Masih Banyak Anak Jalanan yang Hidup di Kota Medan
Anak jalanan masih banyak yang hidup di jalanan dan terminal di Kota Medan, Sumatera Utara. Kemiskinan menjadi akar utama yang menyebabkan mereka turun ke jalan.
Oleh
Nikson Sinaga
·3 menit baca
Anak jalanan masih banyak yang hidup di jalanan dan terminal di Kota Medan, Sumatera Utara. Mereka yang seharusnya menghabiskan waktu untuk belajar dan bermain harus mencari uang dan berhadapan dengan kerasnya jalanan. Kemiskinan menjadi akar utama yang menyebabkan mereka turun ke jalan.
Anak jalanan yang hidup di Kota Medan antara lain banyak terdapat di persimpangan jalan, terminal, dan tempat pembuangan akhir sampah. Kantong anak jalanan di Medan terutama terdapat di Jalan Gagak Hitam/Ring Road, Simpang Jalan Layang Letjen Djamin Ginting, dan Terminal Pinang Baris. Mereka mengasong dan bekerja membersihkan bus atau angkot.
Dayat (15) dan teman-temannya, misalnya, bekerja membersihkan angkot dengan modal sapu dan minyak solar di Terminal Pinang Baris. Setelah angkot masuk terminal, Dayat langsung naik ke dalam angkot dan bergegas membersihkannya. ”Saya biasa mendapat Rp 3.000 setiap membersihkan satu angkot,” kata Dayat.
Jika bekerja setelah pulang sekolah, Dayat bisa mendapat sekitar Rp 20.000 per hari. Namun, sering juga ia bolos sekolah agar bisa mendapat uang lebih banyak hingga Rp 30.000 per hari. Uang itu ia gunakan untuk makan dan sebagian diberikan kepada orangtuanya. Ia pun pulang ke rumah sekitar pukul 19.00.
Koordinator Sanggar Kreativitas Anak Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) Camelia Nasution mengatakan, anak jalanan masih banyak terdapat di sejumlah terminal, persimpangan jalan, dan tempat pembuangan akhir sampah.
”Di Medan, anak-anak turun ke jalan karena persoalan ekonomi. Orangtua mereka juga umumnya hidup di jalan sehingga anaknya sejak kecil sudah terpapar kehidupan jalanan,” katanya.
Di Medan, anak-anak turun ke jalan karena persoalan ekonomi. Orangtua mereka juga umumnya hidup di jalan sehingga anaknya sejak kecil sudah terpapar kehidupan jalanan. (Camelia Nasution)
Camelia mengatakan, sebagian anak jalanan di Medan merupakan anak yang menghabiskan sebagian waktunya di jalan untuk mencari uang untuk dirinya dan keluarga. Namun, anak jalanan di Medan umumnya masih mempunyai keluarga dan tetap bersekolah. ”Namun, kelompok ini rentan menjadi anak jalanan yang terputus dari kehidupan keluarga dan sekolahnya,” ujar Camelia.
Camelia mengatakan, PKPA sendiri mendampingi 250 orang anak jalanan. Pendampingan yang mereka lakukan yakni dengan membuat kegiatan minat dan bakat, sanggar, pendampingan keluarga, dan pemenuhan hak anak untuk sekolah, dan mendapat kesehatan. ”Prinsip pendampingannya adalah mengurangi waktu anak berada di jalanan,” kata Camelia.
Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Perberdayaan Masyarakat Kota Medan Syaiful Chalid mengatakan, pengentasan anak jalanan merupakan salah satu program Pemkot Medan. ”Kami membentuk forum anak mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Forum ini untuk memetakan apa saja persoalan yang dihadapi anak di Medan,” katanya.
Kami membentuk forum anak mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Forum ini untuk memetakan apa saja persoalan yang dihadapi anak di Medan. (Syaiful Chalid)
Syaiful mengatakan, tipe anak jalanan di Kota Medan bukan anak yang menghabiskan semua waktunya di jalan. Mereka biasanya turun ke jalan untuk membantu perekonomian keluarga yang sulit. Namun, hak anak sering terampas karena mereka harus ikut memenuhi kebutuhan keluarganya.