Pembangunan Jalan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar akan memangkas waktu perjalanan dari Sidoarjo ke Gresik. Prasarana berbayar ini ditargetkan beroperasi penuh pada November 2020.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS - Sepanjang 28,9 kilometer dari 38,4 kilometer Jalan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar sudah terbangun. Prasarana berbayar yang menghubungkan Sidoarjo dan Gresik di Jawa Timur ini diharapkan dapat beroperasi penuh pada November 2020.
Sampai dengan Kamis (21/11/2019), pembangunan jalan tol oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk melalui dua anak perusahaan tersebut sudah mencapai 75,2 persen. Pembangunan prasarana terbagi menjadi empat seksi. PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) membangun tiga seksi. PT Waskita Karya Infrastruktur membangun satu seksi dengan material yang sepenuhnya dari ”saudaranya”, yakni WSBP.
Tol KLBM atau Sidoarjo-Gresik ini merupakan proyek nasional pemerintah dengan nilai investasi Rp 3,5 triliun-Rp 3,9 triliun. Prasarana dengan lima gerbang ini akan terhubung dengan Tol Surabaya-Mojokerto di Km 5 di Krian, Sidoarjo. Selain itu, juga terhubung dengan Tol Surabaya-Gresik di Km 38 Manyar, Gresik.
”Dengan begitu, jika ingin menuju Gresik dari Mojokerto atau Sidoarjo, tidak perlu lewat Surabaya,” ujar Direktur Pemasaran WSBP Agus Wantoro saat kunjung media di Gresik.
Sampai saat ini, mobilitas Sidoarjo-Gresik yang merupakan sentra industri di Jatim yang dekat dengan Surabaya memang sudah terhubung dengan Tol Sumo dan Sugres. Namun, jika terjadi hambatan karena kepadatan lalu lintas atau kecelakaan, walaupun di tol, waktu tempuh dua kabupaten yang bertetangga itu bisa lebih dari dua jam atau tiga kali lipat waktu normal.
”Setelah tol ini jadi, Krian-Manyar hanya 30 menit,” kata Wantoro.
Kepala Proyek Tol KLBM Agus Santoso menambahkan, sampai dengan saat ini, kemajuan pembangunan untuk Seksi 2 (Kedamean-Menganti-Boboh) mencapai 99,5 persen. Untuk Seksi 3 (Boboh-Bunder) hampir selesai dengan capaian 99,8 persen. Pada Seksi 4 (Bunder-Manyar) baru 61,4 persen sebab masih banyak pembebasan lahan. Untuk Seksi 1 (Krian-Kedamean-Menganti) sudah di atas 95 persen.
Dengan begitu, jika ingin menuju Gresik dari Mojokerto atau Sidoarjo, tidak perlu lewat Surabaya, ujar Agus Wantoro
Menurut Santoso, penyelesaian Seksi 1, 2, dan 3 diusahakan pada akhir tahun ini. Dengan begitu, pada awal tahun, ruas Krian-Bunder diharapkan dapat resmi beroperasi. ”Untuk Seksi 4 masih banyak lahan harus dibebaskan sehingga kami upayakan selesai November tahun depan,” ujarnya.
Adapun sepanjang 19 km atau separuh ruas Tol KLBM dibangun secara elevasi atau melayang di atas tambak garam. Jalan melayang berketinggian 5-7 meter dan diyakini jauh di atas level maksimal banjir periodik dasawarsa tambak yang 2 meter. Pembangunan tol melayang karena sifat tanah tambak yang gembur sehingga nyaris mustahil jika diuruk dan dipadatkan.
”Tol ini menantang karena pemancangan tiang berbeda kedalamannya, minimal 25 meter, bahkan ada yang lebih dari 50 meter,” kata Santoso.
Pembangunan tol secara elevasi berdampak pada peningkatan nilai investasi dari perkiraan Rp 3,5 triliun menjadi Rp 3,9 triliun.
Di Jatim, Waskita juga akan terlibat dalam pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi. Material prasarana dipasok dari Pabrik Prambon di Sidoarjo dengan kapasitas produksi terkini 500.000 ton beton per tahun.
Dalam kesempatan terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pembangunan jalan tol akan mempercepat akses transportasi. Selain itu, juga mendorong pemerataan pembangunan ekonomi.
Sidoarjo-Gresik merupakan bagian penting dalam kawasan megapolitan Greater Surabaya atau lebih dulu dikenal dengan Gerbang Kertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
Pembangunan tol baru dalam Gerbang Kertosusila, menurut Khofifah, akan mendorong pertumbuhan lalu lintas ekonomi antardaerah.