dalam Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue pada Agustus 2019.
KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi berkunjung ke Dakar, Senegal, Senin (2/12/2019). Dalam kunjungan tersebut, Retno menyaksikan penandatanganan kontrak tahap 1 proyek Menara Goree senilai 250 juta euro antara PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan pihak Senegal.
Retno mengatakan, pembangunan Menara Goree merupakan awal dari sejumlah kerja sama proyek infrastruktur antara Indonesia dan Senegal. Peluang kerja sama lainnya yang ditawarkan Senegal di antaranya pembangunan jembatan, renovasi bandara militer, pembelian pesawat CN-235, dan pertambangan fosfat.
Prospek kerja sama tersebut kini masuk dalam tahap pembahasan skema keuangan untuk pembiayaan proyek-proyek dimaksud.
”Saya harap Presiden Senegal dapat memberikan kemudahan mendapatkan visa, termasuk kepada kalangan swasta Indonesia yang kunjungannya mulai meningkat ke Senegal, seiring dengan meningkatnya kerja sama ekonomi di antara kedua negara,” ujarnya.
Kunjungan Retno di Dakar didampingi oleh sejumlah perwakilan BUMN, seperti dari PT WIKA, PT Dirgantara Indonesia, PT Timah, dan Indonesia Eximbank. Pembahasan prospek kerja sama Indonesia-Senegal akan berlanjut hingga Selasa (3/12/2019).
DOKUMENTASI PT WIJAYA KARYA (PERSERO) TBK
Kesepakatan kerja sama proyek di Rwanda yang ditandatangani oleh CEO BRD Plc Eric Rutabana (kanan) dan Direktur Operasi WIKA Destiawan Soewardjono (kiri) pada 14 Oktober 2018.
Proyek prestisius kawasan bangunan serbaguna atau mixed-used building bertipe proyek ”Full Design and Build” itu dikerjakan oleh WIKA selaku kontraktor utama dengan masa pelaksanaan 24 bulan. Pekerjaan itu mencakup pembangunan hotel bintang lima dengan 33 lantai, sky dining, gedung perkantoran, pusat bisnis dan pertemuan berskala internasional, serta apartemen.
”Kerja sama ini merupakan salah satu tonggak sejarah kiprah BUMN Karya Indonesia di Afrika Barat. WIKA tidak hanya mampu bekerja dalam proyek sosial penyediaan rumah di Afrika, tetapi juga di proyek besar dan prestisius seperti ini,” kata Direktur Operasi III yang membawahi Divisi Luar Negeri Destiawan Soewardjono.
Kerja sama ini merupakan salah satu tonggak sejarah kiprah BUMN Karya Indonesia di Afrika Barat.
Untuk pelaksanaan proyek tersebut, WIKA mendapat fasilitas pembiayaan National Interest Account (NIA) dengan skema buyer’s credit (pembiayaan kepada pembeli) melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank). Penyaluran fasilitas ini sejalan dengan strategi pemerintah untuk memperluas ekspor Indonesia ke negara nontradisional, termasuk Afrika.
Destiawan menambahkan, pasar luar negeri merupakan potensi yang harus diimplementasi. Masuknya WIKA di pasar infrastruktur dan gedung Afrika itu sesuai dengan strategi bisnis WIKA yang menyasar negara-negara berkembang dengan kebutuhan infrastruktur yang tinggi.
Pembangunan berkelanjutan
Selain itu, Retno juga menjadi pembicara dalam sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan Pemerintah Senegal dan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai pembangunan berkelanjutan.
KEMLU RI
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi berkunjung ke Dakar, Senegal, Senin (2/12/2019). Retno menjadi pembicara dalam sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan Pemerintah Senegal dan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai pembangunan berkelanjutan.
Retno merupakan satu-satunya menteri luar negeri sebagai panelis untuk menceritakan pembangunan dan investasi Indonesia dengan negara di Afrika serta kebijakan ekonomi Presiden Joko Widodo.
Retno bertemu dan berbincang dengan Presiden Burkina Faso Roch Marc Christian Kaboré terkait kerja sama ekonomi. Selain itu, ia juga berdiskusi dengan Perdana Menteri Mali Boubou Cisse terkait penciptaan perdamaian dan keamanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bersama Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed, Retno membahas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), pemberdayaan perempuan, dan perubahan iklim.
”Kami bersepakat mengenai pentingnya pembahasan lintas sektor dan kolaborasi dalam menghadapi isu sumber energi terbarukan serta peningkatan partisipasi generasi milenial dan perempuan di berbagai platform suntuk mencapai tujuan SDGs 2030,” tuturnya.