Terumbu Karang Spermonde Butuh Penyelamatan Segera
Kesehatan terumbu karang di Kepulauan Spermonde dalam kategori mengkhawatirkan. Ada tiga ekosistem yang perlu segera diselamatkan, yakni di perairan Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, dan Pulau Samalona.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerusakan ekosistem terumbu karang di Kepulauan Spermonde, Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi bukti laut di Indonesia butuh diselamatkan. Terlebih, Indonesia memiliki potensi kekayaan laut senilai triliunan rupiah.
Data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan, kesehatan terumbu karang di Kepulauan Spermonde dalam kategori mengkhawatirkan. Setidaknya ada tiga ekosistem yang perlu segera diselamatkan, yakni di perairan Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, dan Pulau Samalona.
Ketua Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin (MSDC Unhas), Muhammad Irfandi Arief, mengatakan, tren tutupan karang di wilayah tersebut terus menurun. Hal itu merujuk pada hasil pengecekan yang dilakukan MSDC Unhas dari tahun ke tahun.
”Hasil pengamatan yang kami lakukan di tiga pulau tersebut selama sembilan tahun terakhir memperlihatkan tren data kondisi tutupan karang di Kepulauan Spermonde menurun,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Kompas, Senin (2/12/2019).
Hasil pengamatan yang kami lakukan di tiga pulau tersebut selama sembilan tahun terakhir memperlihatkan tren data kondisi tutupan karang di Kepulauan Spermonde menurun.
Data terakhir MSDC pada 2018 menyebutkan, tutupan karang hidup di Pulau Barrang Lompo tercatat 40 persen atau berada dalam kategori sedang. Adapun untuk Pulau Barrang Caddi sebesar 38 persen (kategori sedang) dan Pulau Samalona sebesar 30 persen (kategori buruk).
Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia Afdillah mendesak pemerintah untuk segera turun tangan mencegah kerusakan yang lebih parah pada ekosistem bawah laut Kepulauan Spermonde. Sebab, ekosistem terumbu karang di kepulauan ini menyimpan nilai ekonomi yang besar.
Berdasarkan beberapa penelitian, nilai ekonominya berkisar Rp 30 juta hingga Rp 1,6 miliar per hektar setiap tahun. ”Spermonde adalah contoh nyata dari lemahnya pengawasan dan penegakan hukum oleh pihak berwenang, sekaligus rendahnya kesadaran masyarakat,” ujarnya.
Ekosistem terumbu karang di kepulauan ini menyimpan nilai ekonomi yang besar... berkisar Rp 30 juta hingga Rp 1,6 miliar per hektar setiap tahun.
Jika ekosistem Spermonde rusak parah, lanjut Afdillah, kerugian bukan hanya akan dialami nelayan atau pelaku usaha perikanan. Pemerintah daerah juga bisa kehilangan potensi pemasukan dari sektor pariwisata.
Greenpeace telah meluncurkan petisi #SaveSpermonde untuk mendesak pemerintah pusat dan daerah mengambil langkah cepat penyelamatan. Penyelamatan Spermonde bisa menjadi titik awal dari tindakan serius untuk memulihkan dan menjaga ekosistem dan ruang laut nasional.
Tidak hanya Spermonde, ada juga Karawang yang bisa menjadi contoh nyata kerusakan ekosistem pesisir dan bawah laut. Hal ini disebabkan adanya kegagalan operasional sumur Pertamina Hulu Energi sehingga minyak bocor tidak terkendali.
Tumpahannya bahkan menyebar hingga wilayah Kepulauan Seribu. Pertamina sudah mengumumkan keberhasilan menangani petaka tersebut. Namun, kini tumpahan minyak kembali terlihat di pesisir pantai utara Karawang.
Seiring dengan besarnya potensi ekonomi yang dimiliki laut Indonesia, aktivitas pemanfaatannya pun harus memperhatikan aspek keberlanjutan. Potensi tersebut tentunya harus bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
Berdasarkan catatan LIPI, potensi laut Indonesia ditaksir mencapai Rp 1.772 triliun. Potensi terbesar adalah potensi kawasan pesisir, sebesar Rp 560 triliun.