Santri Pondok Pesantren Rentan Terinfeksi Penyakit Menular
Para santri dan santriwati yang tinggal di pondok pesantren masih rentan terinfeksi penyakit menular, seperti tuberkulosis, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
NGAWI, KOMPAS — Para santri dan santriwati yang tinggal di pondok pesantren masih rentan terinfeksi penyakit menular, seperti tuberkulosis, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit. Oleh sebab itu, program pos kesehatan pesantren harus terus dilaksanakan dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan rutin terhadap para santri.
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, pada 2018, ada 25.938 pondok pesantren di Indonesia dengan 3,9 juta santri dan santriwati. Dengan jumlah sebanyak ini, para santri menjadi SDM yang potensional untuk menuju Indonesia Sehat pada 2045.
”Namun, para santri ini juga rentan terinfeksi penyakit menular karena pesantren menjadi tempat berkumpulnya banyak orang. Oleh sebab itu, perlu ada deteksi dini (screening) secara rutin untuk mengantisipasi penyebaran penyakit menular ini,” ucapnya saat meninjau Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (23/11/2019).
Menurut Terawan, untuk mencegah penyebaran penyakit menular, program pos kesehatan pesantren (poskestren) perlu semakin ditingkatkan oleh para pengelola dengan dukungan pemerintah. Hal ini telah diatur dalam Permenkes Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Poskestren.
”Program ini perlu dilanjutkan karena saya memiliki banyak staf yang bisa menyebar ke seluruh pesantren di Indonesia, sekaligus bersinergi dengan dinas kesehatan setempat,” katanya.
Terawan mengatakan, para santri harus bisa hidup seimbang untuk memperkuat akhlak dengan pendidikan agama dan menjaga kesehatan dengan perilaku hidup bersih. Menurut dia, akhlak dan kesehatan merupakan sesuatu yang tidak bisa terpisahkan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Wiendra Waworuntu mengatakan, sejumlah penyakit menular yang kerap mewabah di wilayah pondok pesantren yaitu tuberkulosis (TB), penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan (ISPA), dan diare. Salah satu faktor penyebab karena kurang terjaganya kebersihan lingkungan.
”Selain itu, perbedaan kebiasaan antarindividu yang belum semuanya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dapat membuat faktor risiko penularan penyakit meningkat. Oleh sebab itu, poskestren harus tetap dilaksanakan agar para santri bisa tetap mendapat penyuluhan dan pembekalan bagaimana mengantisipasi penyebaran penyakit menular tersebut,” katanya.
Menurut Wiendra, dinas kesehatan di tiap-tiap daerah perlu melakukan pemantauan dan evaluasi setiap enam bulan sekali terhadap pondok-pondok pesantren yang ada di wilayahnya. Pemantauan mencakup masalah kualitas air, sanitasi, dan peningkatan kapasitas makanan.
Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes Imran Agus Nurali mengatakan, sejak Permenkes Nomor 1 Tahun 2013 dibentuk, sejumlah pengurus pondok pesantren telah membentuk kader-kader penunjang program. Namun, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang perlu dilakukan para kader tersebut.
”Mereka juga seharusnya bisa menjadi kader untuk menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat setelah keluar dari pondok pesantren,” ujarnya.
Imran menambahkan, perlu ada inspeksi mendadak untuk meninjau kondisi kamar-kamar dan ruangan di pesantren karena biasanya ruangan di pesantren minim ventilasi dan lembab. Ia pun mengatakan, pemerintah akan segera membuat standardisasi bagaimana seharusnya konsep ruangan yang ideal untuk pondok pesantren.
Direktur Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Putri Fairuz Subakir Ahmad menuturkan, meski sudah ada poskestren, fasilitas penunjang di pondok pesantren masih minim. Menurut dia, saat ini di pondok pesantren hanya ada balai kesehatan santri dan masyarakat (BKSM) yang belum cukup untuk melayani sekitar 10.000 santriwati yang ada di pondok pesantren tersebut.
”Kami membutuhkan minimal klinik terpadu di dalam pondok pesantren untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi para santriwati,” katanya.
Menurut Subakir, sebelum adanya poskestren, para santri rentan terkena beragam penyakit menular, seperti hepatitis A dan TBC. Jika ada santri yang terkena penyakit tersebut, mereka biasanya dipulangkan terlebih dahulu ke orangtuanya dan baru diizinkan masuk jika sudah sembuh.
Santriwati Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Putri Farah Afifah, mengatakan, para santriwati yang baru masuk biasanya rentan terkena penyakit kulit karena belum terbiasa dan beradaptasi dengan kondisi ruangan di pondok pesantren.
”Biasanya rentan terkena penyakit kulit, tetapi setelah ada kader dan sosialisasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat, risiko tersebut bisa diminimalisir,” ujarnya.