Pemerintah Chile mengundang negara lain untuk berinvestasi di bidang infrastruktur dan mengajak Indonesia turut serta.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Chile mengundang negara lain untuk berinvestasi di bidang infrastruktur dan mengajak Indonesia turut serta. Ajakan investasi dan peluang perdagangan jasa konstruksi infrastruktur itu berada dalam kerangka Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Chile atau IC-CEPA.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan Chile Rodrigo Yáñez, Chile tengah mendorong pembangunan infrastruktur karena posisinya vital secara geografis bagi kawasan Amerika Latin. ”Hal ini (pembangunan infrastruktur di Chile) sangat atraktif bagi Indonesia,” katanya saat ditemui di sela seminar berjudul Business Opportunities of IC-CEPA yang digelar di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Karena gencarnya pembangunan tersebut, Rodrigo mengatakan, Pemerintah Chile juga membuka peluang investasi bagi negara lain di bidang infrastruktur, termasuk Indonesia. Salah satu contoh proyek infrastruktur yang tengah berjalan ialah jalan tol dan sistem sanitasi air.
Lembaran fakta IC-CEPA yang dipublikasikan Kementerian Perdagangan menyebutkan, Indonesia dan Chile akan melanjutkan perundingan mengenai perundingan jasa dan investasi setelah implementasi (entry into force). Hal ini dimungkinkan karena pendekatan IC-CEPA bersifat incremental atau bertahap dan dimulai dengan perdagangan barang.
Saat ini, IC-CEPA mencakup perdagangan barang (termasuk akses pasar, sanitary and phytosanitary, hambatan teknis perdagangan atau technical barriers to trade, dan pengamanan perdagangan), ketentuan asal barang dan prosedur kepabeanan, kerja sama, serta isu-isu legal (termasuk penyelesaian sengketa). Secara jangka panjang, IC-CEPA dapat memperkuat hubungan ekonomi kedua negara melalui pembukaan akses pasar yang lebih luas, peningkatan ekspor barang dan jasa, menarik investasi, serta program-program kerja sama.
Terkait harapan Pemerintah Chile tersebut, Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini berpendapat, intensi positif tersebut mesti disambut secara positif. Saat ini, pemerintah masih merencanakan terkait perundingan jasa, termasuk jasa konstruksi.
Menurut Made, konstruksi menjadi salah satu sektor yang dapat diunggulkan Indonesia dalam perdagangan jasa. Buktinya, sejumlah proyek di luar negeri dikerjakan perusahaan konstruksi Indonesia.
Salah satu contohnya ialah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA. Tercatat pada akhir 2018, WIKA mengerjakan proyek pembangunan infrastruktur berupa 5.000 unit rumah di Aljazair, Kinman Bridge di Taiwan, Istana Presiden di Niger, konstruksi smelter timah di Nigeria, Perumahan Bateen Al Samar di Dubai, dan Limbang Bridge di Malaysia.
Selain itu, Clarin Bridge di Filipina, Rehabilitasi Jalan Maubin Myapon di Myanmar, serta 5 proyek di Timor Leste yang terdiri dari, New Development Oecusse Ambeno Airport, pembangunan Jembatan Comoro dan Soibada, serta jalan di Natarbora dan Manututu.
Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani, ekspansi jasa konstruksi infrastruktur ke luar negeri umumnya dilakukan oleh korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ekspansi ini menandakan jasa konstruksi Indonesia berdaya saing di kancah global. Oleh sebab itu, pemerintah dapat dengan mudah mengarahkan perusahaan-perusahaan terkait untuk mendapatkan proyek infrastruktur di Chile.
Energi terbarukan
Di sisi lain, Rodrigo menyatakan, Chile tengah berkembang pesat dalam hal pembangunan energi terbarukan. Oleh sebab itu, pihaknya ingin memiliki kesempatan berbagi ilmu dengan pelaku usaha pengembang energi terbarukan di Indonesia.
Dalam hal perdagangan barang, Rodrigo berpendapat, Chile unggul dalam produk makanan-minuman serta pertanian. Di pasar Asia, produk pangan Chile memiliki pangsa 2 persen.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Indonesia mengalami defisit 17,62 juta dollar Amerika Serikat (AS) dalam neraca perdagangan dengan Chile sepanjang Januari-September 2019. Angka itu terbentuk dari nilai ekspor yang sebesar 102,21 juta dollar AS dan impor senilai 119,84 juta dollar AS.
Kejar peningkatan
Menurut perhitungan Kementerian Perdagangan, Made menyatakan, nilai perdagangan Indonesia dengan Chile akan meningkat hingga 262,1 juta dollar AS pada 2022 karena adanya IC-CEPA. Sepanjang Januari-September 2019, nilai perdagangan Indonesia-Chile 222,06 juta dollar AS.
Optimisme peningkatan itu salah satunya berdasarkan kajian kenaikan ekspor Vietnam dan Thailand yang sudah lebih dulu memiliki perjanjian dagang dengan Chile. Ekspor Vietnam ke Chile naik 100 persen sepanjang 2014-2018, sedangkan ekspor Thailand meningkat 23,98 persen.
Agar peningkatan ekspor tersebut dapat terealisasi, Made berpendapat, Indonesia harus menyelesaikan tantangan jarak geografis dengan Chile. ”Hal ini membutuhkan pembenahan logistik agar produk ekspor Indonesia ke Chile tetap berdaya saing,” katanya.