Petambang Liar Mandailing Siap Berhenti jika Ada Sumber Penghasilan Lain
Bupati Mandailing Natal Dahlan Hasan Nasution bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Doni Monardo menemui para petambang emas rakyat untuk menyampaikan rencana penutupan tambang.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MANDAILING NATAL, KOMPAS — Bupati Mandailing Natal Dahlan Hasan Nasution bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Doni Monardo menemui para petambang emas rakyat untuk menyampaikan rencana penutupan tambang. Warga menyetujui penutupan tambang, tetapi berharap ada alternatif sumber ekonomi lain.
”Para petambang emas rakyat menyadari bahwa pertambangan telah berdampak buruk pada kesehatan masyarakat setelah melihat enam bayi lahir dengan kelainan dalam tiga tahun ini. Namun, penutupan tambang akan dilakukan secara bertahap seiring peralihan ekonomi masyarakat,” tutur Dahlan, Jumat (29/11/2019).
Dahlan mengatakan, penutupan tambang tidak bisa serta merta dilakukan di Mandailing Natal karena sudah menjadi sumber ekonomi keluarga sepuluh tahun terakhir. Pada tahap awal, mereka membangun komunikasi dengan masyarakat tentang rencana penutupan itu.
Dalam tiga tahun ini, kata Dahlan, setidaknya enam bayi lahir dengan kelainan.
Dahlan bersama Doni pun telah meninjau pertambangan rakyat di Kecamatan Huta Bargot, Kamis (28/11). ”Kami membangun dialog agar masyarakat mengetahui dan bisa menerima rencana penutupan tambang emas rakyat ilegal secara bertahap,” ujar Dahlan.
Pertambangan emas rakyat kian marak di daerah itu sepuluh tahun belakangan. Masyarakat yang sebelumnya petani karet beralih menjadi petambang ilegal karena harga karet anjlok. Pertambangan rakyat pun kini marak di sepanjang Sungai Batang Natal, mulai dari Kecamatan Batang Natal, Lingga Bayu, hingga Natal. Pertambangan juga dibuka di perbukitan di Huta Bargot.
Dalam tiga tahun ini, kata Dahlan, setidaknya enam bayi lahir dengan kelainan, seperti anencephaly (tengkorak kepala tidak sempurna), gastroschisis (usus di luar perut), omphalocele (usus keluar dari pusar), cyclopia (bermata satu), serta bayi tidak mempunyai tulang rusuk dan kulit pembalut perut. Kelainan itu dikaitkan dengan dampak cemaran limbah tambang terhadap manusia meskipun belum ada penelitian khusus mengenai keterkaitan itu di Mandailing.
Beralih menanam
Terkait sumber ekonomi baru yang lain, kata Dahlan, pemerintah akan membantu masyarakat, seperti membuka kolam ikan, peternakan, dan menghidupkan kembali pertanian rakyat.
Dalam keterangan tertulisnya, Doni mengatakan, mereka mengajak masyarakat kembali bertani dengan memilih komoditas bernilai tinggi. ”Mandailing Natal dikaruniai tanah yang subur. Kami menawarkan agar masyarakat beralih menambang ’emas hijau’ dengan menanam pohon yang bernilai tinggi, seperti alpukat, sukun, masoya, kemenyan, dan kayu manis,” katanya.
Komoditas itu, kata Doni, hanya memerlukan beberapa tahun untuk dapat dipanen dan dijual ke daerah lain hingga diekspor ke luar negeri. Penutupan pertambangan pun akan membuat lingkungan lebih lestari. Ancaman kesehatan akibat paparan merkuri pun akan berkurang.
Doni mengatakan, meskipun saat ini memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, pertambangan emas tidak berkelanjutan. Jika terus dilanjutkan, pertambangan emas akan merusak lingkungan.