Indonesia mengekspor tepung pakan ternak atau pelet berbahan baku gandum yang diolah pelaku industri nasional. Ke depan, perindustrian diharapkan dapat memproduksi dan mengekspor olahan pakan berbahan baku lokal.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mengekspor tepung pakan ternak atau pelet berbahan baku gandum yang diolah pelaku industri nasional. Ke depan, perindustrian diharapkan dapat memproduksi dan mengekspor olahan pakan berbahan baku lokal atau dari dalam negeri.
Pelet sebanyak 7.700 ton senilai Rp 132 miliar diekspor dari Jakarta Utara, Rabu (27/11/2019), dengan tujuan Filipina. Pelet berbahan baku gandum itu merupakan hasil produksi Divisi Bogasari PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Menurut siaran pers dari Kementerian Pertanian, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berpendapat, gandum tidak hanya soal impor, tetapi juga bahan baku untuk diolah dan diekspor.
”Ke depan, kita harus mampu menyiapkan pangan secara mandiri untuk memperkuat ekspor,” katanya saat menghadiri pelepasan ekspor pelet tersebut.
Menurut perkiraan Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) sekaligus Kepala Divisi Bogasari PT Indofood Sukses Makmur Tbk atau Indofood Franciscus Welirang, ekspor pelet dengan jenama Wheat Bran Pellet dapat mencapai 273.000 ton senilai Rp 726 miliar sejak Januari 2019 hingga November ini.
Adapun negara tujuan ekspornya adalah Jepang, Vietnam, Korea Selatan, Thailand, China, dan beberapa negara di Timur Tengah.
Berdasarkan data Aptindo, nilai ekspor industri terigu nasional beserta aneka produk turunannya mencapai Rp 8,7 triliun, sepanjang Januari-September 2019. Sebanyak Rp 7,8 triliun di antaranya berupa produk turunan berbahan baku terigu, seperti biskuit, mi instan, pasta, kue, pastri, dan wafer. Umumnya, produk-produk ini diekspor ke Singapura, Myanmar, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Thailand, dan China.
Franciscus menyatakan, saat ini industri terigu nasional menggunakan bahan baku impor berupa gandum. ”Namun, kami tetap berkomitmen untuk melakukan ekspor dalam berbagai produk,” katanya dalam siaran pers.
Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Bayu Krisnamurthi berpendapat, Indonesia kaya akan ragam sumber bahan baku tepung yang mengandung pati ataupun karbohidrat. Contohnya, beras, singkong, sagu, dan ubi.
Sumber-sumber bahan baku dalam negeri ini dapat diolah menjadi tepung pangan dan pakan melalui teknologi pengolahan.
”Teknologi penepungan membuat sumber pangan yang mengandung karbohidrat atau pati dapat lebih tahan lama dan lebih mudah dikreasikan. Hal ini strategis, tak hanya dari sisi ekspor (industri pengolahan makanan), tetapi juga ketahanan pangan nasional,” tutur Bayu saat dihubungi, Rabu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor kelompok komoditas biji gandum (wheat grain) sepanjang Januari-Oktober 2019 mencapai 1,846 miliar dollar AS. Angka ini lebih tinggi 13,68 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Di sisi lain, data BPS menyebutkan, ekspor tepung terigu sepanjang Januari-Oktober 2019 senilai 16,85 juta dollar AS atau turun 5,16 persen dibandingkan dengan periode Januari-Oktober 2018.
Produk tepung terigu termasuk dalam industri makanan. Kinerja ekspor industri makanan secara total mencapai 21,62 miliar dollar AS sepanjang Januari-Oktober 2019. Angka ini lebih rendah 13,12 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Industri makanan merupakan bagian dari industri pengolahan yang memiliki kontribusi sebesar 75,56 persen dari nilai ekspor nonmigas sepanjang Januari-Oktober 2019. Namun, pencapaian ekspor produk industri turun 3,74 persen dibandingkan dengan periode Januari-Oktober 2018.
Dari sisi neraca perdagangan, Indonesia mencatatkan defisit sebesar 1,79 miliar dollar AS sepanjang Januari-Oktober 2019. Angka ini terbentuk dari ekspor senilai 139,10 miliar dollar AS dan impor 140,89 miliar dollar AS.