Maestro lukis Jeihan Sukmantoro berpulang, Jumat (29/11/2019) pukul 18.15. Pelukis kelahiran Solo, Jawa Tengah, 81 tahun lalu itu mengembuskan napas terakhir di studionya di Padasuka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Maestro lukis Jeihan Sukmantoro berpulang, Jumat (29/11/2019) pukul 18.15. Pelukis kelahiran Solo, Jawa Tengah, 81 tahun lalu itu mengembuskan napas terakhir di studionya di Padasuka, Kota Bandung, Jawa Barat. Jeihan didiagnosis mengidap kanker getah bening pada akhir 2018.
Dia sempat menjalani pengobatan di Malaysia pada Januari 2019. Namun, kondisinya tak kunjung membaik. Sejak Juli 2019, Jeihan lebih sering berada di rumah sakit di Bandung untuk menjalani perawatan.
”Kondisi Bapak sudah tidak sadar sejak pulang dari rumah sakit, Rabu (27/11/2019). Transfusi darah dan infus sudah tidak masuk,” ujar anak sulungnya, Atasi Amin (53).
Jeihan juga menderita sakit ginjal. Bahkan, almarhum sempat menjalani transplantasi ginjal pada 2007. Atasi mengatakan, ayahnya meninggal dengan tenang. Sebelum kehilangan kesadaran, Jeihan mengaku sudah siap menghadap Tuhan. ”Bapak mengatakan sudah selesai dengan dirinya. Beliau sudah siap untuk pergi,” ujarnya.
Atasi menuturkan, saat dirawat di rumah sakit, Jeihan meminta keluarga untuk meneruskan studionya. Almarhum juga berpesan kepada anak-anaknya untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga.
”Beliau figur sentral dalam keluarga. Kepintaran dan daya juangnya dalam berkarya sangat menginspirasi,” ujarnya.
Studio Jeihan dipenuhi ratusan pelayat, Jumat malam. Selain keluarga dan tetangga, beberapa sahabatnya juga datang. Salah satunya penulis Jakob Sumardjo (80).
Jakob mengenal Jeihan dalam panggung puisi di Bandung pada 1970-an. Sejak saat itu, keduanya berteman akrab dan saling bertukar cerita. Menurut Jakob, Jeihan merupakan seniman istimewa. Selama hidupnya, Jeihan telah membuat lebih dari 3.000 lukisan. Ciri khas lukisannya adalah mata hitam pada figur yang dilukisnya. ”Mayoritas lukisannya gambar manusia. Namun, karyanya tidak pernah membosankan,” ujarnya.
Mayoritas lukisannya gambar manusia. Namun, karyanya tidak pernah membosankan. (Jakob Sumardjo)
Jakob mengatakan, Jeihan merupakan pelukis cerdas. Terutama dalam mengatur komposisi warna sehingga membuat orang ingin berlama-lama menatap karyanya.
Jeihan meninggalkan seorang istri, 6 anak, dan 11 cucu. Jenazahnya akan dimakamkan di belakang Studio Jeihan, Sabtu (30/11/2019) pagi.