Cabang olahraga taekwondo berusaha mempertahankan prestasi melalui regenerasi yang berkelanjutan. Dalam dua SEA Games sebelumnya, taekwondo berhasil memenuhi dua target dari pemerintah yakni mendapat dua medali emas.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cabang olahraga taekwondo berusaha untuk terus mempertahankan prestasi melalui regenerasi yang berkelanjutan. Mereka berusaha mendapatkan atlet yunior yang dapat dibina sebelum atlet senior memasuki akhir kariernya.
Dalam dua SEA Games sebelumnya, taekwondo berhasil memenuhi dua target dari pemerintah yakni mendapat dua medali emas. Capaian tersebut akan coba diraih kembali pada SEA Games 2019 di Filipina dan gelaran selanjutnya. Untuk mencapai target tersebut, maka proses regenerasi terus dilakukan.
Ketua Harian Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Anthony Siregar mengatakan, beberapa atlet muda telah dipanggil pelatnas untuk persiapan SEA Games 2019. Di kategori Kyorugi (pertarungan), dari sembilan atlet yang berangkat ke Filipina, empat diantaranya atlet muda. Mereka adalah M Bassam Raihan, Aqila Aulia R, Ni Kadek Heni, dan Rizky Anugra P.
Di kategori Poomsae (jurus) juga akan memberangkatkan empat atlet muda, yakni Ibnu Muhammad, Wawan Saputra, Melinda Evelyna, dan I Kadek Dwi Payana. Para atlet muda tersebut diproyeksikan menjadi bagian dari regenerasi.
“Kita harus realistis. Mereka tidak akan dibebani medali emas. Kalau dapat emas (di SEA Games 2019) ya syukur. Yang terpenting, mereka bisa membawa medali,” ujar Anthony ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Para atlet yunior diperoleh dari kejuaraan nasional yunior, Pekan Olahraga Pelajar Nasional, kejuaraan mahasiswa, serta Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar. Mereka dipanggil mengikuti pelatnas untuk menjadi pelapis dari atlet senior.
Pemanggilan tersebut bertujuan agar mereka dapat berlatih bersama dengan atlet senior. Alhasil, mereka dapat termotivasi untuk menjadi atlet profesional.
Mereka juga dibina secara bertahap dan mendapatkan pengalaman yang dapat digunakan ketika memasuki usia senior. Di sisi lain, PBTI tidak ingin atlet berbakat tersebut tidak terpantau yang bisa membuat mereka meninggalkan taekwondo.
Meskipun tidak dibebani dengan target tinggi, atlet muda tersebut diharapkan dapat tampil maksimal pada SEA Games 2019. Hal itu seiring dengan target PBTI yang selalu melakukan program pembinaan atlet muda tiap tahun.
Pelatih nasional poomsae Maulana Haidir mengatakan, atlet yunior yang dimiliki Indonesia saat ini cukup memadai. Hal tersebut terlihat dari hasil kejuaraan 2nd Asian Open Taekwondo Championship di Ho Chi Minh City, Vietnam pada Agustus lalu.
Dua atlet yunior Indonesia yakni Aqila di kelas yunior kyorugi -49 kilogram dan Wawan di kelas yunior poomsae free style berhasil merebut medali emas. Mereka menyamai capaian atlet senior Mariska Halinda yang turun di kelas senior kyorugi -53 kg.
Dalam proses pendampingan di pelatnas, para atlet yunior mendapatkan latihan teknik yang sama dengan senior. Perbedaannya ada pada porsi latihan fisik. Beban latihan fisik atlet yunior tidak seberat atlet senior.
“Kondisi otot dan mental mereka belum sematang atlet senior. Kami tidak ingin memberikan beban latihan fisik yang terlalu berat agar mereka tidak cedera,” ujar Maulana.
Meskipun beban target dua emas dalam gelaran SEA Games 2019 ada pada kategori kyorugi, tetapi Maulana optimis poomsae dapat menyumbangkan satu medali emas. Atlet yunior seperti Wawan akan menjadi kekuatan di nomor freestyle.
Selain Wawan, Indonesia juga memiliki atlet yunior I Kadek Dwi Payana yang turun di nomor persorangan dan pasangan bersama juara Asian Games Defia Rosmaniar. Kadek pun yakin dapat menyumbangkan medali emas atau minimal medali perak pada SEA Games 2019.
Keyakinannya muncul karena telah melakukan persiapan secara maksimal bersama pelatnas. Ia juga menjadi bagian dari atlet yang mengikuti pemusatan latihan di Korea Selatan pada 8 November hingga 21 November 2019.