Produk pasar halal dunia diperkirakan mencapai 3 triliun dollar AS pada 2023. Indonesia bisa memanfaatkan peluang ini.
Oleh
DEFRI WERDIONO DAN NINA SUSILO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Indonesia perlu mengembangkan industri produk halal. Namun, pengembangannya mesti sejalan dengan peningkatan kualitas.
Sebab, saat ini masih kerap terjadi, produk barang dan jasa berlabel halal, tetapi masih memiliki kualitas yang buruk.
Hal itu disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat menjadi pembicara kunci pada Konferensi Internasional Halal & Thoyyib 2019 di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Rabu (27/11/2019). Pada kesempatan ini juga diluncurkan Konsorsium Pusat Halal Jawa Timur serta Lembaga Pemeriksa Halal dan Pusat Halal Universitas Brawijaya.
Menurut Wapres, peluang Indonesia menguasai pangsa pasar produk halal dunia besar. Pada 2017, produk pasar halal dunia senilai 2,1 triliun dollar AS. Nilai ini diperkirakan terus berkembang menjadi 3 triliun dollar AS pada 2023.
”Kita harus dapat memanfaatkan potensi pasar halal dunia dengan meningkatkan ekspor kita yang baru berkisar 3,8 persen dari total pasar halal dunia,” kata Wapres Amin.
Berdasarkan Global Islamic Economy Report 2019, Brasil merupakan eksportir produk halal nomor satu dunia, disusul Australia. Indonesia, pada 2018, membelanjakan 214 miliar dollar AS untuk produk halal atau 10 persen dari pangsa produk halal dunia.
Menurut Wapres Amin, kendati Indonesia masih mampu menguasai sedikit pangsa pasar halal dunia, Indonesia memiliki peluang besar dan momentum baik. Sebab, Islamic Finance Development Indicator (IFDI) menaikkan peringkat Indonesia dari 10 pada 2018 menjadi 4 pada 2019. Pemeringkatan ini dilakukan kepada 131 negara untuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Tahun ini, Indonesia juga menduduki peringkat pertama dalam Islamic Finance Country Index (IFCI) setelah tahun sebelumnya hanya di posisi keenam.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan sedang menguji coba pasar halal, yakni dua pasar di Kota Malang dan satu pasar di Sidoarjo.
Rektor Universitas Brawijaya Malang Nuhfil Hanani mengatakan, Universitas Brawijaya jadi universitas pertama yang mengembangkan Pusat Penelitian Halal Qualified Industry Development di Indonesia.