Kehadiran Milos Sakovic pada 2017 menjadi titik tolak pembenahan polo air Indonesia. Dia membenahi teknik dan mental pemain, hingga tim putra mencetak sejarah di SEA Games.
Oleh
Adrian Fajriansyah dan Denty Piawai Nastitie dari Manila, Filipina
·4 menit baca
MANILA, KOMPAS - Proses tidak akan pernah membohongi hasil. Ungkapan itu tepat disematkan pada tim nasional polo air putra Indonesia. Hampir tiga tahun mereka ditempa teknik dan mental oleh pelatih berpengalaman asal Serbia Milos Sakovic, hingga menancapkan tonggak sejarah pada SEA Games 2019 di Filipina.
Ridjkie Mulia dan kawan-kawan meraih medali emas pertama dalam 42 tahun keikutsertaan polo air Indonesia di SEA Games, serta menghentikan dominasi Singapura yang selalu juara dalam rentang 52 tahun, SEA Games 1965-2017.
Tim nasional polo air putra memastikan emas pertama Indonesia di SEA Games 2019 setelah menang 14-7 atas Malaysia, dan Filipina bermain imbang 6-6 kontra Singapura, Jumat (29/11) malam, di Pusat Akuatik, New Clark City. Upacara pengalungan medali baru akan dilaksanakan pada Minggu (1/12).
”Ini hasil luar biasa. Sebab, tim membuat dua sejarah sekaligus, yakni menjadi penyumbang medali emas pertama Indonesia di SEA Games 2019 dan emas pertama Indonesia setelah 42 tahun mencoba merebutnya atau sejak pertama kali berpartisipasi pada nomor ini di SEA Games 1977,” ujar manajer tim polo air Reva Dedi Utama.
Tengku Baldwin Karmen, asisten pelatih timnas sekaligus Komisi Teknis Polo Air PB PRSI menegaskan, medali emas ini merupakan buah dari usaha pengurus PB PRSI membenahi timnas polo air. Langkah itu diawali dengan merekrut Milos Sakovic pada Januari 2017 untuk membenahi dasar permainan tim. Lalu, dia meracik strategi yang sesuai dengan karakter para pemain Indonesia. ”Selain pintar beradaptasi dalam tim, Milos juga bisa mengangkat mental pemain sehingga mau berjuang sampai habis di setiap laga,” ujar Tengku.
”Kehadiran Milos memberi pengaruh positif. Dia sangat paham filosofi polo air,” ujar Wakil Ketua Umum PB PRSI Harlin E Rahardjo.
Setelah gagal di SEA Games 2017, tim polo air dievaluasi dan diperkuat dengan membentuk tim baru. Tim itu gagal berprestasi di Asian Games 2018, tetapi PRSI memilih mempertahankan tim dan terus mematangkannya. Hanya ada tiga pemain baru di tim saat ini, sekaligus debutan SEA Games.
”Ini menjadi modal besar. Karena sudah lama bermain bersama, para pemain menjadi solid dan kompak. Hal itu semakin lengkap dengan adanya pemain-pemain menonjol seperti Ridjkie Mulia yang main di Liga Utama Serbia setahun terakhir,” ujar Tengku.
Namun, Indonesia tidak boleh terlena dalam kemenangan. Sebab, usia pemain rata-rata tidak muda lagi, 25 tahun. Sekarang, pekerjaan rumah utama adalah melakukan regenerasi untuk mempertahankan tradisi emas. Salah satu caranya, Indonesia perlu segera mengulirkan Liga Polo Air Nasional, seperti 10 tahun lalu.
”Saat ini, kami fokus membentuk liga agar regenerasi atlet terus berlanjut dan prestasi bisa terus dipertahankan, jangan cuma sekali ini saja,” kata Tengku.
Menurut Tengku, tantangan utama membentuk liga adalah mencari sponsor. Sejauh ini, polo air belum terlalu populer di masyarakat maupun sponsor. ”Andai ada liga, bukan tidak mungkin kualitas atlet meningkat dan level timnas bisa meningkat lagi. Tim sudah membuktikan jika dibenahi mereka bisa meraih emas di SEA Games yang selama ini sangat sulit direbut dari Singapura,” pungkasnya
Start lambat
Indonesia memulai persaingan di SEA Games 2019 dengan canggung. Pada laga perdana sistem round robin (semua tim saling bertemu) mereka ditahan 6-6 oleh Filipina. Namun, mereka bisa bangkit dengan menumbangkan Thailand 17-12 pada laga kedua.
Puncak permainan mereka terjadi ketika mengalahkan Singapura 7-5 pada laga ketiga. Itu adalah kemenangan pertama Indonesia atas Singapura di ajang SEA Games. Indonesia memastikan medali emas dengan mengalahkan Malaysia 14-7 di laga keempat. Tiga kemenangan dan satu imbang menempatkan Indonesia di puncak klasemen dan juara.
Pada laga lain, kemarin, Filipina hanya imbang 6-6 dengan Singapura. Hasil itu membuat poin Indonesia sudah tidak mungkin dikejar lagi oleh Filipina walaupun masih ada satu laga sisa melawan Malaysia pada Minggu.
”Anak-anak sangat terharu bisa meraih emas ini. Sebab, dua tahun lalu mereka hanya meraih perak walau punya poin sama dengan peraih emas Singapura yang unggul selisih gol. Setelah kegagalan itu, kami membenahi tim dan terus mematangkannya hingga sekarang,” kata Tengku.