Para pebalap muda berusia belasan tahun membuat kejutan dengan menjadi juara pada seri final Honda Dream Cup 2019. Pembinaan pebalap motor sejak usia muda, menjadi misi Astra Honda Motor untuk percepatan regenerasi.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
CIMAHI, KOMPAS – PT Astra Honda Motor berupaya konsisten mengembangkan talenta-talenta baru di balap motor melalui kompetisi Honda Dream Cup 2019 yang putaran akhirnya berlangsung di Cimahi, Jawa Barat, Minggu (24/11/2019) ini. Seri pamungkas HDC 2019 itu telah melahirkan sejumlah kejutan berkat kiprah menawan para pebalap muda.
Seri final HDC 2019 di sirkuit nonpermanen Lapangan Brigade Infanteri 15, Cimahi itu, diikuti 186 pebalap dari sepuluh kelas berbeda, yaitu mulai dari matik, supermoto, hingga CBR150R. Mereka datang sebagai pebalap-pebalap daerah terbaik dari empat region berbeda di Tanah Air, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
Menurut Andy Wijaya, Deputy General Manager Marketing Planning and Analysis Division PT AHM, jumlah pebalap yang tampil di seri final tahun ini meningkat pesat. Tahun lalu, jumlah pesertanya 148 pebalap. Sebagian dari peserta itu adalah para bibit-bibit pebalap yang masih berusia 10 hingga 15 tahun.
“HDC adalah ajang aktualisasi pebalap-pebalap potensial dan bibit. Pada tahun ini, final auranya seperti kejurnas. Ada region-region dengan perolehan poin dan (gelar) juara umum. Event ini bagus untuk penjenjangan pebalap dan pencarian talenta muda,” ungkap Andy di sela-sela seri pamungkas itu.
Rizky Christianto, Head of Motorsports Department PT AHM menambahkan, HDC merupakan salah satu upaya pihaknya melakukan pemantauan bakat para pebalap potensial di daerah. Ia berkata, Indonesia sebetulnya memiliki banyak potensi pebalap berbakat. Namun, perlu keterlibatan aktif, khususnya dari produsen motor seperti AHM, untuk menggali potensi terpendam itu.
“HDC adalah salah satu stepping (langkah) pertama dalam proses penjenjangan karier pebalap selain AHRS (Astra Honda Racing School). Ada banyak pebalap muda potensial di sini, seperti didikan (Honda) Daya Golden. Jika bagus, dari sini, pebalap bisa melanjutkan ke tahap berikutnya (region Asia) seperti Thailand Talent Cup, Asia Talent Cup, dan ARRC (Asia Road Racing Championship),” ujar Rizky yang mengelola para pebalap Indonesia di kancah internasional.
Rizky mencontohkan karier Andi “Gilang” Farid Izdihar (22) yang mulai tahun depan berkarir di kelas grandprix atau dunia, yaitu Moto2. Andi, ungkapnya, tidak melesat begitu saja ke level dunia. Kariernya diawali dari AHRS, kejuaraan one make race Honda, dan Motoprix, lalu naik ke Asia Talent Cup dan ARRC sebelum promosi ke CEV Moto3 dan kini berada di piramida puncak, Moto2.
"Banyak sekali talenta muda di daerah, seperti di Jawa Barat, yang punya potensi jika dibina dengan baik dan punya wadah (membalap). Ini dilakukan Honda yang tidak semata konsisten di dalam mengejar prestasi, melainkan juga dalam pembinaan terhadap pebalap muda,” ujar Lerri Gunawan, GM Motorcycle Sales Marketing and Logistic PT Daya Adicipta Motora selaku distributor utama Honda di Jabar.
Tanpa kompetisi seperti HDC, sulit bagi bibit-bibit pebalap muda di daerah seperti Akbar Abudafda, pelajar kelas VI SD di Ciamis, Jawa Barat, untuk unjuk potensi. Pebalap berusia 11 tahun itu menciptakan kejutan dengan menjuarai kelas HDC 6 atau Supra GTR standar terbuka. Bocah yang tidak gentar dengan lawan manapun itu mengalahkan rival-rivalnya yang lebih senior seperti Sakti Andri dan Andrian Aritona.
Akbar yang terjun ke dunia balap sejak usia 8 tahun, bermimpi untuk mengikuti jejak Andi Gilang dan menjadi orang Indonesia kedua yang tampil di kelas dunia Grand Prix Moto2, setelah Dimas Ekky Pratama. “Itu cita-cita saya. Setelah ini, saya mau daftar masuk ke AHRS,” tuturnya kemudian.