Bambang Soesatyo Siap Rebut Kursi Ketua Umum dari Airlangga Hartarto
Sejak Agustus 2019, kondisi internal Golkar mulai memanas karena kubu Airlangga dan Bamsoet saling adu kuat. Namun, setelah Bamsoet terpilih menjadi Ketua MPR, kondisi internal Golkar terasa lebih sejuk.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo mendeklarasikan diri sebagai salah satu calon ketua umum Partai Golkar. Kubu Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar petahana, tidak heran dengan sikap politik Bambang dan menudingnya sudah terbiasa melanggar komitmen.
”Saya, Bambang Soesatyo, menyatakan siap menjalankan perintah untuk mengikuti kontestasi pemilihan Ketua Umum Partai Golkar 2019-2024,” kata Bamsoet, panggilan akrab Bambang Soesatyo, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas di Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Bamsoet mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir dirinya menyerap aspirasi dari ratusan kader Golkar. Kader-kader tersebut, lanjutnya, menginginkan ada perubahan di tubuh Golkar.
”Mereka mendesak untuk melakukan transformasi dan penyelamatan Golkar,” lanjutnya.
Bamsoet menilai, menurunnya perolehan suara partai merupakan salah satu tantangan yang harus diselesaikan. Partai Golkar meraih 85 kursi DPR dalam Pemilu 2019, turun dari 128 kursi pada Pemilu 2004.
”Ironisnya, penambahan jumlah pemilih pada Pemilu 2019 yang seharusnya berdampak positif bagi suara Golkar justru sebaliknya, Golkar kehilangan lebih dari 1 juta suara dibandingkan pemilu sebelumnya,” ucapnya.
Selain itu, katanya, dirinya juga didorong maju oleh organisasi-organisasi yang selama ini telah membesarkan namanya. Organisasi-organisasi itu antara lain Pemuda Pancasila, Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri, dan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).
”Sebagai calon pemimpin baru, saya akan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi semua kader di setiap tingkatan untuk berkompetisi, berkontribusi, dan berkarya bagi kepentingan bangsa,” ujar Bamsoet.
”Dan, kiranya, pencalonan saya ini juga dapat memberikan harapan, bukan hanya untuk semua kader partai, melainkan juga untuk semua pemangku kepentingan yang selama ini sudah berjuang bagi kemajuan partai yang kita cintai ini,” lanjutnya.
Ketua Tim Sukses Bamsoet, Ahmadi Nur Supit, menyatakan, ada sejumlah alasan yang membuat Bamsoet layak menjadi Ketua Umum Golkar. Bamsoet merupakan tokoh berintegritas, kompeten, dan militan.
”Ia mampu membangun dan mengembangkan komunikasi politik yang konstruktif dan efektif dengan seluruh pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal,” katanya.
Selain itu, Bamsoet juga dinilai memiliki posisi tawar politik yang kuat dalam konstelasi politik nasional. Hal itu dibuktikan dengan terpilihnya Bamsoet sebagai Ketua MPR secara aklamasi.
Sejak Agustus 2019, kondisi internal Golkar mulai memanas karena kubu Airlangga dan Bamsoet saling adu kuat. Namun, setelah Bamsoet terpilih menjadi Ketua MPR, kondisi internal Golkar terasa lebih sejuk.
Tidak kaget
Loyalis Airlangga, Ahmad Doli Kurnia, mengatakan tidak kaget dengan sikap politik Bambang. Ia menilai, Bambang terbiasa melanggar komitmen. Sewaktu terpilih menjadi Ketua MPR, ujarnya, Bambang menyatakan akan mendukung Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar.
Komitmen itu juga pernah diutarakan sewaktu Bambang terpilih menjadi Ketua DPR tahun 2018. Saat itu, ia menggantikan Setya Novanto, yang masuk penjara karena perkara korupsi KTP elektronik.
”Jadi, apa yang diutarakan Pak Bambang itu lebih pada mencari-cari alasan saja,” kata Doli, yang juga menjabat Ketua Komisi II DPR.
Dia menyatakan, Airlangga sudah mendapatkan dukungan mayoritas dari pengurus dewan pimpinan daerah (DPD). Dengan keikutsertaan Bamsoet, pihaknya akan semakin memantapkan komunikasi dengan DPD-DPD yang sudah menyatakan dukungan.