Manajer Arsenal Unai Emery dipastikan dipecat seusai timnya dibekap Eintracht Frankfurt 1-2 di Liga Europa, Jumat dini hari. Posisinya untuk sementara ditempati asistennya yang juga legenda Arsenal, Freddie Ljungberg.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LONDON, JUMAT – Manajer Arsenal Unai Emery menjadi korban terakhir dari kejamnya ekspetasi di Liga Inggris. Menyusul Mauricio Pochettino, rekannya yang dipecat Tottenham Hotspur pekan lalu, Emery kehilangan pekerjaannya setelah 18 bulan bertugas menggantikan Arsene Wenger di “The Gunners”.
Suasana di Stadion Emirates, markas Arsenal, bak kuburan, Jumat (29/11/2019) dini hari WIB. Hanya separuh dari 60.704 bangku penonton yang terisi di laga itu. Suasana kian muram setelah Arsenal dipastikan takluk 1-2 dari Eintracht Frankfurt di babak penyisihan grup F Liga Europa.
Hanya satu suara yang terdengar di Emirates seusai laga itu berakhir. Suara itu adalah teriakan para pendukung fanatik Arsenal yang menuntut manajer Unai Emery segera dipecat. “Tiada taktik, tiada formasi. Tidak ada tempat bagimu bersembunyi. Enyahlah Emery!” bunyi teriakan yang menggema di stadion itu.
Pendukung Arsenal kian gerah dengan anjloknya performa “The Gunners” akhir-akhir ini. Tidak satu pun laga mereka menangi dalam tujuh laga terakhirnya di berbagai kompetisi. Selain gagal mengamankan tiket ke fase gugur Liga Europa, Arsenal juga terpuruk, yaitu kini di peringkat kedelapan Liga Inggris. Itu merupakan laju terburuk mereka dalam 27 tahun atau sejak 1992 silam.
Padahal, di awal musim baru ini, mereka sempat menghuni peringkat kedua di Liga Inggris. Mereka juga sempat perkasa dan menang tiga kali beruntun di penyisihan grup Liga Europa. Namun, di akhir Oktober, performa mereka mulai anjlok. Mereka tersingkir di Piala Liga Inggris dan gagal menang dari tim-tim gurem di Liga Inggris seperti Crystal Palace dan Wolverhampton Wanderes.
Suporter Arsenal pun menuntut perubahan, seperti halnya saat melengserkan Arsene Wenger, April 2018 lalu. Di penghujung karirnya saat itu, poster-poster bertuliskan “Wenger Out!” bertebaran di Emirates dan stadio-stadion lainnya nyaris setiap kali Arsenal bermain. Mereka bahkan menyewa pesawat kecil untuk menerbangkan spanduk “Wenger Out!” di atas stadion guna menarik dukungan publik.
Poster serupa, yaitu bertuliskan “Emery Out!”, juga bertebaran di Emirates pada laga kontra Eintracht. Poster-poster itu ibarat batu nisan bagi karir Emery di Arsenal yang berakhir kemarin. “Keputusan (memecat Emery) ini diambil menyusul hasil dan performa yang tidak sesuai level yang diharapkan,” ujar Josh Kroenke mewakili pemilik saham mayoritas Arsenal seusai pertemuan darurat petinggi klub itu, kemarin.
Kroenke dan para pemilik saham Arsenal lainnya telah menargetkan peringkat empat besar di Liga Inggris dan juara Liga Europa pada akhir musim ini. Target itu gagal dipenuhi Emery musim lalu. Saat itu, Arsenal hanya finis kelima di Liga Inggris dan gagal juara Liga Europa seusai dibekap Chelsea di final. Mereka pun harus kembali absen di Liga Champions Eropa untuk tiga musim beruntun.
Padahal, klub yang terkenal pelit di era Wenger itu telah mengeluarkan banyak uang untuk belanja pemain menyusul hadirnya Emery. Total 232 juta euro atau setara Rp 2,5 triliun dikeluarkan Arsenal untuk pemain-pemain baru seperti Sokratis, Nicolas Pepe, dan William Saliba, di era Emery.
Masalah lisensi
Kini, mereka menyambut era baru lainnya bersama Freddie Ljungberg. Asisten Emery yang juga mantan bintang Arsenal itu ditunjuk sebagai manajer interim klub itu hingga paling lama Februari 2020. Mantan gelandang Arsenal itu ingin meniru jejak rekannya, Ole Gunnar Solskjaer, yang diangkat menjadi manajer tetap MU setelah sukses menggantikan Mourinho sebagai manajer interim pada akhir tahun lalu.
Namun, ambisinya itu bakal sulit terwujud mengingat ia belum mengantongi lisensi kepelatihan tertinggi, yaitu UEFA Pro. Di lain pihak, petinggi Arsenal menginginkan manajer berpengalaman. Mourinho, mantan manajer MU dan Chelsea, sempat gencar didekati Arsenal beberapa pekan lalu. Namun, ia lebih memilih Spurs yang pekan lalu memecat Pochettino.
Gagal menggaet Mourinho, Arsenal pun mendalami sejumlah nama lainnya seperti Massimilano Allegri (mantan pelatih Juventus), Nuno Espirito Santos (Manajer Wolves), Mikel Arteta (asisten manajer Manchester City), dan Pochettino. Menurut Paul Merson, mantan pemain Arsenal, Pochettino menjadi pilihan paling ideal sekaligus sensasional bagi Arsenal.
Selain menggemari permainan menekan dan ofensif, Pochettino juga piawai di dalam mempromosikan para bintang muda masa depan seperti pernah dilakukan Wenger. “Arsenal harus merekrut Pochettino. Dia memang belum memenangi apa pun. Namun, ia menaikkan level Spurs lima tahun terakhir. Manajer top sepertinya jarang lowong seperti saat ini,” ujar Merson kemudian.(Reuters)