Atap SDN di Malang Lapuk, Keselamatan Siswa dan Guru Terancam
Atap empat ruang kelas dan satu ruang guru di SDN Pandanlandung 3 Kabupaten Malang, Jawa Timur, lapuk dimakan rayap. Sekolah dan wali murid mengganjal atap dengan bambu agar tidak roboh. Kondisi itu membahayakan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Atap empat ruang kelas dan satu ruang guru di SDN Pandanlandung 3 Kabupaten Malang, Jawa Timur, lapuk dimakan rayap. Sekolah dan wali murid mengganjal atap tersebut dengan bambu agar tidak roboh. Kondisi itu membahayakan keselamatan siswa dan guru.
Ruang kelas rawan roboh tersebut adalah kelas 1-4 dan ruang guru. Selasa (27/11/2019), tampak siswa SDN Pandanlandung 3 tetap belajar di dalam kelas seperti biasa. Di dalam kelas tampak 2-3 bambu petung berdiri tegak menyangga bagian atap kelas.
Di beberapa bagian terlihat eternit ruang kelas juga mulai berlubang. Luas setiap ruangan 7 meter x 8 meter. Adapun dari luar gedung tampak bagian atap sedikit melengkung.
”Kemarin pemasangan bambu dilakukan swadaya oleh wali murid dan guru. Tujuannya adalah mencegah kerusakan lebih parah untuk sementara. Setelah diganjal bambu, atap yang semula melengkung mau roboh tampak lebih kuat,” kata Kepala SDN Pandanlandung 3 Wijiatun. Bambu didapat dari donasi warga setempat.
Kemarin pemasangan bambu dilakukan swadaya oleh wali murid dan guru. Tujuannya adalah mencegah kerusakan lebih parah untuk sementara. (Wijiatun)
Wijiatun mengatakan, pengganjalan itu lumayan memperbaiki struktur atap mengingat sejak enam bulan lalu beberapa genteng mulai berjatuhan. ”Upaya mengganjal atap ini kami lakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi atap roboh seperti sekolah di Pasuruan beberapa waktu lalu. Seterusnya, nanti kami laporkan ke dinas pendidikan bagaimana solusinya. Selama ini, untuk pembenahan sekolah, kami lebih banyak melakukannya dengan swadaya. Semua dibicarakan antara komite sekolah dan melibatkan warga sekitar serta wali murid,” katanya.
Rusaknya atap SDN Pandanlandung 3, menurut Juwanto, guru senior di SDN Pandanlandung 3, sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 2013. ”Kerusakan itu sudah dibenahi secara swadaya oleh sekolah dan warga tiga kali. Rangka atap sudah didobel. Semula sudah baik-baik saja. Kemudian mulai enam bulan ini sudah mulai ada genteng jatuh. Semoga kondisi sekolah sudah tertangani sebelum musim hujan datang,” kata Juwanto.
Selain sumbangsih orangtua siswa, biasanya para guru pun menyumbang untuk pembenahan sekolah. ”Ini saya menyiapkan kayu untuk rangka atap. Jumlahnya memang sedikit, tetapi ini untuk memancing agar wali murid mau turut membantu. Toh, ini semua untuk anak-anak,” kata Juwanto.
SDN Pandanlandung 3 menempati gedung sendiri pada 2006-2007. Sebelumnya, dari tahun 1988, mereka bergabung dengan SDN Pandanlandung 1.
Supardi, Kepala Dusun Pandan Selatan, lokasi SD, berharap agar sekolah tersebut bisa dibangun lagi dengan lebih kuat. ”Kondisi sekolah ini diharapkan segera tertangani, apalagi sekarang sudah mau musim hujan. Ini semua demi keselamatan dan kenyamanan anak-anak kami juga,” katanya.
Meski warga harus berswadaya membenahi sekolah, Supardi mengaku sebenarnya tidak masalah. Namun, menurut dia, akan lebih baik jika pemerintah tetap turun tangan. Sebab, baginya, pemerintah tetap bertanggung jawab pada pendidikan generasi penerus bangsa.
Selasa ini, Pemerintah Desa Pandanlandung melakukan sidak melihat kondisi sekolah tersebut. Hadir saat itu Kepala Urusan Perencanaan Desa Pandanlandung Doni Andriawan bersama Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Rino Ekananda.
”Kondisi ini memang harus dicarikan jalan keluar. Sebagai pemerintah desa, kami akan membantu menjembatani surat ke Pemkab Malang terkait kondisi rusaknya sekolah. Namun, jika diminta untuk mengalokasikan dana desa untuk membangun sekolah, aturannya tidak memungkinkan. Malah jika itu dilakukan, akan melanggar ketentuan. SDN Pandanlandung 3 memiliki induk institusi sendiri, yaitu dinas pendidikan sebagai kepanjangan tangan Pemkab Malang,” kata Doni.
Bupati Malang Sanusi mengatakan phaknya telah memerintahkan Dinas Pendidikan Kabupaten Malang untuk mengecek kondisi di lapangan. “Kami akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Bappeda untuk menangani sekolah rusak tersebut di tahun 2020,” katanya.
Sanusi berharap semua pihak tetap mengutamakan keselamatan siswa sehingga jika kondisi tidak memungkinkan, ruang kelas rusak tersebut tidak digunakan untuk proses belajar-mengajar.