Masyarakat Natuna berharap pada keseriusan investasi yang setidaknya sudah ditunjukkan melalui berbagai survei pihak Jepang di Natuna setahun terakhir ini. Investasi itu diharapkan membawa kemajuan di kawasan.
Oleh
Iwan Santosa
·5 menit baca
Meski hanya berjarak sekitar empat jam penerbangan dari Fukuoka di Kyushu dan kurang dari tiga jam terbang dari Hong Kong SAR, baru setahun terakhir ini investor Jepang melirik potensi ekonomi Kabupaten Natuna yang menjadi titik paling utara perbatasan laut Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia, Vietnam, China, dan Brunei Darussalam.
Pada seminar tentang potensi Natuna bertajuk ”Engaging Potential Partners of the Sustainable Development of Indonesia’s Outer Island: The Case of Natuna Islands” yang berlangsung di Kantin Diplomasi Kementerian Luar Negeri, di Jakarta, Senin (25/11/2019), belasan pengusaha Jepang hadir dan dengan antusias mengikuti paparan yang disampaikan para pembicara.
Wakil Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Keiichi Ono dengan antusias menerangkan potensi Natuna yang telah diteliti pihak Jepang. Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) sudah mengadakan penelitian di Natuna. Demikian pula berbagai lembaga lain dengan koordinasi Kedubes Jepang untuk Republik Indonesia telah mengadakan survei potensi maritim dan wisata maritim di Natuna yang dinilai sangat potensial untuk dikembangkan.
Pihak Jepang yang sejak tahun 1970-an akrab berbisnis di Indonesia telah memiliki pengalaman mengelola pulau-pulau kecil di Pasifik sejak selesainya Perang Dunia I ketika Jepang memperoleh mandat dari Liga Bangsa-Bangsa atas sejumlah wilayah eks Jerman di Pasifik. Ketika itu, sejumlah perusahaan Jepang mengembangkan beragam potensi bisnis maritim di pulau-pulau wilayah mandat, termasuk juga ke berbagai wilayah di Asia Tenggara.
Wakil Dubes Jepang untuk RI menerangkan, pihaknya sudah mendukung pembangunan dermaga pelabuhan dan pasar perikanan di Natuna yang menelan dana total lebih dari Rp 200 miliar.
”Jepang membantu mengembangkan industri perikanan dalam hal operasional dan metode perikanan yang efisien, pemrosesan, dan pemasaran produk. Pengintaian ikan dengan teknologi angkasa dan pengembangan pariwisata di Natuna juga telah dilakukan bulan April tahun 2019,” kata Ono.
Dia menerangkan, secara umum ada beberapa lokasi yang dilakukan survei selain di Natuna, yakni di Sabang, Jakarta, Moa-Saumlaki di Maluku Tenggara Barat Daya, Morotai di Maluku Utara, dan Biak, Papua.
Salah satu fasilitas perikanan yang sudah dibangun adalah dermaga, terminal pelabuhan, dan gudang pendingin (cold storage) untuk mendukung bisnis perikanan.
Bupati Natuna Hamid Rizal dalam kesempatan sama menerangkan, sejak Indonesia merdeka tahun 1945, baru empat tahun terakhir Kabupaten Natuna dibangun habis-habisan oleh pemerintah pusat.
”Pembangkit listrik untuk cold storage pun baru ada saat ini. Padahal, potensi perikanan Natuna begitu besar dan tidak termanfaatkan,” kata Hamid Rizal yang berdinas di Natuna sejak tahun 1980-an sebagai camat.
Jalan lingkar, perluasan bandara, dan berbagai fasilitas dengan saksama dibangun pemerintah pusat di Natuna untuk memancing pertumbuhan. Pemkab pun dengan sigap menyikapi dengan aktif menawarkan potensi Natuna ke Uni Eropa, Kedutaan Besar Amerika Serikat, Kedutaan Besar Jepang, dan sejumlah negara sahabat.
Selama ini produk perikanan Natuna dibeli oleh pengusaha perikanan dari Hong Kong. Para nelayan setempat dibeli hasil tangkapnya oleh pengusaha perikanan asal Hong Hong.
Bupati Natuna menerangkan, seandainya tersedia listrik dan air bersih, niscaya pabrik perikanan skala besar bisa tumbuh pesat di Kepulauan Natuna.
Secara kultural, masyarakat Natuna sudah terbiasa dengan hidup bertoleransi. Salah satu bukti keakraban warga Natuna adalah bangunan masjid dan kelenteng yang dibangun bersebelahan di Kampung Penagi yang merupakan pusat perekonomian Natuna di masa silam.
Selain itu, penetapan Geo Park Nasional di Natuna tahun 2018 yang kini ditindaklanjuti dengan usulan Geo Park UNESCO turut menambah potensi ekonomi Natuna yang berada di lokasi strategis di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I yang dilewati kapal-kapal minyak dan gas yang bertujuan ke China, Jepang, dan Korea Selatan. Sebaliknya, perairan Natuna juga menjadi lintasan kapal dagang dari tiga negara Asia Timur yang menjadi mesin ekonomi kawasan Asia Timur dan ASEAN dengan jumlah penduduk total 2,35 miliar manusia dari bagian 7 miliar penduduk dunia.
Paparan Wakil Dubes Jepang Keiichi Ono menerangkan tentang temuan sejumlah lokasi bangkai kapal yang menarik dijadikan lokasi penyelaman, terumbu karang, Taman Batu Alif bagian dari Geo Park Natuna, dan Desa Penagi. Pihak Jepang menawarkan pelatihan pemandu wisata dan pengembangan lokasi wisata di Natuna.
Dalam kesempatan sama, Direktur Program Bhakti Pendidikan Yayasan Djarum Primadi Serad menerangkan, pentingnya pengembangan sumber daya manusia di Natuna. Serad menerangkan belasan SMK di Kabupaten Kudus yang kini melahirkan ribuan tenaga terampil di berbagai bidang, seperti jasa wisata hingga teknologi informasi yang berkarya di mancanegara dan karyanya digunakan di banyak negara maju.
”Jangan batasi potensi para siswa. Anak-anak SMK binaan kami kini sudah banyak yang bekerja di mancanegara. Hidup mereka tidak sebatas Kabupaten Kudus. Kami mengembangkan modul pendidikan yang mengembangkan potensi sebesar-besarnya,” kata Serad yang juga bekerja sama dengan Sumitomo, Tokio Marine, Marubeni, dan berbagai lembaga dari Jepang untuk mengembangkan sumber daya manusia di Kabupaten Kudus. Yayasan Bhakti Pendidikan Djarum menyatakan siap masuk dan membantu pengembangan sumber daya manusia di Natuna.
Mewakili Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Direktur Analisa Kebijakan Kemlu Siswo Pramono mengingatkan nilai strategis Natuna secara ekonomi dan militer. Pengembangan geopark dunia seperti di Pulau Langkawi, Malaysia, dan pengembangan industri perikanan diyakini akan memicu perekonomian di salah satu jalur laut strategis dunia, yakni ALKI I yang menjadi urat nadi Asia Timur dan ASEAN.
Kini masyarakat Natuna berharap pada keseriusan investasi yang setidaknya sudah ditunjukkan melalui berbagai survei pihak Jepang di Natuna setahun terakhir ini. Semoga investasi tersebut mendatangkan kemakmuran dan ketenteraman bagi negara-negara di kawasan yang berlomba sekaligus bekerja sama dalam membangun perekonomian bersama.